Ini adalah kisah masa lalu. Aku gadis usia 19 tahun yang memiliki kesibukan bekerja sebagai kasir dalam sebuah Rumah makan di Bandung. Karena pekerjaan itu, Aku punya teman yang sangat baik, namanya Vano. Dia bisa selalu ada bahkan sering menemaniku pergi untuk sekedar jalan atau nongkrong. Jika butuh bantuan, Vano selalu memberikan bantuan dengan maksimal, Dia tampak tulus dalam melakukannya.
Jujur saja saat itu aku belum punya pacar, sempat berpikir Vano ini mungkin suka sama Aku, tapi Aku tidak berpikir jauh akan benar-benar seperti itu. Karena kriteria cowok yang Aku inginkan, tidak seperti vano. Aku punya kriteria sendiri dan hampir tidak ada teman-temanku yang memenuhi kriteria tersebut. Mungkin bisa dikatakan, Aku terlalu berselera tinggi.
Maka jalan satu-satunya adalah mencari teman melalui media sosial. Aku pilih satu-satu yang menunjukkan foto asli dan semuanya sesuai kriteria. Dari gaya hidup hingga aktivitas Aku awasi terlebih dahulu. Banyak cowok yang menjadi sasaran dari perburuanku. Seperti tidak memberikan hasil, namun akhirnya ada satu cowok sasaran yang menghubungiku, namanya Farel. Itupun sudah terabaikan lama karena tertutupi pesan-pesan dari cowok-cowok yang tidak Aku inginkan.
Berawal dari basa basi, tanya status pacaran, dan lain sebagainya. Kami sama-sama merasa nyaman hingga setiap hari selalu berkomunikasi. Ini tentu sangat mudah, karena dari pekerjaanku memiliki waktu kosong yang sangat banyak. Kami sama-sama menggunakan foto asli dan hampir setiap hari selalu update. Sehingga Kami sama-sama yakin kalau foto yang digunakan adalah asli.
Farel juga asli Bandung, namun sedang melakukan study di Makasar. Kami aktif melakukan komunikasi dengan segala cara. Dan Kami sudah sama-sama merasa nyaman. Hingga suatu saat Farel menyatakan cinta. Dia melakukannya meskipun Kami sama-sama belum bertemu. Memang ini yang Aku inginkan, tapi tentu saja Aku harus meminta waktu. Tampak tidak pantas jika menjawab terlalu cepat. Namun akhirnya, Kami tetap saja jadian. Kami setiap hari berkomunikasi, bahkan sampai membahas masalah pernikahan. Farel berjanji jika nanti sudah pulang, akan langsung melamarku. Ini tentu saja harapan Aku selama ini. Meskipun masih ada beberapa hal yang membuatku ragu, tapi itu tetap tidak terlalu Aku pikirkan.
Dan tentang temanku yang namanya vano, Dia masih saja baik dan sering mengajak Aku pergi. Hingga suatu saat, Vano menyatakan perasaannya, Dia ingin jadi pacar aku. Tentu saja Aku menolaknya. Aku menceritakan seperti apa sebenarnya hubunganku pada Farel. Dia seperti tidak percaya dan berusaha meyakinkan Aku bahwa aku sudah dibohongi. Vano mengatakan bahwa Farel hanyalah akun palsu. Tapi dengan bukti-bukti Aku tunjukkan ini beneran asli.
Vano seperti kecewa, namun Dia berusaha mengerti dan tetap meminta agar semua ini dilupakan. Tentang Vano yang menyatakan cinta, juga Aku ceritakan sama Farel. Farel semakin sering menghubungi, dan sering juga Dia mendapatkan kejujuranku bahwa Aku sedang jalan sama Vano. Dia mulai melarang Aku untuk jalan sama Vano bahkan menyuruh untuk berhenti kerja. Dia bersedia menanggung hidupku asal Aku benar-benar keluar dari pekerjaan itu. Dia ingin Aku di Rumah dan tidak kemana-mana.
Tentu saja Aku tidak setuju. Aku lebih memilih tetap bekerja. Farel menjadi semakin tidak terkendali dan sering melakukan panggilan telepon. Demi menjaga perasaan Farel, Aku mulai menolak ajakan Vano. Vano pasti kecewa dan setelah beberapa hari tiba-tiba saja Dia keluar dari pekerjaan. Komunikasi benar-benar terputus dan Aku kehilangan teman yang selama ini selalu menemaniku.
Sejak Vano keluar, Farel sepertinya menjadi lebih tenang. Tapi lama-lama Dia mulai jarang menghubungi. Komunikasi sudah tidak aktif seperti dulu. Bahkan setelah itu Dia sudah tidak pernah lagi menghubungi. Komunikasi benar-benar terputus karena Aku juga tidak pernah mendapat tanggapan jika menghubungi Farel.
Hingga suatu saat melalui status dimedia sosial, tampaknya Farel sudah pulang ke Bandung. Tapi tetap saja Dia tidak mengunjungi tempat Aku bekerja. Dia seperti menghilang begitu saja. Mungkin selama ini Dia hanya kesepian, Dia menjadikan Aku sebagai teman ketika Dia sedang kosong.
Dan saat itulah Aku mulai merindukan sosok Vano, Orang yang memiliki ketulusan namun Aku kecewakan. Tapi semua sudah terlambat dan Aku benar-benar menyesalinya. Aku rindu Kamu Vano, kembali dan temui Aku. Aku minta maaf.
Dikirim oleh Via
Baca juga: Kisah cinta om dan keponakan sendiri