Pada suatu ketika Kita sudah merasa nyaman dengan Seseorang, Kita benar-benar merasakan hal itu. Saat ini Kita memang tidak bisa memprediksi secara akurat apa yang akan terjadi nanti, tapi setidaknya Kita bisa melihat potensi kebahagiaan dengannya. Seseorang tersebut sebenarnya sudah layak dan mampu memberikan apa yang nanti akan Kita butuhkan.
Tapi ada hal yang kurang darinya, misalnya saja menurut Orang-orang Dia kurang menarik, menurut Orang Dia tidak membanggakan, atau banyak sekali Orang yang berpendapat Dia tidak begitu layak untuk Kita. Punya satu kekurangan dimana Orang lain menganggap kekurangan itu benar-benar memberikan kesan yang tidak baik.
Dalam hati kecil Kita sudah mantap dengannya, tapi karena kesan orang lain terhadapnya membuat Kita memiliki satu bahan pertimbangan lagi. Ada perasaan malu jika harus melanjutkan hubungan dengannya, ada rasa malu jika mengakui Dia sebagai pasangan. Padahal hanya karena satu hal yang menjadi penilaian bagi Orang kebanyakan. Karena kata Orang tersebut memberi pengaruh pada pikiran Kita.
Padahal Dia sudah baik, mau berjuang dan menemani Kita dalam keadaan apapun, dan yang pasti bisa menjadi sosok pasangan yang baik. Tapi mungkin karena pekerjaan Dia yang tidak membanggakan (misalnya), membuat Kita berpikir dua kali. Kita merasa seandainya Dia memiliki pekerjaan yang lebih membanggakan, baru Kita bisa berpikir Dia adalah sosok pasangan sempurna. Memilih pasangan karena memikirkan kesan dari Orang lain, hanya akan mendatangkan kerugian sendiri. Beberapa diantaranya seperti ini.
1. Kita akan terus mengejar standar Orang lain yang terus berubah-ubah
Ketika Orang lain menganggap berseragam adalah pekerjaan terbaik, maka dalam pikiran Kita harus mendapatkan pasangan yang berseragam. Meskipun pasangan berseragam sudah didapatkan, akan ada pendapat dari Orang lain misalnya pangkat dan jabatan. Sekeras apapun berusaha memenuhi tuntutan standar Orang lain, pasti akan ada hal yang dianggap kurang. Ini akan membuat pola pikir Kita kacau, Kita merasa membutuhkan pasangan yang benar-benar sempurna menurut Orang lain. Dan itu sampai kapanpun tidak akan berhasil.
2. Mengorbankan kebahagiaan hanya untuk kesan
Jika hanya ada dua pilihan, Kita cenderung terdorong untuk memilih bersama Orang yang membanggakan meskipun menutupi penderitaan dalam menjalani hubungan didalamnya. Dan Kita tidak akan memilih bersama Orang yang "memalukan" meskipun didalam menjalani hubungan tersimpan kebahagiaan yang sesungguhnya. Penulis sendiri punya teman, di mata Orang lain Dia tampak bahagia, tampak beruntung, tapi dalam batin merasa tersiksa dalam kehidupan Rumah tangganya. Dia harus bisa menjaga rahasia tersebut dari Orang-orang agar tetap dianggap bahagia. Begitu juga dengan Kita, jika terus mendengar apa kata Orang, Kita cenderung memilih menderita tapi tampak bahagia jika hanya ada dua pilihan tersebut.
3. Tidak peduli apapun keadaannya Kita harus berusaha keras demi menjaga kesan
Hidup bagaikan memakai topeng itu butuh pengorbanan keras, dampak ketika Kita lebih memikirkan kesan Orang lain adalah menjadi terbiasa dengan hal itu. Saat Kita lebih memikirkan kebahagiaan sendiri maka Kita tidak akan peduli apa kata Orang, tapi jika sebaliknya akan menjadi kerugian bagi Kita. Kita sudah terbiasa menunjukkan kesan yang baik-baik serta membanggakan. Ini akan merambat pada hal lain yang berkaitan dengan kehidupan. Sehingga meskipun harus memaksakan diri, Kita seperti dituntut untuk tetap melakukannya.
4. Melupakan seribu kebaikan hanya karena satu kekurangan
Dia mapan, pekerja keras, bisa mendampingi dari nol, menerima Kita apa adanya, setia, Kita memandangnya pun memiliki daya tarik tersendiri, menuntun Kita dalam kebaikan, dan masih banyak kelebihan lain. Semua itu bisa terlupakan hanya karena menurut Orang lain Dia memiliki masa lalu yang buruk. Padahal Kita sendiri sudah yakin Dia sudah berubah. Tapi karena lebih memikirkan kesan dari orang, Kita menjadi lupa dengan segala kebaikan atau kelebihan yang Dia miliki. Kita mulai mempermasalahkan satu kekurangan tersebut. Padahal bisa saja dari faktor internal kekurangan itu tidak memberi pengaruh bagi kehidupan Kita nantinya, karena itu hanya muncul dalam pikiran Kita.
5. Mempersempit kesempatan untuk bertemu dengan Orang yang tepat
Peluang untuk mendapatkan Orang yang tepat untuk Kita sebenarnya cukup banyak, tapi Kita sering sekali tergoda dengan sosok lain yang Kita anggap lebih membanggakan. Padahal kesan itu hanya Kita rasakan diawal saja, semakin jauh Kita semakin tahu kalau setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi saat semua itu berjalan, Kita sudah terlalu sering membuang kesempatan. Hingga nanti tiba masanya, Kita sudah tidak bisa memilih lagi. Pada akhirnya Kita dipilihkan oleh waktu yang belum tentu lebih baik dari semua sosok yang Kita sia-siakan.
6. Memberikan penyesalan setelah nanti sadar
Saat ini Kita masih mengejar kesan dari Orang lain, tentu saja saat ini belum sadar apa yang sebenarnya terjadi. Tapi suatu saat nanti, ketika semua sudah terlanjur Kita pasti menyesali dan mulai memikirkan hal-hal yang seharusnya Kita dapatkan. Ini memang sulit dijelaskan dan dimengerti, tapi suatu saat Kita akan tahu setelah benar-benar menyadari apa yang sebenarnya menjadi kesalahan Kita dimasa sebelumnya.
7. Perasaan tidak terima ketika melihat perubahan baik Orang-orang yang pernah Kita tinggalkan
Saat ini Kita memang bisa dengan mudah melepaskan Orang yang dianggap tidak begitu bisa memberikan kebanggaan. Tapi suatu saat nanti keadaan Orang siapa yang tahu, nasib baik bisa datang pada Mereka. "Aku gak bakalan seperti itu, yakin" itu pemikiran Kita saat ini, tapi nanti setelah semua terjadi ceritanya akan berbeda. Apalagi keadaan Kita tidak lebih baik dari Orang-orang yang Kita tinggalkan.
Itu saja yang madjongke.com sampaikan untuk kerugian memilih pasangan karena memikirkan kesan Orang lain. Kita tidak seharusnya mendengar apa yang dikatakan Orang lain. Jalani apa yang menurut Kita baik dan menurut Kita nyaman. Terserah kata orang yang penting Kita yang merasakan. Ingat, Kita hidup seperti apapun Orang lain pasti ada yang memberi komentar negatif, siapapun itu.
Baca juga: Sebaiknya Jangan Pacaran Sama 10 Cowok Seperti ini