Saya tidak habis pikir, hanya karena alasan sederhana Dia lebih memilih bertanggung jawab untuk anak Orang lain padahal anak kandungnya sendiri membutuhkan Dia....
Perkenalkan nama Saya Risa, Saya adalah Orang Tua tunggal untuk anak Saya. Putri, sebutan untuk anak Saya yang sangat cantik dan juga lucu. Dibalik tawa dan tangis Dia setiap hari, Dia harus menanggung penderitaan yang tidak pernah Dia sadari.
Awal cerita, Saya menikah dengan Laki-laki, sebut saja Robi. Pada awal kehidupan pernikahan Kami, terasa harmonis seperti Pasangan Suami Istri yang lain. Kami bisa saling mengisi posisi masing-masing. Hak dan kewajiban sepertinya berjalan dengan semestinya.
6 bulan sudah kehidupan Rumah Tangga Kami berjalan. Tepat pada saat itu, Saya dinyatakan positif hamil. Tentu saja ini adalah hal yang sangat membahagiakan Saya dan juga Suami. Tentunya Keluarga lain juga merasakan hal yang sama, meskipun mungkin dalam kadar yang berbeda.
Hari-hari Kami jalani dengan penuh kebahagiaan. Banyak hal yang Kami persiapkan untuk menyambut kelahiran Anak pertama. Tepat pada hari Selasa 18 November 2014, pukul 09.30 wib, lahir Seorang bayi perempuan yang cantik. Sungguh kebahagiaan yang sangat dalam bagi Saya, dan tentu bagi Suami. Dalam pikiran Saya, Saya sudah menjadi Wanita sempurna. Hidup Saya juga terasa sempurna karena memiliki buah hati hasil dari pernikahan dengan Laki-laki yang begitu baik dan setia menemani hidup Saya, itu pikiran awal.
Selang beberapa waktu, tepat pada usia anak Kami 40 hari, Suami dengan tega meninggalkan Kami dengan alasan yang sangat lemah, tidak masuk akal, dan itu benar-benar tidak bisa meyakinkan Saya untuk dijadikan sebagai alasan Dia untuk pergi.
Alasan sederhana, hanya karena tidak setuju dalam menentukan Tempat untuk melaksanakan Aqiqah untuk Anak Kami. Menurut Kami, lebih baik dilaksanakan di Rumah Ibu Saya, tapi Dia tidak setuju.
Setelah selesai bermusyawarah bersama, dan sedikit ada perbedaan pendapat, akhirnya dia pergi tepat pada tgl 28 desember 2014, minggu pagi. Tidak ada kabar pasti dan Saya sekeluarga tidak pernah menyangka jika Dia benar-benar melakukan hal ini.
Dengan sabar Saya menanti, berharap Dia memberi kabar atau lebih baik lagi kembali dan memperbaiki keadaan yang ada. Saya dengan sabar menunggu, hingga tiga bulan pun Saya belum ada pikiran untuk mengajukan gugatan cerai.
Setelah merasa terlalu lama menunggu, akhirnya dengan banyak pertimbangan, Saya mengajukan gugatan cerai terhadap Suami secara sepihak. Pengadilan menerima gugatan Saya dan akhirnya Kami resmi bercerai.
Selang 2 bulan setelah Kami bercerai, Saya justru mendapat kabar bahwa mantan Suami Saya tersebut ternyata sudah menikah dengan Janda anak satu. Saya tidak habis pikir, hanya karena alasan sederhana Dia lebih memilih bertanggung jawab untuk anak Orang lain padahal anak kandungnya sendiri membutuhkan Dia.
Sungguh tega Dia membiarkan anak kandungnya tidak mendapatkan apapun dari Ayah kandungnya. Jangankan kasih sayang, bentuk tanggung jawab dari Seorang Ayah dalam bentuk materi pun tidak dirasakan. Dan sepertinya alasan sederhana yang digunakan untuk pergi hanyalah sebuah alibi.
Ini sungguh keterlaluan, Saya benar-benar marah, sakit hati, dan juga kecewa. Hari-hari Saya lalui tanpa Suami. Saya belum terpikir untuk menikah hingga saat ini, setengahnya masih trauma. Karena kebanyakan Laki-laki yang berusaha dekat, bukan untuk bertanggung jawab serta menjadi sosok Ayah bagi Anak Saya. Kebanyakan dari Mereka hanya menginginkan kesenangan dari Saya.
Sampai saat ini, Saya hanya fokus untuk membesarkan Anak. Berharap suatu saat Ayah kandung dari Anak Saya menyesal sudah pergi meninggalkan. Saya yakin dan akan selalu optimis, bisa menjadikan Anak Saya menjadi Orang yang membanggakan. Selain itu, Saya juga berharap ada Laki-laki yang benar-benar serius bertanggung jawab untuk menjadi Suami sekaligus Ayah bagi Anak Saya, bukan Laki-laki hidung belang yang hanya menginginkan kesenangan saja. Amin.
Selesai
Kisah nyata yang dikirim oleh Risa. Semoga apa yang Dia harapkan bisa tercapai. Mendapatkan Laki-laki pengganti Robi mantan Suaminya. Yang bisa menjadi Ayah yang benar-benar tulus dalam membimbing dan mendidik Anaknya kelak.
Baca juga Kisah Nyata yang lain:
Aneh, Kekasihku Pergi Setelah Mengandung Anakku.