Perceraian sering sekali dijadikan pilihan utama ketika hubungan sudah tidak lagi harmonis, adanya masalah keuangan, hingga masalah Orang ketiga. Dalam posisi ini jelas saja anak yang akan menjadi korbannya. Sebelumnya anak memiliki satu Keluarga kecil utuh namun akhirnya merasakan ketiadaan dari salah satu Orangnya. Salah satu sosok Ayah atau Ibu, tidak akan lagi ditemui setiap hari dalam hidupnya.
Merasa kehilangan, mungkin belum begitu kuat dirasakan oleh anak. Tapi pada suatu hari nanti, jelas akan merasakan kerinduan yang mendalam. Bahkan merasakan kehidupan yang berbeda dari teman-teman lain. "Kenapa aku tidak punya ayah", "Kenapa Aku tidak punya Ibu", dan beragam pertanyaan lain akan muncul dalam benak sang anak.
Ketika anak mulai menyadari hal itu, akan lebih menyedihkan lagi ketika melihat teman lain sedang bahagia bersama Ayah dan Ibunya. Anak memang secara langsung tidak merasakan kesedihannya, tapi sudah pasti memiliki keinginan untuk merasakan keadaan yang sama.
Belum lagi ketika beradu keunggulan bersama teman lain tentang Orang tua. Sang anak sudah kalah telak dengan teman lain. Ketika yang lain bercerita dengan penuh rasa bangga "Ayah dan Ibuku", maka sang Anak akan langsung tertusuk. Seperti tidak ada jurus lain untuk dikeluarkan. Sebab, Ayah dan Ibunya sudah bercerai. Tidak ada cerita sempurna untuk dibanggakan.
Kita sebagai Orang tua yang bercerai, mungkin justru yang akan merasakan duka sang anak. Mengingat momen yang seharusnya dialami anak bersama Kedua Orang Tuanya, bisa membuat hati teriris ketika merenung dan membayangkan hak anak yang dirampas oleh keegoisan Orang Tua.
Bisa dibayangkan, andai saja Anak mengisi liburan bersama Ayah dan Ibunya. Terbayang seperti apa kebahagiaan sang Anak. Sebelumnya kehilangan keberadaan salah satu Orang tuanya, akhirnya merasakan kembali kesempurnaan kebersamaan yang ada. Dengan tertawa riang menggandeng Ayah untuk menunjukkan sesuatu, tidak mau kalah Ibunya juga diberitahu. Itu adalah kebahagiaan yang tidak terbayar oleh apapun.
Atau saat belanja keperluan Sekolah. Dengan diantar Sang Ayah, bersama Ibu memilih tas dan sepatu yang diinginkan. Meminta pendapat kepada kedua Orang tuanya. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah sang Anak, tidak tergantikan oleh apapun. Benar-benar kebahagiaan sejati yang keluar dari ketulusan hati.
Belum lagi ketika anak punya hasrat bercerita yang sangat kuat tentang apa yang dialami seharian tadi. Dengan Ayah disamping kanan dan Ibu disamping kiri, dengan penuh semangat memamerkan cerita yang penuh dengan keseruan tadi siang. Menghabiskan waktu sampai mengantuk bersama kedua Orang tuanya.
Tapi sayang semua itu cuma sekedar bayangan, dalam kehidupan nyata hal itu tidak dialami oleh sang anak. Padahal sebenarnya itu adalah hak anak untuk mengalaminya. Semua sudah terlanjur terjadi, meskipun tidak mendapatkan semua itu setidaknya anak mendapatkan kebahagiaan dalam bentuk lain.
Berikan kebahagiaan dalam bentuk lain meskipun bersama dengan sosok yang lain. Menjadi pegangan untuk memilih pasangan yang baik bukan hanya untuk Kita, tapi juga baik untuk anak Kita. Sebelumnya anak sudah menjadi korban keegoisan Kita, jangan sampai menjadi korban keegoisan Kita yang kedua.
Baca juga
Kesalahan Menolak Untuk 1 Kekurangan Dan Memilih Orang Lain Untuk Kebanggaan
Wow, Wanita Ini Mencegah Pria Bunuh Diri Dengan Cara Romantis
Pacaran Bertahun-tahun, Pasangan Ini Berakhir Sangat Menyedihkan (15 Foto)