Tidak sedikit TKW yang "ada main" sama Pria lain ketika bekerja di Luar Negeri. Sebaliknya banyak juga Suami di Kampung yang cari "hiburan" bersama Wanita lain ketika Istri bekerja di Luar Negeri. Bahkan ada juga Suami yang justru memanfaatkan uang kiriman Istri untuk kesenangan pribadi. Keduanya bisa berjalan beriringan namun ada juga yang berat sebelah.
Ketika Istri bekerja keras dan mengumpulkan uang untuk masa depan bersama, Suami di Rumah justru bersenang-senang dengan Wanita lain. Ketika kemampuan untuk membiayai kesenangan tersebut tidak begitu bagus, sering sekali menggunakan uang yang didapatkan oleh Istri sendiri. Istri yang tidak ada pikiran aneh-aneh tentu saja ada yang tidak menyadari hal ini.
Namun ada juga Istri yang memanfaatkan kebebasan dengan menjalin hubungan terlarang dengan Pria lain baik itu majikan sendiri, teman kerja, bahkan teman main ketika hari-hari libur. Padahal Suami di Rumah dengan setia menunggu kepulangan Istri untuk bertemu dengan anak-anaknya.
Ketika "kenakalan" itu terjadi hanya pada satu pihak saja, Kita bisa tahu siapa yang salah. Jika Istri yang selingkuh disana, tentu saja Istri yang bersalah. Sebaliknya jika Suami yang nakal di Kampung, Suami juga yang salah. Tapi Kalau keduanya sama-sama berselingkuh, kira-kira siapa yang salah?.
Untuk mengetahui keadaan ini Kita tidak bisa memberikan pendapat secara keseluruhan. Karena setiap kejadian itu ada sebab akibat. Kita perlu untuk memiliki cara pandang terhadap suatu masalah secara obyektif. Karena dari perselingkuhan yang terjadi ada sebab akibatnya.
Kadang perselingkuhan itu terjadi karena ada istilah "membalas dendam" terhadap sesuatu yang tidak pernah terjadi. Sebagai contoh Istri bekerja di Luar Negeri, mendapat pengaruh dari teman di Kampung, tetangga, bahkan pihak Keluarga yang curiga bahwa Suami di Kampung sudah melakukan kecurangan. Tapi pada kenyataannya Suami tidak melakukan hal itu. Karena dasar pengaruh dari orang lain akhirnya merasa perlu membalas tindakan Suami yang sebenarnya tidak pernah dilakukan. Karena hal itu akhirnya Suami juga merasa perlu melakukan hal sama jika tahu kelakuan Istri di Negeri Orang.
Namun dalam kasus lain, perselingkuhan itu terjadi karena masing-masing memang tidak bisa menahan diri. Masing-masing memiliki niat dan kemauan untuk selingkuh. Jadi keduanya sama-sama sadar melakukan perselingkuhan tanpa ada dasar keinginan untuk balas dendam.
Jadi memang tidak bisa dibenarkan untuk keduanya. Namun tidak selalu Mereka berdua saja yang salah. Masih ada pihak lain seperti misalnya Orang yang memberi pengaruh terhadap salah satu pihak. Jadi kesimpulannya, tidak ada yang murni benar. Niat apapun jika sudah melakukan kesalahan sama, tetap saja bersalah. Jika ada yang merasa benar karena melakukan dengan dasar balas dendam, itu hanya sekedar pembelaan saja.
Jadi tidak ada saran apapun, selain jangan mudah percaya dengan hasutan Orang. Jika memang sama-sama melakukan kesalahan tidak perlu membela diri dengan menyalahkan pasangan untuk menutupi kesalahan. Yang perlu dibayangkan hanyalah kebersamaan sebagai Suami Istri bersama anak-anak yang dicintai, itu adalah kebahagiaan yang tidak bisa dibayar dengan apapun.