Menikah tanpa pacaran itu mungkin saja. Sudah banyak yang mencoba dan terbukti berhasil. Tapi untuk sekarang ini sepertinya sulit untuk melakukannya. Sebagian besar merasa perlu untuk melalui proses pacaran lebih dulu. Memang dampak positif lebih banyak jika menikah tanpa melalui proses pacaran dulu, jadi langsung dilamar. Tapi untuk sekarang ini banyak yang menganggap aneh. Tapi apapun niatnya,
menikah tanpa pacaran itu bisa. Agar sukses untuk mewujudkannya, sebaiknya perhatikan beberapa hal ini.
1. Miliki Orang yang sama-sama bisa memberikan informasi akurat
Entah Kamu atau calon pasangan Kamu, memang harus memiliki orang yang bisa memberikan informasi secara akurat. Dia punya Orang terpercaya yang bisa memberikan banyak informasi tentang Kamu, dan Kamu juga punya Orang yang bisa memberikan informasi akurat tentang Dia. Kalian bisa sama-sama saling mempelajari. Namun pada umumnya, ini terjadi secara kebetulan. Jadi bukan kamu yang memiliki niat, tapi justru orang-orang yang memberi informasi tersebut yang berperan ganda sebagai mak comblang. Jadi pemberi informasi tersebut yang menjodohkan kamu dengan seseorang. Tapi tidak ada salahnya jemput bola. Kamu bisa meminta bantuan jika tidak ada yang memberikan penawaran.
2. Pastikan kalau diri Kamu layak untuk dipertimbangkan
Semua hal tidak bisa lepas dari yang namanya kualitas diri. Maka harus disesuaikan dengan kondisi Kamu saat ini. Jangan terlalu berharap lebih kalau kondisi Kamu belum begitu layak. Jika ingin lebih, maka pantaskan diri kamu terlebih dahulu. Karena ini penting sebagai bahan pertimbangan calon pasangan kamu atau Orang tuanya nanti.
3. Setidaknya harus ada perkenalan meskipun hanya melalui chatting
Untuk sekarang ini memang perlu yang namanya perkenalan. Kalian sebaiknya kenalan untuk mengetahui diri masing-masing. Meskipun hanya sebuah pengakuan dan selalu menunjukkan kesan baik, tapi setidaknya ini bisa menciptakan ikatan emosional. Sehingga Kalian bisa lebih akrab dan memiliki perasaan lebih. Kalian akan sama-sama merasa dekat dan tidak terkesan asing.
4. Minta bantuan Orang yang berpengaruh
Jika memang sudah mantap, minta bantuan Orang yang berpengaruh. Ini untuk mendatangkan rasa sungkan sehingga Orang tua akan kesulitan untuk menolak. Kalaupun tidak setuju setidaknya alasannya masih masuk akal. Tidak dengan penolakan mentah-mentah.
5. Kemungkinan terjadinya penolakan
Ini juga harus dipersiapkan langkah antisipasinya. Jika kemungkinan gagal lebih baik tidak perlu diteruskan. Tapi jika memang sudah mantap tidak ada salahnya mencoba. Tentu saja bisa melihat seberapa besar peluangnya.
6. Pemberian atau urusan untuk menciptakan kedekatan antar kedua Keluarga
Hubungan baik antar Keluarga sepertinya juga perlu dibangun. Maka langkah awal yang harus dimulai adalah membicarakan dengan orang tua. Katakan maksud keinginan agar Orang tua bisa memberikan saran dan bantuan. Sehingga usaha untuk menciptakan hubungan yang lebih serius bisa lancar karena ada keterlibatan Orang tua.
7. Menguji apakah ada rasa ketertarikan
Menguji dengan sedikit pancingan juga diperlukan. Adakah rasa ketertarikan dari calon pasangan. Hanya untuk memastikan apakah langkah berikutnya akan berhasil atau tidak.
8. Target yang masuk akal
Target tentu harus benar-benar masuk akal. Jangan sampai memasang target yang terlalu tinggi. Lihat latar belakang dan juga kehidupannya. Jika terlalu tinggi, tentu akan lebih sulit terutama untuk izin dan restu orang tuanya.
9. Gambaran kehidupan yang baik di masa mendatang
Sebagai calon Suami, Kamu harus bisa memberikan gambaran kehidupan yang baik dimasa yang akan datang. Sebaik-baiknya Wanita tidak ada yang ingin hidup menderita. Maka Kamu harus bisa memberikan gambaran kebaikan di masa yang akan datang. Lagi-lagi kembali kepada masalah penataan dan kelayakan diri. Sudah punya?.
10. Minimal sudah ada pertemuan untuk melihat secara langsung
Sebaiknya ada pertemuan meskipun masih melibatkan Orang lain. Tujuannya agar tidak ada kekecewaan dari kedua belah pihak. Jangan sampai untuk masalah fisik masing-masing pihak memiliki ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita yang ada.