Ketika Kita memutuskan untuk mencintai Seseorang, Kita berusaha untuk selalu bersikap baik terhadap Dia. Hingga detik ini Kita tetap berusaha menjadi yang terbaik untuk Dia. Selalu berusaha terbuka dan selalu jujur kepada Dia yang Kita cintai. Tapi kepercayaan terhadap diri Kita tidak pernah Dia rasakan. Dia selalu curiga dan karena dasar rasa curiga tersebut, Dia memulai sesuatu yang kadang menyakiti hati Kita.
Mulai dari tuduhan ringan hingga tuduhan berat yang membuat Kita merasa direndahkan. Dan dari situ juga, Dia mulai macam-macam dengan dasar balas dendam. Padahal Dia tidak pernah membalas apapun karena Kita tidak pernah macam-macam di belakang Dia.
Dia hanya tidak bisa percaya terhadap Kita, padahal semua yang Dia tuduhkan tidak akan pernah tega untuk Kita lakukan. Kadang kesempatan itu ada, tapi cinta Kita terhadapnya mengalahkan godaan yang ada. Kita tidak pernah sampai hati untuk menduakan Dia. Meskipun pada kenyataannya Dialah yang mendua, tapi Kita tidak pernah tega untuk melakukannya. Dia mendua tapi Kita tetap bertahan karena dasar cinta yang tulus.
Saat semua itu berjalan, dari cara pandang Orang tentu Kita adalah Orang yang bisa saja dianggap bodoh. Yang ada dalam pikiran Kita, Orang tidak merasakan apa yang Kita rasakan. Pada suatu keadaan Kita kadang sadar terjebak pada keadaan yang salah. Tapi berat sekali untuk keluar dari keadaan ini. Jika mencoba bahkan memaksakan diri untuk pergi dari hidupnya, rasanya sungguh menyiksa. Kita merasa tidak akan pernah mampu untuk melakukan itu.
Hingga akhirnya Kita bertahan pada keadaan ini. Harus rela berbagi cinta dengan Orang lain. Berbagi dengan satu Orang atau mungkin justru lebih. Kita sudah terlanjur masuk, hingga sulit sekali untuk menerima Orang baru. Tapi tidak bagi Dia, Dia bisa melakukan itu terbukti dari kondisi Dia yang mendua saat ini, itu yang jelas pasti.
Dari dalam hati yang terdalam, Kita tentu punya keinginan untuk bisa memilikinya utuh tanpa ada Orang lain yang mengisi posisi sama seperti Kita, bahkan mungkin lebih baik. Tapi apa daya, Dia bisa melakukan itu sedangkan Kita tidak pernah bisa. Kita tidak pernah ada hasrat dengan Orang selain Dia, tapi Dia bisa. Kita tidak pernah tega untuk menduakan Dia, tapi Dia bisa.
Saat ada kesempatan seperti datangnya Orang lain yang mencoba memasuki kehidupan Kita, Kita tidak pernah sedikitpun bisa untuk mencoba. Jangankan untuk memulai, untuk menanggapi saja rasanya tidak ada hasrat sama sekali. Dan itu akan semakin sulit, ketika ada kesempatan Kita teringat sosok Dia yang Kita cintai.
Rasa kasihan begitu jelas terasa ketika Kita ada pikiran untuk mendua. Meskipun Kita juga tidak tahu rasa kasihan itu ada karena dasar apa. Satu-satunya yang bisa Kita lakukan, hanyalah menerima keadaan ini. Tetap bertahan untuk Dia, tetap setia dengan Dia, serta tetap berjuang meskipun Dia tidak pernah merasakannya. Hanya bisa begitu, karena Kita menemukan rasa nyaman dibalik kisah cinta yang sebenarnya menyakitkan ini.
Seiring berjalannya waktu, Kita tidak akan bisa memberikan aturan tertentu untuk Dia. Karena sudah pasti Dia akan keberatan dan justru meminta Kita pergi jika tidak bisa menerima Dia apa adanya. Itu tentu saja tidak mungkin, itu sulit bagi Kita.
Rasa ingin tahu dan lain sebagainya, sebenarnya sangat besar terhadapnya tapi Kita hanya bisa menahan. Saat Dia tidak ada, Kita merasa kesepian. Dan rasa kesepian itu tidak akan terobati, kesenangan apapun tetap mengingatkan pada Dia. Bahkan kalaupun mencari pelarian, tidak akan bisa. Selain tidak tega Kita juga tidak ada hasrat.
Tapi berbeda dengan Dia, saat Kita tidak ada maka Dia dengan mudah menjalaninya. Karena ada Orang lain yang bisa membangkitkan hasrat Dia. Ada Orang lain yang tetap memberinya perhatian. Andai saja Dia akhirnya terkesan membutuhkan Kita, itu hanya terjadi ketika Dia merindukan Kita. Selain itu, hanya Kita yang bisa memulainya. Hanya Kita yang membutuhkannya.
Tapi apa daya, Kita sudah kalah dari Dia karena perasaan. Perasaan cinta terhadap Dia, perasaan sayang terhadap Dia, perasaan tidak tega terhadap Dia, dan tentu saja tidak adanya hasrat bersama yang lain. Hanya bisa bersabar dan bersyukur dengan kondisi yang ada. Dan berharap, semoga Dia pada akhirnya memiliki pemikiran yang sama seperti Kita.