Pernah suatu ketika Kita marah atau kecewa sama pasangan. Dari situ kita memiliki hasrat yang besar untuk memberikan pernyataan atau pertanyaan atas dasar kemarahan atau kekecewaan. Sudah bisa dipastikan dengan cara seperti itu, akhirnya Pasangan juga akan terpancing kemarahannya. Yang ada, pada akhirnya terjadi pertengkaran.
Tidak ada solusi yang baik jika penyampaian awal saja sudah dalam bentuk kemarahan. Apalagi kemarahan yang Kita tunjukkan tidak ada dasar yang kuat. Hanya berdasarkan cara pandang Kita saja dalam menilai sesuatu. Padahal menurut cara pandang pasangan, hal itu benar menurutnya. Kita marah karena menganggap Dia salah, Dia balik marah karena merasa benar.
Jadi dengan ini Kita menuruti kemarahan untuk mendapatkan jawaban atau mendapatkan solusi. Dan Kita tidak akan pernah mendapatkan itu kecuali jika tidak menuruti kemarahan tersebut. Dengan penyusunan kalimat yang lebih baik, Kita justru bisa mendapatkan kedamaian dan tetap mendapatkan jawaban atau solusi yang diinginkan. Sebagai contoh dengan perubahan kalimat dibawah ini.
"Seharusnya Aku yang tanya begitu"
Kalimat yang digunakan saat dalam kondisi marah, mendapatkan pertanyaan dari pasangan terkait sesuatu padahal merasa lebih pantas untuk menanyakan. Kalimat "seharusnya aku yang tanya begitu" keluar dengan ekspresi mata sedikit melotot atau setidaknya menatap tajam pada pasangan. Setelah mengatakan itu tidak ada ekspresi sama sekali, hanya saja tetap menatap tajam pada pasangan.
Dia: "Kamu seharian ini kemana yank?"
Kamu: "Seharusnya Aku yang bertanya begitu"
Dia: "Ya Kamu jawab dulu pertanyaan Aku, Kamu kemana saja hari ini. Jangan menuduh biar tidak dituduh. Gak mau jelasin tapi nuduh yang tidak-tidak biar Aku tidak curiga sama Kamu, gitu. Biar kamu bisa menutupi sesuatu. Biar Aku teralihkan dan fokus sama menyikapi kemarahan kamu, iya kan."
Itu jelas sekali buruk, selain bisa memancing kemarahan pasangan, juga bisa menghilangkan hasrat Dia untuk membahas sesuatu yang indah-indah. Akan lebih baik jika dirubah.
Dia: "Kamu seharian ini kemana yank?"
Kamu: "Cuma di Rumah saja kok, siangnya keluar sebentar cuma belanja sama mama. Kalau Kamu kemana aja yank"
Dia: "Cuma main ke Rumah teman, bingung cari vape bekas tidak ketemu yang murah sampai muter-muter, habis itu sudah, pulang"
Dari contoh diatas, mana yang lebih baik dan berpotensi mendapatkan jawaban yang sesuai. Percakapan pertama menuruti kemarahan untuk mendapat jawaban tapi tidak akan didapatkan jawaban tersebut. Yang ada justru masalah baru akan muncul. Bahkan merusak sesuatu yang selama ini sudah dibangun.
Percakapan kedua lebih mendamaikan. Tidak terjadi pertengkaran dan tetap mendapatkan jawaban yang diinginkan. Kalaupun mendapatkan jawaban yang belum memuaskan, masih bisa diberikan pertanyaan yang tidak menunjukkan ada kebencian dalam diri Kita.
"Kalau iya Kamu mau apa?"
Kalimat kemarahan saat dituduh macam-macam sama Pasangan. Dikatakan dengan ekspresi mata melotot kadang tangan dipinggang. Seolah nantang karena rasa tidak percaya yang ditunjukkan oleh Pasangan. Jika ini digunakan mampu menimbulkan keberanian untuk menyatakan putus atau pernyataan lain yang merugikan.
Dia; "Kamu seharian ini kemana sih, sama siapa, kok tidak ngasih kabar sama sekali, jangan-jangan selingkuh. Iya apa gak sih, mana yang bener"
Kamu: "Kalau iya Kamu mau apa?"
Dia: "jahat sekali Kamu yank sampai begitu, bla bla. ... kita putus"
Dengan begitu pasti karena dasar emosi kamu setuju saja putus sama Dia tanpa berpikir perasaan Dia seperti apa. Akan lebih baik jika seperti ini.
Dia; "Kamu seharian ini kemana sih, sama siapa, kok tidak ngasih kabar sama sekali, jangan-jangan selingkuh. Iya apa gak sih, mana yang bener"
Kamu: "Yank, percaya sama Aku. Buat apa Aku melakukan tindakan bodoh seperti itu. Pikiran Aku sudah banyak, Kamu saja sering terabaikan karena Aku harus memikirkan hal lain untuk masa depanku. Kalau Aku selingkuh atau cari pacar lagi itu sama saja Aku merusak masa depanku sendiri. Kamu harus tahu itu. Aku sedang membangun masa depan, Aku tidak ingin merusak apa yang sudah Aku bangun sejak lama"
Dia: "Tapi Aku selalu berpikir begitu"
Kamu: "Kamu satu-satunya yang menjadikan Aku bertahan. Kamu sudah lebih dari cukup. Sama Kamu saja, banyak kesempatan yang terbuang. Apalagi nambah, pasti hidupku tambah berantakan."
Dengan contoh percakapan yang ada, setidaknya memberi gambaran dalam menyikapi kemarahan. Kemarahan jika dituruti tidak akan memberikan hasil yang baik, tapi kemarahan jika berhasil di netralkan kemungkinan besar bisa mendatangkan kebaikan.