"Dia itu janda, memang tidak ada pilihan lain yang gadis?" Ungkap seorang Ibu pada anak lelakinya yang menyatakan niatnya untuk menikahi janda. Kejadian yang benar-benar dialami oleh teman penulis madjongke sendiri. Satu lagi dari Orang tua yang mendapat pengakuan dari anak gadisnya karena punya hubungan dengan pria duda.
"Ayah sama ibu tidak setuju kamu menikah sama Duda. Cari yang masih legan (perjaka) kan banyak".
Dari dua ungkapan tersebut, sepertinya duda atau janda dipandang sebelah mata. Seolah Mereka langsung layak mendapatkan image buruk di mata para Orang tua. Memang setiap Orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Tapi bukan berarti harus menilai sesuatu dari satu faktor saja. Apalagi faktor tersebut hanya ada karena cara pandang yang berbeda. Ada banyak faktor lain yang harus menjadi bahan pertimbangan.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa
janda atau duda adalah sosok yang bermasalah. Karena terbukti dari berakhirnya hubungan pernikahan yang sudah pernah dijalani. Sehingga masalah yang pernah terjadi akan terbawa atau menjadi trauma dalam kehidupan pernikahan selanjutnya. Tapi apakah itu bisa dipastikan, tentu saja tidak. Karena dari perceraian yang terjadi, bisa saja karena konflik yang memang tidak bisa dihindari, jalan hidup Orang tidak selalu sama. Bisa saja pasangan sebelumnya dari janda atau duda tersebut memang sudah tidak bisa diajak untuk memperbaiki keadaan.
Anda sendiri saja contohnya, Anda terlalu mencintai seseorang dan terus berjuang untuknya. Tapi orang tersebut tidak pernah mau untuk menerima Anda dalam hidupnya. Dia memilih Orang lain, dengan itu apakah Anda bisa mengatasi masalah?, tentu saja tidak. Sama juga antara Duda dengan Janda, keduanya tentu sudah melalui proses dan akhirnya tetap memaksa Mereka untuk benar-benar berpisah.
Masalah trauma atau terangkatnya kembali masalah yang pernah terjadi, itu juga tergantung dari pribadi masing-masing. Sangat banyak janda atau duda, yang menjadikan perjalanan masa lalu sebagai pelajaran. Dan itu dijadikan motivasi juga dasar untuk memperbaiki diri. Meskipun ada juga yang justru semakin parah, tapi itu tidak mewakili janda atau duda. Itu lebih menuju pada pribadi masing-masing.
ketakutan akan adanya kisah buruk yang terulang menjadi alasan Orang tua melarang anaknya memilih janda atau duda jika karena alasan ini. Madjongke.com sampaikan lagi, itu tidak mewakili janda atau duda. Itu lebih menuju pada pribadi masing-masing serta cara keduanya dalam menjalani hubungan.
Gadis atau Perjaka juga belum menjamin tidak membawa masalah dari masa lalunya. Banyak juga perjaka atau gadis yang bermasalah dan itu terbawa dalam pernikahan. Jadi jangan hanya Duda atau Janda saja yang membawa masalah dari masa lalu, Gadis atau Perjaka juga bisa seperti itu. Intinya bukan masalah gadis, janda, duda, atau perjaka. Tapi lebih menuju pada pribadi masing-masing individu.
Pendapat lain, janda atau duda karena dari cara pandang sosial menurunkan harga diri Keluarga. Penulis madjongke juga tidak begitu setuju dengan hal ini. Kalau masalah ini juga tergantung dari kualitas diri janda atau duda tersebut. Sangat banyak janda atau duda yang justru bisa dibanggakan. Jangan hanya melihat dari statusnya, tapi lihat juga seperti apa orang tersebut. Cari tahu dulu bagaimana pola pikir, sikap, serta tingkah laku dari Seseorang, termasuk juga hal lain yang bisa menjadi kelebihan. Ini bukan masalah Janda atau Duda. Tapi kembali lagi pada pribadi masing-masing.
Ketika Seseorang mendengar kabar bahwa salah satu teman menikah dengan janda atau duda, merasa kaget. Tapi kadang hal itu bisa dimaklumi karena ada kelebihan yang membuat anggapan menikah dengan janda atau duda tersebut adalah wajar. Keadaan ini terjadi karena image negatif dan cara pandang buruk sudah melekat erat terhadap status janda atau duda. Sehingga pernikahan seperti ini dianggap wajar ketika ada kelebihan dari janda atau duda tersebut. Jika saja cara pandang status ini lebih baik, tentu bukan hanya wajar tapi kesan yang akan didapat lebih istimewa.
Yang lain masalah anak jika ada. Cara pandang umum, ini adalah masalah. Perhatian akan terbagi dan masalah prioritas kasih sayang. Ini juga bukan sesuatu yang benar menurut penulis madjongke.com. Sama saja ketika ada pasangan suami yang memiliki anak 2, 3, atau lebih dari itu. Banyak sekali yang bisa hidup hingga dewasa dengan baik. Jadi masalah ini juga tergantung dari pribadi masing-masing. Banyak juga yang berawal dari perjaka atau gadis akhirnya tidak sayang sama anak sendiri, tidak sayang sama pasangan dan bersikap seenaknya sendiri.
Jadi ini bukan mewakili janda atau duda. Ini kembali pada pribadi masing-masing. Bukan berarti juga jejaka atau gadis itu lebih buruk. Masalah sikap dan jalan hidup, hanya Tuhan yang tahu. Berawal dari janda atau duda yang akhirnya bahagia banyak, sebaliknya yang berawal dari duda atau janda memiliki kehidupan buruk juga banyak.
Begitu juga yang berawal dari gadis atau perjaka kemudian memiliki kehidupan yang bahagia itu banyak. Sebaliknya lagi berawal dari perjaka atau gadis tapi kemudian memiliki kehidupan rumah tangga yang sangat buruk juga banyak.
Pendapat lain janda atau duda itu bekas Orang lain. Tapi apakah ada yang menjamin kalau gadis atau perjaka bukan bekas Orang lain?. Tentu saja Orang tua tidak akan tahu hal itu. Yang pasti perbedaan janda dengan duda itu hanyalah status. Masalah bagaimana keadaan nantinya, itu tergantung dari pribadi masing-masing.
Orang Tua belum tentu bisa menjamin kebahagiaan anaknya ketika mengharuskan untuk menikah dengan gadis atau perjaka. Jadi jangan selalu memandang buruk duda atau janda, lihat juga kondisi anak serta faktor lain untuk menjadi bahan pertimbangan. Merubah cara pandang karena besar kemungkinan banyak Janda dan Duda yang berpotensi besar memberikan kebahagiaan.