Orang yang mudah dibodohi, mudah dibohongi, tentu mudah percaya dan sepertinya justru bahagia. Apa yang dikatakan pasangan, diyakini sebagai suatu kebenaran. Dan dalam menjalani kehidupan sepertinya hanya sesuai dengan pemikirannya. Tidak terlalu berharap lebih dan menjalani kehidupan apa adanya.
Tapi seiring berjalannya waktu, kecerdasan meningkat. Menjadi lebih banyak berpikir dan menemukan hal atau fakta baru. Karena hal itu akhirnya justru merasa seperti selalu banyak masalah. Seolah semakin cerdas justru semakin susah bahagia. Jika memang benar seperti itu, mungkin alasan-alasan berikut ini menjadi faktor pendukung bahwa
semakin cerdas semakin susah bahagia.
1. Lebih kritis
Lebih kritis terhadap pasangan sehingga tidak mudah percaya begitu saja. Banyak kemungkinan yang akan dipikirkan dan tentu saja kemungkinan buruk termasuk didalamnya. Sehingga akan memunculkan pikiran was was dari kemungkinan tersebut. Apalagi pacar menunjukkan tanda yang tidak biasa. Semakin cerdas semakin susah bahagia, karena semakin cerdas otomatis semakin mudah juga membaca tanda-tanda yang salah dari pasangan.
2. Harapan akan jauh lebih tinggi
Jika pemikiran masih standar, keinginan tidak begitu muluk muluk. Semakin cerdas seseorang maka semakin tinggi keinginannya. Apalagi wawasan semakin luas, semakin banyak lagi keinginan yang menjadi harapan.
3. Terlalu banyak pertimbangan
Orang cerdas cenderung banyak pertimbangan sehingga selalu fokus pada kesempurnaan. Terlalu terbiasa menganalisis sesuatu sehingga akan terbawa pada urusan penilaian terhadap pasangan. Sehingga akan merasa banyak hal yang salah atau kurang dari pasangan. Pada akhirnya merasa perlu untuk merubah pasangan menjadi lebih baik. Ketika tidak menunjukkan perubahan atau ada perubahan namun tidak sesuai harapan, perasaan kecewa akan muncul. Pemikiran akhir, merasa perlu untuk mencari pengganti yang lebih baik.
4. Mudah membuat kesimpulan atas sesuatu
Semakin cerdas seseorang maka semakin mudah mengambil kesimpulan terhadap sesuatu. Umumnya kesimpulan itu berdasarkan cara berpikirnya. Jika buruk tentu saja kesimpulan yang diambil juga lebih condong ke kesimpulan buruk. Semakin bertambah usia, semakin bertambah kecerdasan. Tapi sebaiknya, semakin bertambah kecerdasan juga harus diimbangi dengan peningkatan sikap dan perilaku yang lebih baik. Sehingga akan semakin bijaksana dalam menyikapi kecerdasan yang semakin bertambah.