Jika mencari pekerjaan sulit, atau tidak ada keinginan terikat oleh aturan biasanya akan membuat Seseorang memilih untuk merintis usaha sendiri. Memang bukan pekerjaan gampang, tapi berkat kesabaran dan kerja keras akhirnya usaha yang dibangun bisa berjalan sesuai keinginan.
Tapi melihat fakta yang ada ternyata banyak sekali yang justru bangkrut setelah sempat naik daun. Kesuksesan yang didapatkan hanya berjalan sesaat dan setelah itu justru mengalami penurunan hingga akhirnya bangkrut. Tidak semua akan mengalami perubahan dalam waktu yang cepat, karena ada juga yang melalui proses panjang. Tapi tetap saja, pada akhirnya usaha yang sempat jaya dan mengantarkan Seseorang pada kesuksesan, berakhir dengan kondisi yang sangat disayangkan.
Fase seperti ini sudah sangat umum meskipun banyak yang luput dari perhatian Orang sekitar. Banyak persoalan yang menjadikan Pelaku usaha mandiri bangkrut justru saat baru mulai merasakan kesuksesan. Dari faktor internal maupun eksternal, biasanya inilah penyebabnya.
1. Justru merasa aman terhadap pencapaian yang didapatkan, sehingga menganggap semua baik-baik saja
Kebanyakan pelaku usaha mandiri yang kurang bekal pengetahuan dan pengalaman, sering merasa aman ketika sudah mencapai target pencapaian. Menganggap semua akan baik-baik saja dan akhirnya menjalankan usahanya dengan cara sekedar mengikuti alur yang sudah berjalan. Padahal banyak sekali resiko dan kemungkinan yang bisa saja terjadi. Inilah yang menjadikan pelaku usaha tidak sadar akan ancaman-ancaman yang bisa menghancurkan usahanya.
2. Cenderung bekerja keras dengan penuh perjuangan hanya saat berharap segera mencapai target yang diinginkan
Ketika merintis para pelaku usaha mandiri cenderung bekerja keras, berjuang, hingga berkorban banyak waktu, materi, pikiran, bahkan tenaga untuk membuat usahanya berjalan. Setelah usaha benar-benar berjalan, cenderung lebih santai dan tidak seperti sebelumnya. Sebagai contoh ketika masih dalam proses merintis, banyak promosi dengan memperkenalkan usahanya pada Semua Orang. Memberikan pelayanan terbaik agar banyak yang berlangganan padanya. Setelah dirasa usaha berjalan dengan ramai, tidak lagi promosi, pelayanan sesuai kondisi hati, dan sebagainya. Itulah yang akan menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha yang dijalani.
3. Adanya dana simpanan yang memberikan ketenangan, dan itu membuatnya kurang berpikir terhadap segala resiko buruk
Merasa memiliki simpanan dana yang cukup, membuat pelaku usaha tidak terlalu khawatir terhadap resiko buruk. Meskipun sempat memikirkan hal itu, rasa aman tetap menguasai diri hanya karena simpanan dana yang masih ada. Seolah jika usaha mengalami penurunan, masih ada dana cadangan untuk membangun kembali, bertahan hidup, atau sebagai penyambung ketika bekerja keras untuk merintis kembali.
4. Mulai munculnya banyak keinginan yang keluar jalur dan sifatnya untuk kesenangan saja
Ketika sudah merasa sukses, banyak pelaku usaha yang mulai mengenal hal baru, punya hasrat yang besar untuk memenuhi keinginan terdahulu, dan masih banyak hal lain yang sebenarnya tidak mendukung usaha yang digeluti sama sekali. Kalaupun ada kaitannya, hanya sekian persen saja. Sisanya lebih banyak untuk kesenangan pribadi. Kadang inilah yang akhirnya mengacaukan usaha yang sudah benar-benar berjalan.
