Mencintai untuk dicintai adalah harapan terbesar Seseorang dalam memperjuangkan perasaannya. Banyak hal yang ingin dilakukan demi seseorang yang dicintai. Seperti halnya Dia yang selalu berjuang keras untuk mendapatkan cinta dari Kita. Dia ingin mempertahankan hubungan bersama Kita dengan usaha yang Dia anggap baik.
Sayangnya Kita sering terbuai dengan hal itu. Kita sering tidak sadar diri dan justru merasa sangat dibutuhkan. Kita sudah dibiasakan dengan tindakan Dia yang seolah benar-benar menginginkan Kita. Dan dengan itu Kita menjadi merasa biasa untuk sesuatu yang istimewa.
Kita jadi merasa tidak perlu untuk melakukan sesuatu. Kadang Kita tahu apa yang sebenarnya Dia inginkan, tapi Kita sering sekali tidak ingin melakukannya untuk Dia.
Apa yang Dia lakukan sudah terasa biasa saja hingga akhirnya menjadi kebiasaan. Sehingga ketika ada yang kurang, hati Kita bergejolak seolah tidak bisa menerima sesuatu yang kurang tersebut. Kita berani mencela, memaki, bahkan mengabaikan dan
menyakiti Dia karena tidak bisa menerima sesuatu yang kurang tersebut.
Dia memang membela diri, tapi Kita tahu bahwa Dia masih berusaha mengalah. Dia masih takut untuk balik marah sama Kita.
Mulai dari itu akhirnya Kita merasa aman. Tidak ada dampak buruk yang merugikan jika Kita marah sama Dia. Akhirnya hal ini juga akan jadi kebiasaan. Setiap ada sesuatu yang membuat Kita merasa tidak nyaman, Kita dengan mudah marah sama Dia, memaki Dia, hingga mengancam akan pergi darinya.
Kadang Kita memiliki rasa kasihan terhadapnya, tapi entah kenapa sulit sekali bagi Kita untuk mulai membuat Dia senang. Ada rasa kasihan, ada pikiran untuk membuat Dia bahagia. Tapi seolah ada yang menahan keinginan tersebut yang akhirnya membuat Kita memilih untuk diam saja, memilih diam hingga Dia yang memulainya.
Kita sudah terbiasa dengan hal itu, dan nilai dia di mata Kita juga sudah berbeda. Dia tidak begitu lagi menarik, tidak lagi membuat penasaran, tidak lagi mampu menciptakan sensasi seperti dulu, dan yang pasti Dia tampak selalu menyebalkan bagi Kita.
Kita sebenarnya tahu bahwa Dia sangat berharga, namun hasrat yang ada seolah mengatakan sebaliknya. Kita juga tahu kalau sebenarnya Kita sudah terbuai dan tidak tahu diri dengan keadaan ini. Merasa aman sehingga mudah sekali menyalahkan Dia.
Karena jadi kebiasaan akhirnya Dia sering sekali tampak salah. Orang lain melakukan hal yang sama, Kita bisa terima. Tapi kalau Dia yang melakukan, entah kenapa Kita mudah sekali marah.
Sebenarnya Kita tahu hal itu. Apalagi gengsi yang membuat Kita tidak ingin membuatnya senang lebih dulu. Seolah Kita memang harus menunjukkan keadaan tidak butuh, Kita juga tahu itu.
Hanya satu yang belum Kita tahu, yaitu ketika mengalami kondisi penyesalan saat kehilangan Dia. Kita belum benar-benar tahu rasanya jika mengalami hal itu. Bahkan Kita belum tahu dan sadar kalau suatu Kita bisa benar-benar kehilangan Dia.
Karena rasa aman dan semua kondisi yang Kita alami, Kita akan benar-benar merasakan kesan kalau Dia tidak begitu berharga. Kita tahu bahwa Dia akan bersabar dan selalu bertahan untuk Kita. Tapi jelas yang bersabar juga akhirnya bisa menyerah.
Sudah bukan saatnya lagi untuk berdiam diri, Kita harus berjuang seperti Dia yang berjuang untuk Kita. Jangan berpikir tidak jadi masalah jika Dia pergi, karena ekspektasi belum tentu sesuai dengan kenyataan Kita nanti.