Cinta memang penuh dengan liku-liku. Ada suka ada duka dan semua insan tentu pernah merasakan liku-liku dalam menjalani hubungan cinta tersebut. Bagi yang bisa bersyukur tentu mampu mendapatkan kebahagiaan sejati. Tapi bagi Mereka yang jarang bisa bersyukur, biasanya sulit menerima cinta dan justru sering menyakiti pasangan.
Cinta itu memiliki banyak hal dan sifatnya sangat luas. Didalamnya ada banyak cerita dan alur yang beraneka ragam. Bahkan cinta itu bisa disamakan dengan banyak hal termasuk anggota tubuh Manusia. Jika cinta itu ibarat gigi, maka cinta akan memiliki fakta seperti ini.
1. Sakit gigi adalah kondisi yang sangat menyiksa. Jika dicabut sayang atau takut ompong, tapi jika diberikan obat pereda juga masih harus melalui proses yang menyakitkan. Ini sama saja dengan mencintai Orang yang selalu menyakiti. Mau dilepas sayang, tapi mempertahankan juga menyakitkan.
2. Gigi bagus dan bersih seperti apapun, jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat maka pada akhirnya juga akan kotor dan rusak. Sikat gigi menjadi perawatan rutin setiap hari. Kuman bakteri, lendir, dan partikel-partikel didalam mulut terus berkembang dan dalam jangka panjang membentuk plak gigi. Sama juga dengan hubungan cinta. Sebaik apapun awalnya, jika dalam menjalani tidak ada perawatan juga bisa rusak. Hubungan bisa terasa menyiksa dan semakin lama perasaan bisa benar-benar hilang jika tidak ada tindakan perawatan.
3. Untuk membersihkan gigi perlu sikat gigi, pasta gigi, bahkan benang
gigi. Dan dalam membersihkan juga harus kompak dan memiliki jeda yang tepat saat menggosok dengan buka tutup rahang. Hubungan cinta juga seperti itu. Dalam menjaga tidak cukup hanya dengan satu hal saja. Banyak hal positif yang harus ada dalam hubungan agar tetap berjalan. Cantik atau ganteng saja tidak cukup. Sikap perhatian dan kasih sayang juga diperlukan untuk melakukan perawatan hubungan tersebut. Selain itu, keduanya juga harus kompak. Jadi bukan hanya satu pihak saja yang berjuang, keduanya harus sama-sama berjuang untuk mempertahankan hubungan.
4. Gigi berlubang jika dibiarkan juga bisa merambat pada masalah kesehatan mulut yang lain. Bisa juga gigi berlubang menjalar pada gigi sehat yang lain. Sehingga diperlukan pencabutan atau penambalan pada gigi sebelum semuanya terlambat. Hubungan cinta juga seperti itu, diperlukan penghargaan dan penghormatan untuk hal tertentu. Jika tidak maka segala hal sebagai bentuk penghinaan bisa menjalar pada penghinaan-penghinaan terhadap hal lain. Sehingga jika pernah melakukan penghinaan atau merendahkan pasangan, sebaiknya hal itu dihilangkan atau diperbaiki. Kalian tentu pernah mengalami masalah ini. Ketika pernah terjadi penghinaan sekali, ketika hal itu dibiarkan dan tidak diperbaiki akhirnya salah satu dari Kalian mulai berani melakukan penghinaan terhadap hal yang lain.
5. Penyebab gigi berlubang adalah karena adanya bakteri yang dinamakan Streptococcus mutans. Tanpa bakteri ini maka apapun yang Kalian makan, tidak akan membuat gigi menjadi berlubang. Sama saja seperti hubungan cinta. Tanpa ada pemicu atau sebab maka masalah tidak akan benar-benar buruk. Sehingga ada perlunya introspeksi diri jika ada masalah. Bisa saja ada faktor penyebab dari diri sendiri.
6. Gigi yang berantakan susunannya dan memiliki kondisi yang sangat parah bisa dibuat sempurna dengan penggunaan kawat gigi. Cinta juga seperti itu, ketika memulai dalam kondisi yang sangat buruk sekalipun bisa diperbaiki dan di tata menjadi lebih baik. Yang penting keduanya sama-sama berjuang dan mau melalui proses seperti Seseorang yang melakukan perawatan dengan kawat gigi. Sama-sama melalui proses yang panjang dan awalnya terasa menyakitkan. Tapi untuk jangka panjang, sama-sama memberikan perubahan baik yang memuaskan.
7. Membersihkan gigi sebagai bentuk perawatan tidak cukup dengan sikat gigi dan benang gigi saja. Setiap 6 bulan sekali perlu pergi ke Dokter gigi untuk melakukan perawatan. Cinta juga seperti itu. Tidak ada pihak yang akan mampu bertahan dalam hubungan cinta jika tidak melibatkan Orang lain. Misalnya saja saat menguatkan status hubungan yang melibatkan penghulu dan Orang Tua.