5. Keinginan untuk lebih santai hingga rela menambah anggaran untuk membayar pengelolaan
Ketika semakin ramai dan semakin membuat pelaku usaha semakin sibuk, muncul keinginan untuk membuat diri sendiri lebih santai. Maka banyak sekali yang akhirnya membayar Orang untuk mengambil alih, menambah jumlah karyawan tanpa perhitungan matang, membayar sistem yang kurang manfaat, dan masih banyak lagi. Kontrol hampir diberikan pada Orang lain secara keseluruhan. Ini benar-benar buruk jika pelaku usaha mandiri mulai tidak mengerti kondisi yang sebenarnya terjadi.
6. Kurangnya inovasi ketika sudah mencapai level "aman" yang membuatnya tidak sadar terhadap potensi persaingan
Ketika Seseorang mencapai tingkat kesuksesan, sudah pasti akan membuat Orang lain menginginkan kesuksesan dalam bidang yang sama. Orang lain mulai membangun usaha serupa untuk menyaingi bahkan menguasai pasar. Mereka yang merintis mulai mempelajari dan berusaha membuat usahanya lebih unggul agar lebih diminati. Segala strategi dilakukan. Pelaku usaha yang lebih dulu memulai kurang inovasi karena merasa aman. Tahu-tahu banyak rival bermunculan yang ternyata jauh lebih unggul daripada dirinya. Pelanggan atau konsumen bisa dipastikan akan berkurang karena memiliki banyak pilihan. Bahkan bisa benar-benar berpindah jika ada yang lebih menguntungkan.
7. Kurangnya kontrol sepenuhnya terhadap usaha yang digeluti, biasanya karena memiliki pemikiran merintis usaha lain
Bagi yang suka merintis usaha baru, umumnya fokus mulai berubah. Waktu, pikiran, tenaga, hingga modal justru dialokasikan pada usaha baru yang ingin dirintis. Ada yang berhasil namun banyak juga yang gagal. Usaha yang sudah berjalan justru terabaikan dan bangkrut karena banyak faktor baik internal maupun eksternal.
8. Tidak sadar bahwa sistem atau manajemen usaha yang diterapkan tidak efektif dan efisien
Untuk menjalankan usaha, kebanyakan memang tidak menguasai semua bidang. Sehingga banyak yang membayar untuk sistem agar usaha bisa berjalan lebih baik. Kurangnya pengetahuan dan minat belajar yang minim, membuat pelaku usaha tidak sadar bahwa sistem yang digunakan ternyata tidak efisien juga efektif. Hanya tahu bahwa usahanya semakin menurun tapi tidak tahu apa yang sebenarnya menjadi penyebabnya.
9. Saat merasa berada di zona aman, kurang antisipasi terhadap perubahan zaman
Sama seperti sebelumnya, ketika usaha sudah berjalan banyak yang merasa aman. Menjalankan usaha dengan sistem yang ada secara terus menerus. Tidak mempelajari perubahan zaman dan selera pasar sehingga tidak punya langkah antisipasi ketika terjadi perubahan kebutuhan Konsumen dan pergerakan Kompetitor.
10. Berhenti belajar karena sudah merasa cukup dengan pengalaman yang ada, merasa dengan pengetahuan yang ada sudah cukup untuk tetap membuat usaha terus berjalan
Ini adalah kesalahan terbesar bagi pelaku usaha. Berhenti belajar karena sudah merasa bisa adalah hal yang diharamkan bagi pelaku usaha. Harus banyak belajar karena faktor resiko itu bisa datang darimana saja. Terus belajar dan pahami dengan benar agar bisa membuat usaha semakin bagus dan terus mengalami peningkatan.
Membangun usaha memang butuh kerja keras dan tidak mudah untuk mencapai kesuksesan. Tapi lebih sulit lagi untuk mempertahankan usaha yang sudah berjalan. Setiap pergerakan dan waktu akan menciptakan perubahan. Kesimpulannya jangan pernah puas dengan pencapaian yang didapatkan. Terus belajar untuk bisa berkembang atau setidaknya bertahan dalam persaingan agar tidak bangkrut lebih cepat.