Alasannya lembur, kadang punya alasan ada keperluan penting dengan teman, hingga alasan lain dimana istri tidak boleh mengganggu apalagi ikut serta melibatkan diri dalam urusan Suami. Handphone sering tidak aktif sehingga membuat istri merasa cemas dan berpikir yang macam-macam.
Bahkan ada juga Suami yang menyusun strategi agar Istri tidak bisa mengontrol Suami dalam aktivitas. Hal ini sering sekali terjadi dan semakin lama justru semakin sering. Selidik punya selidik, ternyata Suami punya Wanita idaman lain.
Terbayang kemesraan Suami dengan Wanita lain, terbayang perbuatan-perbuatan diluar batas yang Mereka lakukan, hingga tawa canda Suami dengan Wanita lain yang sangat menyakitkan meskipun cuma ada dalam bayangan. Belum lagi, pada keadaan tertentu Suami menghilang tanpa alasan yang jelas. Hal itu terjadi secara tiba-tiba dan sepertinya untuk menutupi perselingkuhan yang ada.
Perlahan tapi pasti, mulai dari tanda hingga akhirnya bukti-bukti kuat menunjukkan Kalau Suami sudah benar-benar melakukan kecurangan. Suami benar-benar selingkuh dengan Wanita lain. Mengingat kecurangan itu, sebagai Istri tentu merasa tidak mampu menerima. Bahkan seperti tidak percaya Suami benar-benar melakukan itu.
Kebohongan yang ditunjukkan Suami, begitu rapi hingga sebagai Istri sulit untuk membuka secara sempurna perselingkuhan yang ada. Dan kadang, tindakan sedikit saja bisa membuat Istri mudah menerima kebohongan sebagai suatu kebenaran.
Kasih sayang dari Suami tidak lagi terasa indah seperti dulu. Ada keinginan untuk membalas sakit hati ini. Merasa kalau bisa membalas perselingkuhan suami, merupakan tindakan yang tidak salah. Ini sebagai bentuk protes terhadap ketidak adilan yang ada.
Tidak sebanding dengan janji-janji suami dulu yang berjanji setia, mau menerima apa adanya, dan segala tipu muslihat yang membuat Istri percaya dan berani mengambil keputusan dalam memilih pendamping hidup. Tapi sekarang baru sadar kalau semua itu cuma bualan. Cuma kata pemanis untuk meyakinkan. Istri jadi merasa bodoh karena dulu bisa terperdaya oleh mulut serigala.
Belum lagi perjuangan bersama yang pernah dilalui. Suami dengan kondisi yang apa adanya, Istri rela menemani bahkan menderita untuk tetap setia mengabdi pada Suami. Setelah Suami mampu, seperti lupa diri. Dia justru menikmati kesuksesan bersama wanita lain.
Putus harapan untuk memiliki Rumah Tangga yang bahagia. Yang dirasakan hanya sesak di dada. Bayangan kemesraan Suami begitu melekat dalam pikiran. Tidur tidak lagi nyenyak seperti sebelumnya. Ketika jarak memisahkan, yang ada hanya rasa was-was. Tapi demi anak, baik atau buruk tetap harus dijalani. Sakit atau dalam kondisi susah harus tetap tegar.
Dalam kondisi seperti ini, menyibukkan diri adalah solusi untuk menghilangkan rasa resah yang ada. Berinteraksi dengan banyak Orang hingga suatu ketika ada kesempatan untuk membalas perselingkuhan yang ada. Mengikuti hasrat hingga akhirnya perselingkuhan itu benar-benar terjadi.
Haruskah merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang selama ini sudah dilakukan Suami terlebih dahulu?. Kadang memang merasa berdosa, tapi perasaan berdosa itu tertutupi oleh perselingkuhan yang sudah dilakukan oleh Suami terlebih dahulu. Bayangan kemesraan hingga perbuatan melebihi batas yang dilakukan Suami bersama Wanita lain, menutup semua rasa bersalah karena melakukan hal yang sama.
Rasa benci terhadap perbuatan
Suami dengan wanita lain, menjadi dasar untuk membenarkan diri sendiri. Hingga saat ini perselingkuhan itu masih berjalan. Ingin mengakhiri, sama saja kembali ke kehidupan yang membosankan dan jauh dari rasa cukup terhadap kasih sayang. Kalaupun mengakhiri perselingkuhan dalam kondisi suami yang masih seperti itu, paling hanya bertahan beberapa saat.
Setelahnya akan merasa kosong lagi, merasa kurang kasih sayang lagi, kemudian ada kesempatan lagi, dan terjadilah perselingkuhan kembali karena tidak tercukupi kebutuhan batin terkait kasih sayang Seorang Lelaki. Bahkan sangat mungkin perselingkuhan berikutnya adalah pemicu hancurnya hubungan Rumah tangga dengan Suami.
Dalam kondisi seperti ini, tentu saja menjadi serba salah. Merasa benar karena perselingkuhan yang terjadi dipicu oleh perbuatan suami yang melakukan perselingkuhan lebih dulu. Tapi kadang juga sadar bahwa tindakan yang selama ini dilakukan juga salah besar.
Hanya mampu mengikuti alur dan pasrah dengan keadaan. Yakin suatu saat akan mendapatkan jalan terbaik seperti apapun kondisinya. Entah salah atau benar, semua hanya karena konflik antara naluri dan logika. Ini terjadi karena keadaan. Karena sejatinya, Semua wanita ingin bahagia bersama Suami yang dicintainya.
Baca juga: 15 Pengaruh Istri Dibalik Kesuksesan Suami