Ketika Kita mencintai Seseorang, dari tindakan nyata hingga sikap tentu akan menyesuaikan. Sikap idaman yang Kita berikan, diharapkan mendapatkan balasan yang sama.
Tapi sepertinya Dia yang Kita cintai justru semakin tidak tahu diri. Kita tidak lagi dihargai, tidak lagi dianggap penting, dan sering juga justru disakiti.
Padahal dari apa yang Kita lakukan, dari cara pandang netral sudah bisa dianggap baik. Tapi kenyataannya, Kita tidak pernah benar menurut Dia.
Apa yang Kita lakukan sering sekali dianggap salah, lucunya lagi kebalikan dari itu ternyata masih salah juga. Seolah tidak ada yang benar di mata Dia.
Dia ingin Kita melakukan lebih dari yang seharusnya, tapi Dia sendiri tidak tahu batasnya seperti apa. Ketika Kita sudah melakukan secara maksimal, Dia tidak sedikitpun menunjukkan sikap menghargai.
Seolah Dia tidak butuh itu tapi ketika Kita menghentikannya, Kita juga akan dianggap salah. Akibatnya Kita mendapatkan sikap diam, marah, bahkan diabaikan begitu saja.
Kita sudah berusaha jadi yang terbaik, tapi Dia tidak menunjukkan respon baik untuk setiap peningkatan. Yang ada Dia justru semakin memasang target lebih tinggi, bahasa mudahnya Dia justru jadi ngelunjak.
Tapi ketika Kita menelusuri riwayat kisah cinta Dia, Dia ternyata menghargai betul Orang yang selalu menyakiti Dia. Terkesan seolah Dia yang mengisi posisi Kita, tapi dengan Orang lain. Kita yang mencintai justru disakiti, tapi Mereka yang selalu menyakiti Dia justru dihargai. Perasaannya dijaga dengan sebaik-baiknya, tapi tidak untuk Kita.
Ketika dalam kondisi unggul sesaat, Kita bisa bertanya apakah ada cinta di hatinya untuk Kita, jawabannya ada. Tapi jawaban hanya secara lisan. Dari tindakan nyata, Dia justru menganggap Kita sampah, menganggap Kita tidak ada benarnya.
Kenapa selalu begini, Kita yang mencintai Dia justru disakiti. Sedangkan yang menyakiti Dia, justru pernah diperjuangkan dan dihargai mati-matian. Kita tidak menuntut banyak, hanya ingin sedikit keadilan.
Kenapa Dia tidak merubah cara berpikirnya. Seharusnya Dia tahu sosok seperti apa yang pantas untuk dihargai. Bukan Mereka yang pernah ditakuti, bukan mereka yang selalu menyakiti. Tapi Kita, yang tidak pernah lelah untuk berjuang bersama Dia.
Kita hanya ingin Dia lebih bisa untuk diajak kerjasama. Berjuang bersama untuk mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. Berhenti bersikap pasif atau mau menang sendiri.
Tahu arti pentingnya berjuang dari kedua belah pihak, bukan hanya Kita saja yang berjuang. Tidak harus menunggu jika bisa memulai. Kebahagiaan bukan didapat dari sosok yang sempurna tapi lebih pada cara kita dalam menerima yang sudah ada.
Jika memang Kita berharga, seharusnya bisa terlihat dari tindakan nyata. Seharusnya Dia tidak membiarkan Kita hidup hanya dalam harapan saja. Seharusnya Dia tidak berharap pada sosok yang belum tentu ada untuknya, karena harapan itu bisa langsung terlaksana dengan Kita. Hingga kini hanya bisa berdoa, semoga Dia tahu bahwa Kita adalah sosok yang akan selalu ada dalam suka ataupun duka. Bukan Mereka yang sudah pergi atau setidaknya hanya datang dan pergi sesuai keinginan hati.
Kita bukan Mereka yang bisa dengan mudah menjalin hubungan dengan Orang lain. Kita hanya untuk Dia, tapi Dia tidak untuk Kita.