Bagi yang menjalani bisnis jual beli dimana membutuhkan interaksi dengan pembeli, tentu saja banyak yang menggunakan sistem kekeluargaan. Belum secanggih sistem yang digunakan oleh Toko besar atau Swalayan. Apalagi jika sang Pemilik usaha tersebut terjun sendiri dan berinteraksi langsung dengan pembeli, tentu rawan terjadi kebocoran terutama masalah hutang. Tentunya penjual tidak bisa menghindari satu atau dua pembeli yang suka membayar belakangan. Padahal sistem yang dipakai, sebenarnya tidak menerapkan sistem cicil atau hutang. Sudah sejak awal berusaha ada uang ada barang, sehingga uang bisa digunakan untuk modal kembali.
Tapi namanya memakai sistem Kekeluargaan, lebih banyak rasa sungkan jika tidak memberi kesempatan pembeli untuk bayar belakangan. Apalagi pembeli adalah langganan, tetangga, atau bahkan teman sendiri. Mau tidak mau harus memberi kemudahan kepada pembeli ketika menginginkan atau membutuhkan barang tapi belum bisa membayarnya.
Sayangnya karena tidak ada tuntutan, Penjual baik hati dan terkesan tidak masalah jika dibayar belakangan, pembeli sering sekali meremehkannya. Merasa sayang jika membayar secepatnya, padahal sebenarnya sudah ada kemampuan. Seperti tidak menjadikan hutang itu sebagai prioritas utama. Justru menuruti kesenangan sendiri daripada membayar hutang.
Pembeli seperti ini merupakan pembeli yang tidak tahu diri, hutang boleh tapi juga harus tahu tanggung jawabnya. Penjual tentu dengan senang hati akan memberi pinjaman lagi jika pembeli bisa tertib membayar tepat waktu. Pembeli seperti ini mungkin tidak menyadari penderitaan apa saja yang dialami Penjual ketika dagangannya dihutang oleh pembeli tidak tahu diri. Sehingga dengan mudah menggampangkan uang yang seharusnya dibayarkan sesuai waktu yang ditentukan. Agar lebih tahu diri, inilah penderitaan penjual jika dagangannya dihutang pembeli tidak tahu diri.
1. Perasaan tidak tenang ketika memikirkan perputaran uang yang ada
Baru saja dihutang sudah memberikan penderitaan tersendiri. Ketika memikirkan barang yang dihutang tentu saja sudah memberikan perasaan cemas, apalagi dalam hal pembukuan begitu rinci. Dalam hitungan sudah muncul sebagai keuntungan tapi uangnya tidak ada. Jika pasti kembali tidak begitu menjadi masalah karena itu hanya sekedar penundaan, tapi jika kepastian dibayar atau tidak belum ada, itu yang bikin resah. Penjual pengalaman tentu bisa mengerti potensi tidak kembali itu besar, sebab sudah banyak pembeli hutang yang tidak mengerti akan tanggung jawabnya.
2. Harus kerja keras menjual lebih banyak hanya untuk mengembalikan modal
Kita anggap saja keuntungan cuma 20% dari modal, maka ketika satu barang saja dihutang, penjual harus menjual 5 barang baru bisa kembali modal. Tentu saja ini sangat merugikan apalagi perputaran uang begitu deras. Iya jika keuntungan memang 20%, bagaimana jika cuma 15%, 10%, bahkan jika kurang dari itu. Tentu saja penjual harus bekerja ekstra untuk mengembalikan modal seperti semula. Jika saja tidak dihutang, bisa saja keuntungan dari penjualan tersebut bisa digunakan untuk memperbanyak dagangan.
3. Kekecewaan ketika waktu jatuh tempo ternyata tidak ada kabar
Saat sudah sampai pada tanggal yang ditetapkan, Penjual menjadi harap-harap cemas. Ada harapan akan dibayarkan hutangnya, tapi kecemasan terasa jika saja tidak muncul. Akan menjadi penderitaan ketika ternyata pembeli yang hutang tidak ada kabar sama sekali. Justru terkesan sengaja menghilang agar tidak membayar hutangnya. Jangankan barang bernilai tinggi, bernilai rendah saja bisa membuat Penjual merasa menderita.
