Panggil saja Saya Ratna, Saya memang belum punya Suami dan itu membuat Saya bebas untuk mencari calon pendamping hidup siapa saja. Saya sering pacaran dengan Pria single tapi entah kenapa banyak kekecewaan yang Saya rasakan. Mereka banyak yang lebih memikirkan diri sendiri dan cenderung egois. Manis diawal dan tampak menginginkan Saya ketika memulai hubungan saja, setelahnya cenderung seenaknya sendiri.
Meskipun awalnya Saya sempat menaruh harapan besar pada Mereka, akhirnya Saya terpaksa harus mengubur semua harapan yang pernah ada. Saat itu memang tidak pernah terpikir dalam benak Saya, akan menjalin hubungan dengan Suami Orang.
Dalam masalah pekerjaan, Saya memang banyak berinteraksi dengan banyak Orang. Dari berbagai karakter dan juga dari berbagai kalangan. Keakraban yang tercipta dari pekerjaan Saya tentu saja adalah hal yang sangat wajar, dengan Siapapun Saya memiliki hubungan yang cukup baik. Bahkan tidak jarang, diantara Mereka ada yang berusaha untuk menjalin kedekatan.
Dari semua Orang yang terlibat komunikasi dengan Saya, salah satunya adalah Suami Orang. Tidak ada pikiran sama sekali untuk menjadi pelakor, karena saat itu hanya menikmati setiap komunikasi yang ada. Tapi semakin lama, Dia tampak berbeda dari yang lain.
Tampak lebih dewasa dan penuh perhatian. Terbuai dengan kenyamanan tersebut, membuat Saya tidak bisa mengabaikan. Justru yang Saya rasakan, menyayangkan jika Kami harus putus komunikasi. Keinginan untuk merasakan lebih dari itu pun muncul, tapi tetap saja hanya bisa menahan diri.
Ketika Saya susah, Dia seperti bisa tahu dan memberikan bantuan dengan maksimal. Hingga akhirnya ada peluang untuk melakukan pertemuan. Saya tahu itu salah, tapi hasrat ini justru mendorong untuk mengenal lebih jauh. Status tidak lagi terpikir dalam benak Saya.
Kami memang tidak ada ungkapan cinta atau bagi kalangan muda dianggap "nembak" untuk menjadikan pacaran sebagai status penguat. Tapi seperti ada rasa sudah saling memiliki dan tidak kuasa untuk menolak ketika ada tawaran untuk pergi bersama.
Kebersamaan yang terjadi pun sama seperti ketika Pacaran dengan Pria single. Justru terkesan lebih istimewa, mungkin karena sikap dan kedewasaan Dia yang membuat Saya merasa seperti itu.
Setelahnya Dia mulai memancing dengan panggilan sayang, sengaja tidak Saya beri respon meskipun hati ini terasa berbunga-bunga. Tapi Dia sering memanggil dengan kata tersebut, yang membuat Saya terdorong untuk menggunakan kata yang sama. Sejak saat itulah Saya merasa bahwa Kami sudah menjalin hubungan pacaran.
Tidak ada rasa cemburu ketika Dia sedang bersama Istrinya, meskipun menahan diri untuk tidak menghubunginya seperti tidak ada masalah dengan hal itu. Hingga semakin lama, rasa sayang muncul dan semakin kuat. Ada keinginan untuk menjadi prioritas utama dibanding Istrinya.
Rasa cemburu mulai dirasakan ketika Dia tampak bahagia bersama Istri, apalagi Mereka mengupload foto-foto mesra. Mulai muncul perasaan tidak adil dalam hubungan itu.
Apalagi pada momen-momen tertentu seperti lebaran dan lain sebagainya, Dia harus bersama sang Istri. Saya seperti sendiri merasakan momen-momen yang seharusnya dihabiskan bersama Pasangan.
Sejak saat itulah perasaan tidak adil mulai muncul. Keinginannya Saya juga memiliki pasangan untuk mengisi kekosongan ketika Dia bersama sang Istri. Tapi tentu saja Dia tidak akan mengijinkan hal itu, rasa cemburu Dia sangat besar jika saja Saya menjalin kedekatan dengan Orang lain.
Pernah nekad untuk menjalin hubungan dengan Orang lain secara diam-diam, tapi Dia murka dan marah besar pada Saya. Saya seperti terjebak pada keadaan yang sangat sulit.
Saya akui ini kesalahan terbesar karena dari awal tidak berusaha menahan hasrat yang ada. Bagi Kalian yang sekedar menilai, mungkin terkesan mudah. Tapi ketika mengalami sendiri tentu saja akan sangat sulit menolak. Apalagi sering merasakan kekecewaan yang sangat besar terhadap Pria single kebanyakan.
Kini hanya ada dua pilihan, merelakan Dia yang benar-benar Saya sayang untuk Istrinya dan mulai membina hubungan baru bersama Orang lain yang lebih bebas. Meskipun hasrat ini terus fokus padanya, itu harus Saya lakukan. Atau terus bertahan dalam lingkaran ini tanpa ada kepastian.
Andai saja bisa menentukan berdasarkan hasrat, Saya tentu berharap bisa memiliki Dia seutuhnya. Tapi hati nurani Saya mengatakan, jangan bahagia diatas penderitaan Orang.
Ini hanya menjadi pengalaman saja, dan pelajaran bagi yang lain. Jika memang Kalian suatu saat mengalami keadaan yang sama, berusahalah untuk menahan diri. Jangan biarkan Orang yang sudah berkeluarga masuk dalam kehidupan pribadi Kalian. Alihkan pada hal lain jangan sampai mengalami penderitaan yang Saya alami.
Baca juga: Kisah Cinta Terlarang Om Dan Keponakan (Nyata)