Kesalahan pacar yang sebenarnya berasal dari diri Kamu sendiri, judul yang tepat untuk artikel ini. Kamu tentu sering melihat kesalahan pacar dan merasa jengkel, marah, bahkan muak dengan Dia. Kamu sering kesal dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Pacar. Keinginan paling dasar, Dia itu bisa berubah tanpa Kamu harus melibatkan diri secara maksimal. Dengan marah, itu sudah Kamu anggap cukup untuk membuatnya berubah.
Tapi sering sekali, Kamu sendiri bingung ingin perubahan yang seperti apa. Ketika Dia berusaha menyesuaikan diri, ternyata menciptakan masalah baru dan kadang berasal dari pemikiran Kamu sendiri. Buruknya lagi, Kamu justru mengambil kesimpulan-kesimpulan buruk kemudian menuduhkan padanya. Harapannya, Dia memberi penjelasan dengan baik dan berusaha memperbaiki keadaan.
Tapi belum tentu, kesalahan Dia murni karena Dirinya. Bisa saja kesalahan yang Dia lakukan sebenarnya berasal dari pemikiran Kamu sendiri. Madjongke.com punya contoh tentang kesalahan pacar yang sebenarnya berasal dari diri Kamu sendiri.
Sikap posesif yang tiba-tiba hilang
Dia bersikap posesif dan menunjukkan kekhawatiran yang berlebihan. Bahkan saat Kamu sibuk, Dia selalu berusaha mengontrol Kamu. Dia juga memberi batasan-batasan yang terkesan tidak wajar bagi Kamu. Kamu merasa tidak nyaman meskipun tahu itu sebagai bentuk ekspresi dari rasa takut kehilangan Dia. Itu terjadi terus menerus dan pada beberapa keadaan Kamu menunjukkan sikap protes, marah, dan menunjukkan kesan agar Dia tidak seperti itu.
Dia mulai sadar bahwa tindakannya selama ini bisa membuat Kamu merasa tidak nyaman dengan Dia. Dia berusaha berubah untuk lebih tidak mengontrol Kamu, lebih memberi Kamu ruang, dan tentu saja tidak seheboh dulu dalam mencari informasi. Kamu merasa Dia sudah berubah, merasa Dia tidak perhatian lagi, merasa Dia sudah bosan, BAHKAN merasa kalau hubungan ini sudah terasa hambar.
Lagi-lagi Kamu menyalahkan Dia. Dia mulai bertanya apa yang harus dilakukan, tapi jika Dia terlalu menyimpan kekecewaan dan itu sudah menumpuk, Dia bisa balik marah sama Kamu. Saat itulah Kamu akan merasa bahwa Dia sudah berubah, sudah tidak sayang Kamu lagi, dan sebagainya.
Padahal itu semua karena diri Kamu sendiri. Cara berpikir Kamu yang membuat Dia tampak salah. Dia ribut, Kamu salahkan. Ketika Dia diam, Kamu justru menuduhkan sesuatu yang lebih buruk. Tentu saja Dia serba salah, harus bagaimana. Padahal jika Kamu disuruh untuk menjelaskan letak kesalahan dimana, belum tentu Kamu bisa menjelaskannya secara jelas. Yang ada Kamu justru memberikan resiko-resiko yang Kamu anggap Dia takuti untuk membuatnya kembali baik meskipun Kamu sendiri tidak tahu kebaikan yang dimaksud itu seperti apa.
Disini Kamu perlu tahu bahwa hubungan itu komunikasi 2 arah. Positif mendapat tanggapan positif juga, itu yang bagus. Jika positif mendapat tanggapan negatif, jangan pernah berharap akan ada kebaikan didalamnya. Dia juga manusia dan Kamu juga.
Tuntutan dengan sikap diam
Dalam hati Kamu menuntut pasangan agar bisa lebih bersikap baik terhadap Kamu. Atau menuntut pasangan untuk menjadi sosok yang lebih baik dari sekarang. Kamu inginkan itu, tapi tidak mengatakannya. Kamu hanya berharap Dia bisa mengerti sendiri dari sikap negatif yang Kamu tunjukkan.
Kamu hanya diam, bersikap cuek, atau marah tanpa alasan jika Dia belum menunjukkan perubahan. Jika Dia berusaha mencari tahu kemudian berusaha menjadi sosok yang lebih baik, Kamu masih merasa kecewa jika perubahan tidak sesuai dengan kondisi hati Kamu.
Ini juga sama seperti sebelumnya, jika saja Dia bertanya Kamu ingin seperti apa, belum tentu Kamu bisa menunjukkan secara jelas. Kamu sendiri bingung ingin Dia menjadi seperti apa. Kamu sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Dan yang paling pasti, Kamu tidak melihat kemampuan Dia. Kemampuan Dia dalam melakukan perubahan, kemampuan Dia dalam mempelajari cara berpikir Kamu, dan kemampuan dalam mencapai target tertinggi. Kamu tidak begitu menyadari hal itu dan hanya berharap. Menuntut dengan sikap negatif tanpa menjelaskan secara pasti apa yang sebenarnya Kamu inginkan.
Dengan begini, Pacar akan tampak selalu membuat kesalahan. Apapun yang Dia tunjukkan jika tidak sesuai dengan kondisi hati Kamu, akan tampak salah meskipun dari sudut pandang obyektif, hal itu bisa saja dibenarkan. Jadi jangan lagi berharap dalam diam apalagi menuntut dalam diam. Kamu harus bisa menjelaskan dengan sebaik-baiknya apa yang Kamu inginkan. Karena dari segi cara berpikir, pengetahuan, pengalaman, hingga gaya hidup tentu memiliki perbedaan. Dia melalui hidup tidak sama persis seperti Kamu, Dia memiliki cara pandang yang jelas berbeda dari Kamu. Jadi jangan memaksa Dia untuk mengerti dengan sendirinya. Komunikasi itu penting dan jadikan komunikasi itu sebagai penyelesaian masalah bukan untuk membuat masalah menjadi lebih rumit.