Saat terjadi perbedaan pendapat hingga terjadi pertengkaran, sering sekali Kita merasa benar. Tapi Pasangan juga memiliki pemikiran yang sama dan merasa menjadi pihak yang benar juga. Maka meskipun Kita berusaha menyalahkan Pasangan, Dia selalu membantah dan tidak ingin disalahkan. Pasangan cenderung melakukan pembelaan bahkan justru balik menyalahkan Kita.
Kita sendiri tentu tidak ingin disalahkan karena Kita merasa apa yang Kita lakukan sudah benar. Justru kesan yang tercipta, Pasangan membela diri dan tidak mengakui kesalahan. Tapi Kita tidak berpikir, pasangan juga sebenarnya merasa kalau Kita salah tapi justru balik menyalahkan Dia.
Kalau sudah sampai seperti ini masalah tidak akan pernah selesai. Masing-masing akan merasa jadi korban keegoisan dan itu jelas buruk untuk hubungan. Keduanya ingin dimengerti dan berharap pihak lain yang meminta maaf atau memperbaiki hubungan. Karena keduanya sama-sama berpikir seperti itu, maka yang ada hanyalah rasa jengkel yang semakin menjadi.
Andai saja ada aksi mendiamkan, hal itu bisa berlangsung terus-menerus hingga ada satu pihak yang merasa harus mengalah. Sebenarnya apa alasan hingga seperti ini?, inilah alasan Kita sering merasa benar, padahal pasangan juga merasa benar.
1. Masing-masing menilai masalah dari cara pandang subjektif
Ketika keduanya menilai sesuatu dari cara pandang sendiri, maka apa yang diyakini itulah yang dianggap benar. Misalnya saja Kita menilai, pergi dengan mantan adalah sesuatu yang salah. Maka Kita berusaha menghindari hal itu karena sudah Kita yakini sebagai sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Sebab itu bisa menyakiti hati pasangan. Tapi pasangan memiliki cara pandang yang berbeda. Menurutnya pergi dengan mantan itu tidak salah, asal masih tahu batasan dan menganggap aktivitas yang dilakukan tidak lebih dari sekedar teman. Padahal hal itu bisa menciptakan kecurigaan, cemburu, hingga perubahan cara penilaian Kita pada pasangan.
Ketika pasangan melakukan hal itu, Dia merasa benar karena menganggap tidak melakukan hal yang sifatnya pengkhianatan. Tapi Kita jelas saja menyalahkan hal itu. Kita menyalahkan pasangan karena pergi dengan mantan, tapi pasangan merasa tidak bersalah karena hal itu dianggap wajar. Tapi jika saja Kita melakukan hal yang sama, pasangan tetap cemburu dan curiga, tapi mungkin cuma bisa diam karena Dia sendiri pernah menganggap hal itu adalah hal wajar. Itu tetap terjadi meskipun saat Kita melakukannya, Dia sudah berubah cara berpikirnya dan menganggap apa yang Kita lakukan itu salah.
2. Keegoisan yang diutamakan sehingga menganggap apa yang dilakukan benar
Keegoisan adalah satu-satunya alasan yang membuat Kita merasa benar. Sebagai contoh kedekatan dengan Orang lain yang menciptakan peluang untuk terjadinya hubungan cinta. Ketika Kita dekat dengan Orang lain, Kita merasa yakin bisa menjaga diri dan tidak akan terjerumus atau terjebak perasaan. Saat Pasangan melakukan hal yang sama, Kita tidak percaya bahwa Dia bisa seperti Kita yang masih bisa menahan diri. Maka Kita merasa, jika Kita dekat dengan yang lain itu tidak apa-apa, karena Kita yakin tidak akan terjebak perasaan. Tapi kalau pasangan dekat dekat dengan yang lain, itu tidak boleh karena kemungkinan pasangan jadi selingkuh itu sangat besar. Sayangnya pasangan juga memiliki pemikiran yang sama, terlalu yakin pada diri sendiri.
Padahal Kita sendiri, kadang meskipun sudah yakin tidak bisa menahan diri untuk tidak mencintai Orang yang dekat dengan Kita. Pasangan juga demikian sehingga untuk masalah seperti ini keduanya harus bisa benar-benar netral dalam menilai sesuatu.
3. Harapan terhadap Pasangan yang terlalu tinggi tapi akhirnya tidak sesuai dengan realita yang terjadi
Kita itu menginginkan pasangan yang bisa nurut dan mengerti Kita dengan sendirinya. Tanpa Kita meminta Dia bisa melakukan apa yang seharusnya Dia lakukan. Maka ketika Dia tidak melakukan sesuai apa yang Kita harapkan, Kita menganggap Dia sudah salah. Dia sendiri juga seperti itu, karena merasa tidak mendapatkan pernyataan dari Kita sendiri, merasa tidak salah jika tidak melakukan apa-apa.
4. Ada perasaan tidak dihargai, karena sikap yang ditunjukkan pasangan
Kita menjadi merasa benar karena sikap penghargaan yang sangat minim dari pasangan. Pasangan sendiri merasa benar karena saat itu Dia sedang jengkel karena sikap Kita. Maka tidak akan ada titik temu jika keduanya terus seperti itu. Yang ada justru saling menyalahkan dan tidak mau disalahkan.
5. Rasa cemburu yang terlebih dahulu menguasai, sehingga semua menjadi tampak salah
Saat Kita membayangkan dan belum merasa cemburu, Kita masih berusaha untuk menahan diri dan menganggap hal itu bukan masalah. Tapi setelah benar-benar terjadi, rasa cemburu itu terlalu besar. Karena rasa cemburu itulah Kita menjadi mudah tersinggung dan memberikan penilaian bahwa apa yang dilakukan pasangan itu salah. Karena apapun yang dilakukan meskipun itu positif, Kita tetap tidak bisa menerimanya. Pasangan tentu juga merasa benar karena menganggap apa yang Dia lakukan masih dalam batasan wajar.
6. Salah satu menilai dari apa yang ditakutkan, sedangkan pihak satunya lagi menilai berdasarkan apa yang Dia lakukan
Puncak masalahnya Dia bertemu dengan mantan dan mengobrol hingga terlibat komunikasi aktif hingga beberapa hari. Kita melihat bahwa sudah ada perselingkuhan dari hal tersebut. Kita menjadi marah dan menganggap bahwa hal itu salah, tapi pasangan menganggap hal itu benar karena dari apa yang Dia lakukan tidak membuatnya merasa mengkhianati Kita dalam urusan cinta. Sayangnya dalam penyampaian Pasangan tidak bisa menjelaskan dengan baik, sehingga Kita menjadi salah paham dan semakin membuat Kita marah dan menyalahkan Dia.
Apapun alasannya, jika sama-sama merasa benar sudah pasti akan menciptakan konflik dan masalah yang membuat hubungan semakin renggang. Maka dari itu jika ada masalah, ketika satu pihak meminta penjelasan jangan membela diri. Jelaskan dengan baik dan lembut agar bisa mengerti dan tidak membuat masalah semakin buruk. Dan paling penting, hindari hal-hal yang bisa memicu pertengkaran.
Baca juga: Sering Bertengkar Tapi Tetap Sayang, Kalian Butuh 5 Hal Ini