Sekarang ini sudah banyak Pria yang merasa punya kuasa dan bebas berperilaku karena merasa mampu. Demi menuruti keinginan bisa lupa dengan kewajiban hingga kadang melakukan tindakan yang memberi dampak menyakitkan bagi Istrinya. Menyakiti untuk pertama kali masih merasa bersalah namun setelah sering melakukannya merasa biasa saja.
Demi kesenangan mengorbankan perasaan istrinya. Tanpa peduli dampak jangka panjang atas tindakan menyakitkan yang sering dilakukan. Padahal Istri itu tidak boleh disakiti terus menerus, Istri pantas dibuat bahagia atau setidaknya dibuat tenang pikirannya. Jika merasa belum bisa membuat Istri bahagia, setidaknya jangan menyakiti. Banyak alasan yang mendukung hal itu, dan berikut beberapa diantaranya.
1. Dia yang akan menjadi pembimbing langsung anak-anakmu, jika Dia tersakiti akan mempengaruhi tumbuh kembang anakmu
Istri memiliki peran yang besar dalam mendidik anak daripada
Suami. Akan jadi seperti anak dimasa yang akan datang, itu semua tergantung dari Istri dalam mendidik anakmu. Jika dalam kehidupan Kamu sering menyakitinya, itu akan menambah beban hingga memberi pengaruh terhadap pola pikir Istri dalam mengarahkan anak. Bahkan ada juga yang karena tidak tahan, melampiaskan kekesalan pada sang Anak. Maka jika ingin punya anak baik, baiklah juga pada Istri kamu. Jangan menambah beban masalah dengan melakukan tindakan yang bisa menyakiti. Syukur-syukur bisa memberikan kebahagiaan lebih, tujuannya agar pikiran positif selalu ada dalam mendidik dan membesarkan anak-anak Kalian.
2. Istri sudah mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anakmu
Melahirkan bukan hanya sekedar masuk Rumah Sakit dan selesai. Nyawa benar-benar dipertaruhkan bahkan banyak kasus kehilangan nyawa saat proses tersebut. Itu tidak bisa tergantikan oleh apapun, belum lagi rasa sakit dan penderitaan yang dialami selama mengandung. Tidak perlu panjang lebar, karena sepertinya semua Orang sudah mengetahuinya.
3. Menyerahkan hidupnya untukmu dan mengorbankan kemungkinan terbaik yang bisa didapatkan dari Pria lain
Bisa saja sebenarnya Kamu tidak tahu, bukan hanya Kamu yang menginginkan Dia saat itu. Istri sebelum menikah dengan Kamu, ada beberapa Pria yang berusaha masuk dengan tujuan sama seperti Kamu. Bahkan bisa saja potensi kebahagiaan lebih banyak dengan Pria yang Dia tolak. Itu dilakukan hanya untuk menjalani kehidupan sama Kamu. Atau setidaknya, sebenarnya jika Dia bersabar dan mau memperbaiki diri sedikit, menolakmu bisa mengarahkan Dia mendapatkan sosok yang lebih baik. Tapi Dia melewatkan semua itu dan mantap menyerahkan hidup sama Kamu. Pilihan ini seharusnya bisa Kamu apresiasi dengan berusaha menjadi yang terbaik untuknya bukan menjadi sosok yang terus menyakitinya.
4. Dia bukan hanya menjadi Istri tapi merangkap peran yang lain
Sepertinya tidak ada Wanita yang hanya menjalani posisi sebagai Istri saja. Banyak peran lain yang dimainkan bahkan sampai level pembantu. Ini sudah merupakan kebiasaan yang sudah menjadi adat istiadat dalam kehidupan Kita. Maka tidak layak, jika Kamu terus menyakiti Dia.
5. Tugasnya sudah berat apalagi jika tinggal bersama mertua
Menjadi seorang Istri itu bukan sedang berada di zona nyaman, justru Wanita menikah cenderung keluar dari zona nyaman. Karena tugas-tugas istri itu berat, kadang keluar dari kebiasaan sebelumnya ketika masih ikut Orang tua. Apalagi jika ikut bersama mertua, konflik batin terutama jika mertua selalu menunjukkan sikap negatif. Mungkin bagi Kamu biasa saja, karena sebenarnya Kamu belum tahu. Istri hanya menahan diri saja agar tidak ada masalah, jika suatu saat sudah tidak tertahankan, pasti Kamu akan mendapatkan laporan demi laporan.
6. Wanita merupakan sosok yang sentimentil
Wanita itu lebih sensitif, sehingga sakit hati yang Dia rasakan lebih dalam dan lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan Pria yang mengalami keadaan sama. Tapi sering dianggap cengeng, lebay, dan lain sebagainya. Padahal memang itu yang dirasakan Wanita. Ibarat tindakan sama membuat Kamu merasa dicubit, bagi Wanita sudah terasa seperti ditusuk.
7. Bukan tidak mampu, tapi jika tega Dia punya kemampuan lebih untuk membalas Kamu
Wanita itu sebenarnya memiliki kemampuan lebih untuk menyakiti Kamu. Sebab hanya modal "mau" saja Dia bisa membalas sakit hatinya sama Kamu. Tapi Dia masih berpikir panjang. Coba bandingkan saja jika mau nakal, Kamu harus modal materi, rayuan, dan lain sebagainya. Sedangkan Istri jika memang niat, cukup modal diri sudah lebih dari cukup. Jadi bukan karena tidak mampu, Dia hanya tidak mau karena masih sayang sama Kamu.
8. Dia adalah tanggung jawabmu, Orang Tua mempercayakan aset berharga yang sudah "dirawat" bertahun-tahun
Bisa dibayangkan berapa beras yang sudah dihabiskan Orang tuanya sejak kecil, biaya pendidikan, biaya kesehatan, pakaian dan lain sebagainya. Tapi setelah jadi cantik, dewasa, dan siap melayani justru diserahkan sama Kamu begitu saja. Padahal itu adalah aset yang berharga. Memang itu sudah menjadi kodratnya, tapi jika Orang tua mau, menahan lebih lama juga bukan masalah, atau menahan anaknya meskipun sudah menikah agar tetap bisa melayani Mereka sebagai wujud balas budi. Tapi dengan ikhlas Orang tua memberikan anaknya begitu saja, sudah jadi kewajiban Kamu untuk menghargainya.
9. Ikhlas mengorbankan kebebasan untuk melayanimu
Wanita itu lebih enak saat masih lajang, bebas mau pergi sama sapa saja. Kalau masalah keuangan mencari sendiri cukup untuk menghidupi diri sendiri. Tapi demi cintanya kepadamu, Dia relakan kebebasan terenggut untuk ikut bersama Kamu.
10. Istri adalah pelarian terakhir ketika tidak ada Orang lain yang peduli denganmu nanti
Ketika Kamu sukses, diatas angin, bukan hanya teman tapi wanita penggoda juga siap ada di sisi Kamu. Tapi ketika Kamu jatuh, tidak ada yang peduli, istri adalah pelarian Kamu selain orang tua. Jika orang tua wajar, tapi Istri sebelumnya bukan siapa-siapa Kamu. Jika Istri siap menerima Kamu dalam kondisi susah, kenapa Kamu tidak menerima Dia utuh dalam kondisi bagaia?.
Baca juga: Jika tidak bisa berhenti selingkuh karena istri dan anakmu, berhentilah selingkuh demi selingkuhanmu