Gambar cuma ilustrasi
Sebenarnya ini adalah pengalaman yang sudah lama berlalu, jadi saat itu Saya punya cewek yang punya adek cewek juga. Antara kakak beradik itu, keduanya memiliki usia yang tidak terlalu jauh, keduanya sama-sama manis. Menurut Saya sih adiknya lebih imut. Kebetulan juga adiknya dekat juga dengan Saya, sering manja-manja begitu. Jadi kalau lagi apel, adiknya itu lebih banyak bercanda dan ngobrol sama Saya. Sang kakak yang statusnya pacar Saya, sepertinya bisa berpikir dewasa. Membiarkan kedekatan itu dan tidak berpikir yang macam-macam.
Jadi kalau apel, Saya tampak seperti cowoknya si adek. Meskipun semua juga tahu kalau Saya ini pacaran sama kakaknya. Kebetulan saat itu Ortu mereka sedang tidak ada di Rumah, Saya punya inisiatif untuk mengajak Mereka pergi. Tentu saja adeknya ikut serta. Dalam perjalanan itu, sang kakak tampak lebih banyak diam. Justru adeknya yang tampak aktif mengajak ini itu. Sang adik ternyata tampak menikmati perjalanan itu. Menunjukkan sikap manja dan sebagainya. Saat mengalami kondisi ini, berikut hal-hal yang Saya rasakan, gak munafik.
1. Ada keinginan untuk macari adeknya juga
Waktu itu pernah berpikir untuk macari adeknya sekalian. Keinginannya bisa melakukan diam-diam dan adeknya bisa diajak kerja sama. Karena selama ini, adiknya yang selalu aktif menemani dan membuat suasana jadi asyik. Dan jujur juga sih, adiknya itu lebih cantik dan lebih imut. Jelas saja pikiran itu sempat ada, tapi karena banyak pertimbangan akhirnya mengurungkan niat tersebut. Bukan maksud kepedean sih, tapi perasaannya adek seneng banget kalau Ada saya.
2. Serba salah
Serba salah sama sang kakak. Ingin melibatkan Dia agar ikut aktif, sepertinya Dia tidak berminat. Dan sepertinya Dia justru merasa terganggu dengan Saya sama adeknya yang tampak aktif. Ingin melibatkan sepertinya sang kakak tidak akan bisa mengimbangi, tidak melibatkan kok kesannya sang kakak yang jadi obat nyamuk.
3. Saat makan bareng
Saat makan bareng itu paling tidak enak hati. Sang adek sengaja duduk disamping Saya sedangkan kakak pada kursi yang bersebrangan. Si adek itu lumayan cerewet banget dan kakak lebih banyak diam dan mengatakan hal yang perlu perlu saja. Jika Saya menawarkan makanan yang tersedia di meja untuk kakak, adeknya yang menyahut "mau". Jadi tambah tidak enak saat seperti itu. Apalagi si kakak jadi pasif dan adek kadang punya inisiatif meyodorkan makanan yang ada didekatnya untuk saya.
4. Cium pipi musti sembunyi-sembunyi karena ada rasa takut dilihat
Kalau lagi jalan kaki, biasanya adek berada paling depan dan sang kakak berada di belakang. Musti curi-curi pandangan kalau mau cium pipi sang kakak. Pernah curi-curi pandangan eh akhirnya ketahuan sama si adek. Dan tidak boleh lagi, alasannya dosa. Pernah terjadi hal tidak menyenangkan karena hal ini. Adek melarang, tapi kakak ngotot "ini pacarku kok gak boleh", eh adek langsung marah dan diem. Jalan dipercepat menuju parkiran. Habis itu dalam perjalanan pulang diam seribu bahasa.
5. Saat pulang terasa tidak menyenangkan
Saat pulang tidak ada perasaan senang secara maksimal. Justru terkesan tidak enak sama keduanya. Karena keduanya tampak sama-sama kaku dan diam seribu bahasa. Mungkin adiknya ingin suasana santai seperti bermain dengan teman-temannya, tapi Saya sama kakak ingin jalan layaknya pasangan kekasih. Sebenarnya sih tidak masalah saat itu, tapi untuk membuat pacar merasa senang, kadang memberikan pembelaan bahwa memang adeknya "sedikit mengganggu". Padahal bagi saya seneng juga kalau adek ikut serta. hehe. Tapi karena pengalaman tersebut tidak menyenangkan akhirnya, jangan sampai deh mengalami kejadian serupa. Jika memang ingin mengajak serta sang adik, lebih baik dengan adik yang bisa memposisikan diri sebagai adik, bukan sebagai teman atau sahabat. Karena setelah lama berjalan, sang kakak ternyata diketahui menyimpan rasa cemburu meskipun dengan adiknya. Padahal mungkin adiknya memang punya sifat asli yang cukup manja.
Dan sekarang dari kisah tersebut, sang kakak sudah menikah dengan Pria lain. Dan Saya cuma sesekali berkomunikasi dengan adiknya, itu juga sebagai teman. Karena sudah bertahun-tahun menjalani aktivitas bersama. Cara berpikir sudah berubah dan tidak ada pikiran lagi untuk melakukan pendekatan sama adeknya. Soalnya tidak enak juga sama Orang tuanya, dianggap pernah menyakiti kakak kok dekati adeknya lagi. Padahal saat itu Saya yang ditinggalkan.
Lagian sang adek sebenarnya juga belum tentu mau, mungkin dulu hanya merasa asyik saja. 10 tahun berlalu dan saat ketemu Orang tuanya sudah tidak kenal, syukur.