Ketika Kita merasa mencintai Seseorang dan menyayanginya, Kita cenderung rela melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia. Dengan keterbatasan memang membuat Kita tidak bisa memberikan segala jenis kebahagiaan, tapi setidaknya Kita berusaha maksimal untuk memberikannya.
Perhatian terfokuskan pada Dia hingga kadang mengesampingkan hal lain yang sebenarnya juga penting untuk hidup Kita. Tidak ada tuntutan banyak selain bisa merasakan kebahagiaan bersamanya. Rasa ini bukan sesaat apalagi cuma sekedar menuruti hasrat. Perasaan ini sudah benar-benar terbangun dari hati yang terdalam.
Kita tidak perlu membuatnya tahu pengorbanan apa yang sudah Kita lakukan, karena yang paling penting Dia merasakan hasil dari pengorbanan tersebut. Tidak perlu tahu proses bahkan mungkin rasa sakit atas pengorbanan tersebut.
Tapi sepertinya Dia tidak berpikir sampai sejauh itu. Apa yang Kita lakukan padanya sepertinya biasa saja karena baginya Semua Orang bisa melakukan hal sama padanya. Dia tidak sadar bahwa kondisi Orang tidak akan pernah sama, masing-masing memiliki kapasitas sendiri-sendiri dalam hal kemampuan.
Dia tidak pernah menyadari, ada kalanya Kita memaksakan diri hanya untuk membuatnya tersenyum oleh tindakan Kita. Sehingga dengan mudahnya Dia membuat Kita kecewa. Seolah apa yang Kita lakukan selama ini tidak memiliki arti apa-apa baginya. Dia memandang Kita sebelah mata, seolah tidak benar-benar layak untuk diperjuangkan juga.
Lebih menyakitkan ketika Kita tidak dianggap penting, tapi Dia justru lebih mementingkan Orang lain. Orang lain yang bukan apa-apanya, atau mungkin ada hubungan spesial tapi Kita tidak menyadarinya. Seolah perasaan Orang itu lebih penting daripada perasaan Kita sendiri.
Kita dituntut untuk menerima sosok tersebut ada dalam hidupnya meskipun itu sangat menyakiti Kita. Tapi kadang posisi Kita tidak boleh ditunjukkan pada Orang tersebut. Seolah Dia lebih takut Orang itu menjauh daripada Kita yang menjauh darinya. Begitulah faktanya, Kita seperti tidak begitu diinginkan hanya karena Kita terlalu mengagungkan Dia. Dia menjadi tidak tahu diri dan merasa tidak perlu untuk menjaga perasaan Kita. Kita dianggap aman-aman saja sebab kemungkinan pergi sangat kecil.
Akan berbeda jika Dia merasa takut kehilangan Kita, Dia akan lebih bisa menjaga perasaan Kita dan mampu menjauhi Orang lain demi Kita. Tapi itu tidak terjadi karena justru Dia takut jika Orang lain yang menjauh darinya karena keberadaan diri Kita
Kalaupun tidak tentang itu, masalah sikap juga demikian. Segala hal harus Kita yang memulainya, Dia sama sekali tidak ada inisiatif untuk memulai sesuatu lebih dulu. Menciptakan kesan kalau cuma satu pihak yang menginginkan menjaga hubungan.
Kita memang tidak bisa menyalahkan Dia sepenuhnya, karena segala tindakan dipengaruhi oleh perasaan masing-masing. Kita rela melakukan banyak hal, tapi jika Dia malas maka percuma juga dipaksakan.
Kita tahu, selama ini Dia menganggap apa yang Kita lakukan sebenarnya biasa-biasa saja. Karena Dia sudah terbiasa mendapatkan perlakuan seperti itu. 10 tindakan yang Kita lakukan belum tentu memberi arti baginya, sebab sudah merasa biasa. Tapi ketika Orang lain melakukan 1 tindakan baik saja padanya, Dia sudah merasa bahwa hal itu sangat istimewa. Alasannya tentu karena Dia tidak terbiasa menerimanya dari Orang lain.
Kita tidak menuntut banyak, hanya ingin Dia bisa berjuang seperti Kita yang selalu memperjuangkan Dia. Kita yakin jodoh adalah cerminan dari diri Kita sendiri, maka Kita berharap Dia bisa mengimbangi setiap tindakan yang Kita lakukan untuknya.
Jika Kita berusaha menghargai dan menjaga perasannya, harapannya Dia juga bisa melakukan hal yang sama. Dan yang pasti tidak hanya diam apalagi membuat hal mudah menjadi lebih sulit. Hanya bisa berdoa, jika memang jodoh semoga sadar dan memperbaiki diri. Jika tidak jodoh, hilangkan perasaan ini.