Ketika kita mencintai seseorang, besar harapan yang Kita inginkan dari Dirinya. Dia adalah satu-satunya sosok yang tidak ingin Kita sakiti dan akan selalu Kita jaga perasaannya. Kita menurut dengan aturan-aturannya selama ini. Banyak hal yang dilalui, perjuangkan, hingga Kita korbankan untuk Dia. Yang kita inginkan tidak banyak, Dia bisa membalas perasaan Kita dengan seharusnya. Kita ingin Dia tetap ada disamping Kita, kalau bisa untuk selamanya.
Angan-angan dan gambaran masa depan, hingga kini masih dalam impian, tapi Kita berusaha untuk membuatnya menjadi kenyataan. Semuanya baik-baik saja, itu pikiran Kita. Hingga akhirnya, entah kenapa Dia justru semakin menjauh. Hingga akhirnya Kita harus mengejar untuk mempertahankan hubungan.
Namun Dia masih saja terus menjauh, bahkan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Kita. Dia tidak terima alasan juga tidak mau memberi alasan. Yang pasti, Dia sudah tidak bisa menerima Kita kembali tanpa kesalahan yang jelas.
Kita berusaha memberontak dengan keputusan sepihak darinya, tapi tetap saja akhirnya Kita harus menerima kenyataan itu. Kita benar-benar kehilangan sosok yang Kita sayangi dan Kita cintai. Sejak saat itu, Kita berusaha kuat meskipun sebenarnya merasa tidak sanggup untuk menjalaninya.
Ketika dalam suasana tenang, Kita dikejutkan oleh kabar yang sangat menyakitkan. Intinya Kita tahu Dia meninggalkan Kita untuk Orang lain. Bahkan mungkin sekali, Dia sudah menjalin hubungan sejak saat masih bersama Kita. Rasa tidak percaya namun memang inilah yang terjadi. Dia tampak bahagia bersama pilihannya.
Kita berusaha menata diri kembali, memulai hidup baru, dan berusaha membiasakan diri tanpa Dirinya. Tapi rasa rindu itu masih Kita rasakan, Kita tidak benar-benar bisa menghilangkan Dia dari ingatan Kita. Bahkan mendatangkan perasaan baru dari Orang lain, juga bukan hal yang mudah.
Kita mulai membiasakan diri hidup sendiri, bahkan memaksakan diri untuk mengisi hati bersama Orang lain. Tapi jelas saja, Kita tidak bisa move on dari Dia.
Hingga suatu saat ketika keadaan sudah mulai tenang, Dia kembali menghubungi Kita lagi. Semakin sering dan Dia sepertinya ingin kembali. Tidak menutup kemungkinan akhirnya Dia menceritakan penderitaan yang selama ini dialami bersama pilihannya. Kadang Dia memuji kelebihan Kita yang sama saja menunjukkan pilihannya tidak lebih baik dari Kita.
Yang jelas, Kita jadi tahu bahwa Dia sudah salah memilih, Dia sudah
kecewa dengan pilihannya, dan jelas saja Dia juga masih punya rasa terhadap Kita. Ini jelas saja keadaan yang membingungkan. Kita memang ada rasa, tapi Kita juga sudah terlanjur sakit hati karena dicampakkan demi Orang lain.
Dia sudah mengabaikan Kita, membuang Kita, bahkan mungkin menganggap Kita sebagai sampah. Kini Dia seperti menjilat ludah sendiri. Jika melihat dari rasa sayang Kita dan harapan yang pernah ada, Kita seperti ingin menerima kembali. Tapi jika sudah mengingat rasa sakit dan tingkah buruknya terhadap Kita, dendam itu muncul kembali. Apa yang seharusnya dilakukan?.
Kita hanya punya pertimbangan, menerima kembali dan berharap Dia bisa memperbaiki diri atau menolak dan menutup diri darinya. Dipikir-pikir, enak saja Dia datang lagi setelah meninggalkan Kita. Dia cuma mau enaknya saja, dan saat merasa tidak menemukan keuntungan berpaling dengan orang lain. Ketika tidak menemukan keuntungan lagi dari pilihannya, Dia mau enaknya lagi bersama Kita.
Kalau penulis pribadi, tidak akan menerima Orang seperti ini lagi. Itu lebih baik untuk memberinya pelajaran. Kalau kembali, belum tentu Dia akan berubah. Kemungkinan besar Dia akan meremehkan Kita. Karena kalau sikapnya dulu buruk, kemungkinan itu akan kembali terjadi. Selain itu, nilai Kita di mata Dia juga sudah berkurang. Karena mau menerima Dia kembali setelah sebelumnya ada kejadian yang sangat menyakitkan.