Supir muatan diartikan supir kendaraan berat yang sering membawa muatan barang dengan berat maksimal. Menjadi supir muatan bukan pekerjaan yang mudah. Memiliki resiko yang sangat besar dan itu tidak begitu sebanding dengan hasilnya. Pengiriman barang untuk memenuhi kebutuhan Masyarakat tujuan menjadi tanggung jawab yang sangat berat. Jika saja ada keterlambatan, tentu saja bukan hanya supir truk yang rugi, tapi keterlambatan juga akan mempengaruhi perputaran ekonomi pada suatu daerah. Bahkan harga dari barang kiriman bisa meroket hanya karena terlambat datang. Jadi tanggung jawab supir muatan itu sangat besar.
Belum lagi resiko yang harus dihadapi dijalan. Sekali kejadian, sangat mungkin uang hasil berbulan-bulan habis seketika. Tentunya itu bisa jadi resiko bagi Supir mandiri. Padahal sebenarnya bukan hanya itu saja, masih banyak penderitaan supir muatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut ini.
1. Kebelet boker saat macet dan di posisi jalur tengah
Pas lagi macet di tengah jalan, jalan merayap tapi kemudian kebelet boker. Ini adalah penderitaan yang tidak pernah bisa untuk dibayar dengan apapun. Bagi yang kerja kantoran atau menetap, masih enak karena se ketat-ketatnya peraturan, untuk izin boker bukan hal yang mustahil. Tapi bagaimana jika itu dialami oleh supir muatan. Macet padat merayap, berada di jalur tengah, kebelet boker lagi. Rasanya ingin ngamuk tapi mau ngamuk sama siapa. Berhenti kena semprot yang dibelakang, mau menepi juga bukan hal mudah. Kalau Kalian alami hal ini, kira-kira apa yang akan dilakukan.
2. Waktu tempuh lebih lama untuk jarak yang sama
Berangkat bareng sama kendaraan lain, kendaraan lain sudah sampai supir muatan baru setengah jalan. Giliran hampir sampai tujuan, berpapasan sama kendaraan yang tadi berangkat bareng merupakan hal biasa. Ini menguji kesabaran bagi supir dalam mencapai tujuannya. AB: "Dah selesai makan, berangkat bareng yuk", BS: "Boleh", AB: " Dah sampai mana bro?", Bs: "Baru masuk cirebon, lu sendiri bagaimana?" AB: "Udah sampai bro hehee" (beberapa saat kemudian) AB: "Sampai mana bro", BS: "baru keluar cirebon, lu sampai mana", AB: "Hahaha, sudah balik lagi, sampai ke tempat makan Kita tadi".
3. Terkena sorot lampu LED putih dari mobil lawan arah
Ini nih yang sering membahayakan supir, sebenarnya bukan cuma supir muatan tapi hampir semua supir menderita kalau alami hal ini. Saking silaunya kadang jadi tidak bisa fokus. Seketika mengalami buta sementara, dan tentu saja harus menggunakan feeling untuk tetap berada di jalur yang seharusnya.
4. Tidak punya waktu pasti untuk bersama Keluarga
Harus menempuh perjalanan beberapa hari sehingga sering sekali tidak punya waktu untuk bersama Keluarga. Kadang ada yang merasa sedih ketika dijalan melihat keceriaan anak bersama kedua Orang tuanya. Tapi bagi Mereka lebih baik tidak bertemu daripada tidak bisa memberi maka Keluarga.
5. Waktu tidur yang tidak teratur
Tidak seperti karyawan kantoran yang bisa melakukan pekerjaan dengan waktu yang sudah diatur selayaknya Orang bekerja. Sehingga waktu tidur tetap bisa diatur. Sedangkan supir muatan tidak akan bisa mengalami hal itu. Kadang tidur sebentar kemudian jalan lagi, bahkan kadang tidak ada kesempatan untuk tidur.
6. Pungutan liar
Ini yang tidak bisa dihindari. Di beberapa wilayah sering harus memberikan pungutan liar untuk beberapa oknum berseragam atau preman jalanan. Memang sebenarnya tidak terlalu besar, tapi karena saking seringnya, jika di total juga bisa buat makan untuk beberapa Orang.
7. Tabah dan menerima karena sering disalip oleh kendaraan yang lain
Bagaimana perasaan Kalian jika terbiasa jalan cepat tapi kemudian disuruh mengemudi lambat. Jiwa muda tentu akan mudah panas jika melihat kendaraan lain mendahului terus menerus. Ada keinginan menginjak gas lebih dalam, tapi apa daya takut ban mudah panas dan akhirnya meletus. Sama saja justru akan membuat perjalanan lebih tertunda. Makanya harus selalu sabar jika jadi
supir muatan berat.
8. Kadang harus rela kelaparan ketika ban pecah dijalan tol
Kadang harus rela kelapatan ketika ban pecah dijalan tol. Iya kalau ban cadangan masih ada, kalau tidak ada tentu harus menahan diri sampai bantuan datang. Dan disaat menunggu tersebut, tentu tidak ada penjual nasi keliling sehingga supir truk harus menahan lapar.