4. Justru merasa bersalah ketika harus berkali-kali menagih atau mengingatkan hutang pada pembeli
Dibiarkan tidak ada omongan, disindir tidak merasa, ditagih juga alasan. Menderita banget apalagi jika harus menagih hingga beberapa kali. Padahal itu sudah menjadi hak penjual, tapi sepertinya pembeli tidak mau mengerti. Justru merasa menggampangkan dan posisi menjadi berbalik. Ada perasaan bersalah meskipun sebenarnya itu dikarenakan pembeli yang tidak tahu diri.
5. Merasa untung tapi sebenarnya buntung
Dalam hitung-hitungan barang sudah laku dengan keuntungan sekian persen. Pemikiran untung itu bisa dimiliki padahal sebenarnya buntung. Barang berkurang tapi uang tidak kumpul. Setelah menyadari pembeli yang hutang ternyata tidak tahu diri, tentu saja Penjual sendiri yang merasakan penderitaannya.
6. Kadang harus mengorbankan kebutuhan lain untuk menutupi modal
Namanya usaha tentu membutuhkan modal. Dari modal tersebut mendatangkan keuntungan, dan keuntungan itulah yang digunakan untuk menutupi kebutuhan. Tapi sayangnya karena dihutang, menyeret bukan hanya keuntungan tapi juga modalnya. Ujung-ujungnya jika terpaksa, harus mengorbankan kebutuhan sendiri agar usaha tetap berjalan.
7. Tekanan batin saat berusaha menahan diri ketika menyimpan beban itu sendiri
Sebenarnya ada niat positif untuk menjaga rahasia agar nama baik si penghutang tidak tercemar. Caranya tentu saja dengan tidak bercerita pada Orang lain. Tapi karena si penghutang sendiri yang tidak tahu diri, membuat Penjual merasa menderita akhirnya. Makanya ketika ada pembeli hutang yang tidak tahu diri, banyak penjual yang berbagi kekesalan dengan Orang lain.
8. Hilangnya peluang hanya karena modal sedang dihutang
Tidak semua penjual menggunakan keuntungan untuk kebutuhan, ada juga yang menggunakan untuk modal peluang usaha lain. Bagaimana jadinya ketika ada peluang, uang yang seharusnya bisa digunakan untuk modal masih dibawa Orang lain, tentu saja kesempatan itu bisa hilang apalagi jika tidak ada dana cadangan lain.
9. Perasaan jengkel ketika pembeli yang hutang pura-pura lupa bahkan pura-pura tidak kenal
Biasanya akrab, saat mau hutang baik sama Penjual. Tapi ketika molor tidak membayar, pura-pura lupa bahkan ada yang pura-pura tidak kenal ketika dijalan. Ini menjadi kejengkelan tersendiri, dan bisa memancing omongan yang tidak baik.
10. Kekecewaan karena menjadi korban pemberi harapan palsu
Pembeli hutang yang tidak tahu diri itu, ada juga yang suka berjanji akan membayar pada waktu yang dijanjikan. Tapi sering sekali tidak menepati janji. Ini penderitaan terbesar bagi Penjual, sebab sudah berharap tapi ternyata hanya diberi harapan palsu. Jadi bukan cuma cinta saja yang bisa PHP, masalah hutang juga sering lho.
Maka dari itu, sebagai Pembeli yang suka hutang, sebaiknya segera lunasi hutangnya jika bisa. Penjual itu tahu sebenarnya Kalian punya uang tapi sayang jika digunakan untuk membayar hutang. Kebaikan hati penjual yang masih memberikan kelonggaran sebaiknya sudah cukup membuat Kalian sadar. Maka mohon pengertiannya, uang itu menjadi jantung perputaran penjual, jangan biarkan Orang lain menderita hanya karena Kalian melupakan tanggung jawab.
Baca juga: 4 Ciri Orang Yang Tidak Tertib Dalam Bayar Hutang