"... awal kehidupan Saya di pulau Jawa. Saya sangat senang bertemu dengan keponakan Saya. Memang hubungan Kami harus dirahasiakan karena alasan tadi, Kita punya hubungan Om dan Keponakan. Kami menikmati kebersamaan dengan penuh kebahagiaan. Seakan Dunia adalah milik Kita berdua ..."
Kisah ini dialami dan dikirim oleh Satrio dari Sumatra. Kisah sedih yang Dia ceritakan, tidak ada sedikitpun jalan cerita yang Saya rubah. Hanya beberapa susunan Kata yang diperbaiki untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya.
Perjuangan Cinta Untuk Keponakan
Saya baru saja membaca
kisah cinta terlarang paman dan keponakan yang saudara posting. Dan Kali ini Saya akan bercerita kisah yang hampir sama dan Saya yang alami sendiri.
Saya pernah memadu kasih dengan keponakan sendiri, keponakaan saya itu merupakan cucu dari Pak De saya. Dengan demikian, Ibu dari keponakan Saya adalah saudara sepupu Saya. Saya Dan keponakan Saya usianya selisih 5 tahun lebih muda.
Kisah ini berjalan dari tahun 2011. Awalnya Saya tidak sengaja berkenalan dengan Dia di media sosial. Dan Saya tidak tahu kalau Dia adalah keponakan Saya sendiri. Dia tinggal di Jawa sementara Saya tinggal di Sumatra. Dari media sosial, Kami sering berkomunikasi hingga akhirnya bertukar nomor handphone.
Dari kecanggihan teknologi, komunikasi Kami sangat terbantu. Hampir setiap hari Kami berkirim pesan, chatting, webcam, dan setiap akhir pekan Saya sering menelfonnya. Dari situ Kami tahu Kalau Kami memiliki hubungan keluarga Om dan Keponakan. Tapi karena rasa nyaman yang sudah tercipta, juga rasa suka yang didasari rasa penasaran, Saya mengungkapkan perasaan Saya. Dan sambil menunggu jawaban dari Dia, Saya berjanji untuk mengunjunginya jika ada kesempatan.
Entah apa yang ada dalam pikiran Saya hingga berani memberikan pengakuan seperti itu. Padahal Kita belum pernah bertemu dan Kita juga masih ada hubungan keluarga. Hal tidak terduga, Dia juga mengakui kalau sebenarnya memiliki perasaan yang sama. Karena pengakuan itu, Saya berpikir kalau Saya ini tidak gila, ini wajar.
Karena itu, Saya termotivasi untuk segera menyelesaikan studi Saya. Tujuannya untuk bisa bertemu dengan Dia. Keponakan Saya selalu memberi semangat untuk Saya. Karena tidak sambil bekerja, Saya memulai usaha kecil-kecilan untuk mengumpulkan biaya pergi ke Jawa. Hingga pada akhirnya, Saya menyelesaikan studi Saya dengan hasil yang tidak mengecewakan. Ini tentu saja tidak lepas dari dukungan keponakan Saya tersebut.
Padahal sebelumnya, seperti tidak mungkin jika Saya menyelesaikan studi. Tapi keponakan Saya seperti memberi kekuatan. Dukungan Dia yang telah membuat Saya berhasil melaluinya. Dengan uang yang berhasil Saya kumpulkan, pada akhirnya Saya pergi ke Jawa. Dengan tujuan untuk menemui keponakan Saya tersebut.
Oktober 2012 adalah awal kehidupan Saya di pulau Jawa. Saya sangat senang bertemu dengan keponakan Saya. Memang hubungan Kami harus dirahasiakan karena alasan tadi, Kita punya hubungan Om dan Keponakan. Kami menikmati kebersamaan dengan penuh kebahagiaan. Seakan Dunia adalah milik Kita berdua. Kami lupa Siapa Kita dan tidak terpikirkan tentang apa yang akan terjadi nantinya, kita lepas kendali, Kita juga tidak berpikir apa yang akan dilakukan nantinya.
Jujur, Saya sangat bahagia meskipun pihak Keluarga tidak tahu tentang hal itu. Saya ingin sekali terus tinggal di Jawa dan memulai hidup disini dengan keponakan Saya sebagai pendamping hidup. Tapi itu jelas sulit dan terkesan tidak mungkin.
Seiring berjalannya waktu, Saya mulai merasa cemas. Saya ingin sekali hubungan rahasia ini diketahui pihak keluarga. Tapi lagi-lagi keponakan Saya tidak berani untuk membuka rahasia dengan Keluarganya. Hingga akhirnya, kondisi keuangan Saya mulai menipis. Tentunya Saya tidak enak hati jika harus menggantungkan hidup pada Mereka. Dan juga, keadaan tidak memungkinkan Saya untuk kerja di Jawa. Mau tidak mau, Saya harus kembali pulang ke Sumatra.
Sedih rasanya mengetahui Kita harus berpisah. Saya tidak rela jika ini harus terjadi, tapi itu harus. Sesampainya di Sumatra, Saya mendapat kabar kalau hubungan Kami sebenarnya sudah diketahui. Dan yang menyakitkan, Mereka menyatakan dengan tegas tidak setuju dengan hubungan itu. Alasannya, hubungan itu dilarang agama, merusak hubungan keluarga, dan memiliki kemungkinan mendapat keturunan cacat jika menikah nanti.
Saya mencoba membela diri karena alasan itu. Seorang ahli yang kebetulan teman saya menyatakan, kalau hal itu tidak benar. Hubungan keluarga antara Saya dan keponakan itu sah dan tidak dilarang jika sampai menikah. Tapi Mereka tetap memiliki satu keputusan, TIDAK.
Sejak saat itu Kami tidak lagi pernah bisa berkomunikasi. Pada Tahun 2013, Saya sering sekali pergi ke Pulau Jawa. Tapi tidak pernah bisa bertemu dengan keponakan Saya tersebut. Entah dengan cara apa Dia diamankan. Saya sangat sakit hati dan jujur sangat kangen dengan keponakan Saya tersebut. Tapi, Saya jelas tidak bisa berbuat apa-apa. Biarkan Saya memendam rasa ini hingga saat ini. Yang jelas, Saya sangat mencintai Dia melebihi cinta pada Siapapun.
Hingga sekarang, keponakan Saya benar-benar hilang dari hidup Saya. Tidak ada kabar apapun selain kabar kalau Dia sudah menemukan pasangan yang sesuai. Sakit hati ini tapi tetap harus ikhlas. Saya hanya bisa berdoa, semoga Kami bisa mendapatkan kebahagiaan dengan jalan masing-masing.
Baca juga: Karena KTP Aku terpenjara oleh Suami Orang