Ketika dipertemukan dengan Orang yang memiliki banyak kesamaan, umumnya Kita akan lebih mudah dalam berkomunikasi. Selain itu banyak diantara Kita yang akhirnya menganggap bahwa banyak persamaan sama saja banyak kecocokan. Kenyataannya belum tentu seperti itu, justru sangat banyak hal buruk tercipta karena banyaknya kesamaan. Dengan pasangan memiliki banyak kesamaan juga tidak menjamin keduanya akan merasa cocok. Justru didalam hubungan diperlukan perbedaan agar keduanya bisa sama-sama melengkapi. Buktinya, seperti ulasan berikut ini.
1. Kritis
Sama-sama kritis jika diterapkan pada hal yang positif, tentu hasilnya akan baik. Tapi dalam
hubungan jika keduanya sama-sama kritis, justru lebih sering terjadi konflik karena munculnya rasa curiga. Tidak bisa menerima secara mentah-mentah pernyataan pasangan, umumnya akan membuat masing-masing memiliki pemikiran yang luas. Segala kemungkinan akan muncul dalam pikiran tidak terkecuali tentang kemungkinan yang buruk-buruk.
2. Kualitas diri maksimal
Yang Cowok ganteng, kaya, dan diinginkan banyak Wanita. Sedangkan yang Cewek juga demikian cantik, kaya, dan juga menjadi idaman semua Pria. Ini cukup menggembirakan karena sama-sama bisa dengan mudah mendapatkan pengganti. Dari sini keduanya akan sama-sama merasa aman. Ketika kenyamanan, tuntutan dan rasa takut kehilangan belum begitu terasa, terjadi konflik atau masalah umumnya masing-masing akan mempertahankan egonya. Sama-sama merasa butuh untuk diperjuangkan. Bahkan bukan hanya saat terjadi masalah saja, saat menjalani hari-harinya, masing-masing tidak akan benar-benar mampu untuk menghadapi godaan untuk melakukan perselingkuhan.
3. Sama-sama tahan untuk bersikap diam
Karena merasa kecewa umumnya Orang akan bersikap diam dengan harapan pasangan mau untuk memulai memperbaiki hubungan duluan. Jika sama-sama bisa menahan diri, lama-lama hubungan bisa hancur sendiri. Umumnya karena merasa gengsi atau merasa benar. Satu pihak berpikir, siapa yang salah seharusnya Dia yang minta maaf. Kemudian satu pihak lagi juga memiliki pemikiran yang sama, jika Dia tidak menghubungi berarti tidak cinta. Menjadi kebiasaan, komunikasi umumnya akan terjadi namun melalui proses perdebatan terlebih dahulu.
4. Memandang masalah secara subyektif
Memandang masalah secara subyektif, umumnya mencari pembenaran atas diri sendiri. Keduanya akan merasa sama-sama benar. Pasti ada pembenaran untuk diri sendiri dan selalu yakin pasangan yang salah. Jika sudah begini, meskipun menjelaskan panjang lebar, yang ada tidak akan ada selesainya. Jika selesai umumnya karena kebutuhan namun tetap saja salah satu pihak hanya pura-pura mengalah dan akan ada perasaan dongkol dalam hatinya. Akan ada perasaan bahwa pasangan adalah Orang paling egois di Dunia.
5. Berharap terlalu tinggi
Kalau Dia berharap terlalu tinggi dan Kita juga demikian, umumnya tidak akan pernah merasa puas dengan keadaan sekarang. Dia berharap terlalu tinggi dan dari kenyataan tidak mendapatkan dari Kita. Kita juga tidak mendapatkan seperti yang Kita harapkan terhadap Dia. Sehingga masing-masing akan semakin menilai kalau pasangannya terlalu payah. Kekecewaan yang berlarut-larut akan membuat masing-masing merasa sedang tidak bersama pasangan yang tepat. Semakin lama untuk jangka panjang, dalam hati keduanya akan sama-sama menuntut yang terlalu jauh dari kenyataan. Padahal untuk bisa bahagia, bukan karena pencapaian tertinggi seperti yang diharapkan, akan tetapi karena cara tepat dalam menerima pasangan yang ada sekarang.
Dari semua kesamaan diatas, Kalian tentu pernah mengalami salah satu atau bahkan beberapa diantaranya. Jika itu masih ada, mungkin perlu perubahan sebelum terlanjur menjadi kebiasaan. Jika sudah terbiasa, bukan hanya hubungan sekarang yang akan jadi korban. Bukan tidak mungkin hubungan berikutnya juga rawan terjadi masalah.