Awalnya terasa bahagia, hidup bersama Pria yang dicintai. Bersama-sama melihat dan memperjuangkan kehidupan Rumah tangga serta masa depan anak. Tapi semua berubah, ketika Suami ketahuan menjalin hubungan diam-diam bersama Wanita lain. Rasa kecewa dan sakit hati ternyata tidak membuat Suami berhenti, Dia masih saja menjalin hubungan dengan Wanita lain. Bagai sakit yang belum sembuh, dilukai kembali masih disiram air garam. Setiap malam selalu menangis, membayangkan kemesraan yang dijalani Suami bersama wanita lain.
Kadang harus pura-pura tidak tahu meskipun tahu Suami masih ada main bersama Wanita lain. Harus seperti itu agar Suami bisa tetap mengisi posisi sebagai Suami serta ayah bagi anak-anaknya. Tetap memberikan yang sudah menjadi kewajiban Dia. Meskipun sebenarnya, Dia melakukan itu ketika Wanita lain sedang tidak bisa memberikan apa yang Dia inginkan.
Kesan yang ada, Suami memang melakukan kewajibannya, tapi fakta sebenarnya Istri hanya menjadi pelarian. Pelarian ketika Suami sedang merasa kesepian atau dibuat galau oleh Wanita simpanannya. Ingin berontak, tapi tidak kuasa. Meskipun sakit, tetap harus menjaga nama baik Suami dan Keluarga, ini sungguh menyakitkan.
Kadang ada keinginan untuk melakukan hal yang sama. Akan tetapi demi Keluarga hal itu harus ditahan. Dorongan untuk membalas perbuatannya semakin kuat, dan sepertinya kesempatan untuk itu semakin terbuka lebar. Tapi hati nurani belum siap untuk melakukannya. Satu sisi ingin membalas perbuatannya, tapi di lain sisi harus tetap menjaga harga diri Suami. Seperti terkesan tidak adil bahkan sangat tidak adil.
Hari-hari terus berjalan dan bayangan itu tidak pernah hilang. Siap tidak siap, mau tidak mau, harus rela berbagi Suami dengan Wanita lain karena cinta Suami digadaikan. Hanya harapan Suami bisa segera menebus Cintanya yang digadaikan. Dia kembali membina Keluarga yang utuh, sayangnya itu tidak kunjung terjadi, dan mungkin hanya akan terjadi ketika Suami sudah tidak dibutuhkan lagi, sudah tidak berdaya, bahkan sudah tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Saat itu terjadi, Dia butuh Istri, butuh anak-anak, butuh Keluarga utuh yang siap menemani hingga ajal menjemput.
Karena hal itu, terbayang akan pengorbanan, keputusan, perjuangan, hingga kehangatan bersama Suami dahulu. Keputusan memilih Dia hingga menolak dan mengabaikan Pria lain yang lebih baik dari Dia. Bertahan dan menggantungkan nasib bersama Dia. Bersabar menanti dengan ketidakpastian. Tapi setelah semua menjadi pasti, Dia justru merayakan dengan Wanita lain. Dia seperti lupa siapa yang menemani ketika Dia berjuang selama ini, siapa yang menemani Dia dan siap menunggunya meskipun dalam keadaan terburuk.
Ketika Dia berada di puncak, Dia tidak ingat itu lagi. Yang ada dalam pikiran justru Istri terkesan tidak layak bersanding karena keadaan Dia yang sekarang. Dia justru berpikir layak untuk mendapatkan yang lebih. Dia bertahan hanya karena status, bertahan hanya agar masih memiliki tempat pulang, bahkan bertahan sekedar untuk tuntutan status. Apakah Suami selama ini sadar, jika Dia hancur Siapa yang akan tetap bertahan untuk Dia. Wanita cantik yang selalu Dia puja, Wanita yang hanya ada ketika Dia di puncak, atau Wanita yang mau dengan Dia dengan keadaan yang sekarang, tentu saja tidak.
Tapi hidup harus tetap berjalan, meskipun menyakitkan. Hanya bisa berdoa dan berharap Dia bisa kembali seutuhnya dan menebus cinta yang tergadaikan. Susah senang menjalani hidup bersama Istri dan anaknya. Dan semoga saja, Suami sadar sebelum istrinya terjebak dalam keadaan yang sama. Amin.
Baca juga: Buat Suami Yang Suka Selingkuh, Baca Ini