Tegar, panggil saja namaku dengan nama itu. Aku punya kisah yang cukup menyedihkan. Ini terjadi dimulai ketika Aku masih Kuliah 4 tahun yang lalu. Aku bertemu dengan Seorang Wanita, panggil saja Shinta (Nama samaran). Saat itu memang Aku masih kuliah, tapi Shinta sudah bekerja di salah satu Rumah sakit. Tentu Kalian tahu kalau Dia lebih tua dariku. Tidak ada masalah dalam hubungan Kami, Kami menjalin hubungan seperti Orang pada umumnya.
Hubungan dengan Keluarga masing-masing pun cukup baik. Shinta punya ikatan emosional dengan Keluargaku, Akupun merasa demikian. Bisa dikatakan hubungan Kami baik-baik saja. Ayahnya tidak mempermasalahkan statusku, dan Ibunya juga tampak seperti itu.
Hubungan berjalan hingga hitungan tahun, jujur sebenarnya dalam menjalani hubungan itu Aku sempat ragu. Sebab dari gaji kekasihku yang cukup tinggi, membuatnya memiliki gaya hidup yang cukup boros. Apalagi dari latar belakang, kekasihku juga termasuk dari Keluarga berada. Sempat Aku menanyakan, bagaimana nanti jika menikah, apakah akan begitu terus. Jawabannya memang logis tapi itu tampak memberatkan bagiku. Sebab Dia menuntutku untuk memiliki gaji lebih tinggi darinya, itu jelas sangat sulit untukku. Apalagi gambaran pekerjaan yang bisa melampuinya belum ada dalam pikiranku.
Sejak saat itu menjadi dilema bagiku, satu sisi Aku sangat menyayanginya, tapi disisi lain Aku mungkin merasa takut dengan tuntutan masa depan dengannya. Ditambah lagi terdengar kabar Ibunya juga menginginkan menantu dengan pekerjaan yang membanggakan. Dalam posisi masih kuliah, tentu hal itu membuatku minder sendiri.
Kami sempat putus, sebab saat itu Aku sedang sibuk skripsi sedangkan Dia terkesan ingin selalu menjadi prioritas. Belum lagi beban pikiran lain membuatku mantap untuk putus dengannya. Namun itu hanya berlangsung beberapa hari saja. Aku memang mengabaikannya hingga Dia mengirim pesan panjang lebar. Sengaja tidak Aku tanggapi karena pasti akan berakhir dengan perdebatan. Aku lebih memilih untuk mengajaknya bertemu untuk bicara langsung, sebab Aku tahu komunikasi melalui pesan singkat justru akan menciptakan kesalahan persepsi. Intinya Dia menginginkan kesempatan kedua.
Hubungan kembali hingga Aku lulus. Dia dan Keluarga seperti menuntut Aku untuk cepat sukses. Aku sudah berusaha untuk mencari pekerjaan kesana kemari, pekerjaan di Kota Tempat Aku tinggal, sepertinya tidak akan mampu untuk memenuhi tuntutannya. Hingga Akhirnya Aku punya inisiatif untuk mencari pekerjaan di Jakarta, Aku diterima, mendapat panggilan, dan dengan pekerjaan yang menjanjikan. Sayangnya Orang Tuaku tidak memberikan izin Aku terlalu jauh dari Mereka.
Hal ini pun Aku sampaikan pada kekasihku. Dia seperti tidak terima, jujur Dia menyatakan kalau sangat sayang padaku, tapi Dia juga tidak ingin terlalu lama menunggu. Kesimpulannya Aku harus sukses untuk akhirnya bisa menikah dengannya. Entah itu keinginan Keluarganya, atau keinginan pribadi Dia dengan alibi Keluarga sebagai tameng, Aku tidak pernah tahu kebenarannya.
Dalam fase tersebut, sambil proses mencari jati diri, Aku kuatkan untuk bertahan meskipun berada dibawah tekanan. Aku mulai belajar dan mencoba hal baru hingga akhirnya Aku menemukan hobi yang bisa mendatangkan uang untukku, Aku menekuni pekerjaan sekaligus hobi tersebut. Bagi Orang umum mungkin ini sudah cukup untuk hidup, tapi bagi Dia jelas jauh dari kata layak.
Pernah kakaknya menawarkan pekerjaan untukku, tapi sayang Aku sudah terlanjur menemukan Duniaku. Aku menolak tawaran tersebut, pikirku kalau jodoh pasti bertemu. Ini adalah dilema terbesarku, sebab meskipun punya pikiran seperti itu, Aku juga sayang dengannya.
Mungkin Dia putus asa dengan penantian ini, yang jelas Aku tahu apa keinginannya, yaitu memiliki pekerjaan yang lebih baik darinya dan menikah. Namun Dia menginginkan hal itu secepatnya. Dia akhirnya mengambil keputusan, menyatakan sebenarnya sayang sama Aku tapi juga tidak tahan terlalu lama menunggu, Dia meminta putus denganku. Entah ini hanya sekedar menguji atau serius, Akupun tidak tahu. Tapi dengan pertimbangan Aku setuju dengannya.
Tidak butuh waktu lama, Aku melihat dalam akun media sosial miliknya, Dia bertunangan dengan Orang lain. Terlalu cepat menurutku, tapi memang sebelum putus Aku sudah merasa kalau Dia sudah berbeda. Ada indikasi Dia sudah berhubungan dengan Pria lain. Sangat menyayangkan memang dengan hal itu, tapi tidak ada pilihan lain karena keadaan cinta yang suci ini harus berakhir karena materi. Orang tuaku pun merasa malu bahkan sedih, tapi semua itu sudah terjadi. Sekarang, Aku hanya bisa berdoa semoga Kami bahagia dengan jalan masing-masing.
Diceritakan oleh Tegar dan disusun ulang oleh Penulis Madjongke.com
Baca juga: Kisah Unik: Sahabat Memaksaku Untuk Memiliki Istrinya