Memulai usaha ketika dalam proses berkembang tidak selalu mengalami kelancaran seterusnya. Akan ada saatnya mengalami perkembangan lambat, jalan ditempat, bahkan penurunan. Atau bisa juga usaha yang Anda tekuni terus mengalami peningkatan akan tetapi semakin lama, Anda merasa kurang puas untuk hasil yang didapatkan.
Hingga akhirnya menganggap jika ada suntikan dana maka usaha itu akan lebih cepat berkembang. Anda merasa tidak puas dengan hasil yang sudah Anda dapatkan sebelumnya. Seolah usaha itu masih terlalu kecil dan perlu gebrakan baru agar bisa menjadi semakin besar.
Hingga akhirnya, mencari pinjaman dana menjadi solusi terakhir. Kesepakatan dibayar setiap bulan dengan tambahan bunga. Anda memang tidak mendapatkan kesulitan dalam mencicil hutang tersebut, tapi tahukah Anda secara tidak sadar sudah terjerumus pada jebakan hutang. Kesadaran ini hanya akan muncul ketika Anda mulai mengalami kesulitan mencicil, meskipun ketika Anda merasa lancar dan baik-baik saja jebakan itu sudah mengenai Anda. Dan berikut jebakan hutang yang jarang bahkan tidak Anda sadari.
Baca juga: 10 Tips Cara Cepat Melunasi Hutang Dan Tagihan
1. Hutang akan membuat Anda ketagihan
Hutang pertama sudah cukup untuk membuat usaha Anda berkembang, tapi itu juga tidak akan membuat Anda puas. Kemudahan untuk meminjam dana lebih besar lagi, akan membuat Anda tergoda untuk mengajukan pinjaman kembali. Misal semula hanya 100 juta, Anda akan menyayangkan jika kesempatan hutang 200 juta dilepaskan begitu saja. Mulai ada pemikiran untuk merintis usaha baru dari dana pinjaman tersebut. Sampai disini mungkin belum terasa, tapi mulai sejak itu Anda akan mulai melihat kesempatan meminjam uang dari sumber yang lain. Jika sebelumnya hanya dari satu sumber pinjaman, suatu saat Anda akan bisa memiliki beberapa sumber pinjaman. Ini pasti terjadi jika Anda sudah ketagihan untuk berhutang.
2. Usaha Anda semakin besar, tapi keuntungan Anda lebih kecil
Ketika sudah terjebak hutang seiring berjalannya waktu Anda memang mendapatkan hasil yang lebih besar, tapi Anda akan merasa kehidupan menjadi lebih sulit. Sebelum terjebak dengan hutang, Anda bisa dengan tenang bersenang-senang dengan Keluarga. Tapi setelah mendapatkan pinjaman dari beberapa sumber, Anda justru tidak bisa melakukan hal yang dulu bisa Anda lakukan. Sebagai contoh, sebelum Anda terlibat hutang pemasukan Anda 400 ribu sehari. 25% untuk kebutuhan, 25% untuk pengembangan usaha, 25% untuk tabungan, dan sisanya untuk bersenang-senang setelah terkumpul dalam waktu seminggu. Tapi bagaimana jadinya jika setelah berhutang, 800 ribu dalam sehari tapi harus digunakan untuk cicilan dan sisanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan.
3. Tertanam dalam pikiran uang yang dihutang itu adalah aset yang biasa dicairkan kapan saja, padahal kenyataannya Anda hanya mengandalkan keuntungan saja, itupun jika lancar
Uang hasil berhutang Anda gunakan untuk pembangunan tempat usaha atau bisa juga untuk modal belanja produk yang bisa Anda jual kembali. Atau untuk pembelian alat produksi. Anda menganggap itu adalah aset yang bisa dicairkan kapan saja, padahal cicilan juga hanya bisa dibayar dari keuntungan yang Anda dapatkan. Bukan masalah jika itu berjalan dengan baik dan lancar, terus ada sisa untuk kebutuhan hidup. Bagaimana ceritanya jika keuntungan senilai dengan cicilan yang harus Anda bayar, atau mungkin keuntungan lebih kecil dari cicilan, jelas ini akan sangat merepotkan. Itupun jika Anda lancar, jika tidak tentu akan semakin menggerogoti secara perlahan usaha Anda bahkan sampai pada sumber pemasukan yang lain.
Oleh sebab itu, jika dirasa tidak perlu maka tidak harus mengajukan pinjaman. Jalani saja yang ada dan jangan tergoda untuk berhutang. Kecuali Anda yakin dan merasa mampu untuk membayar cicilan diambil dari sebagian keuntungan dari salah satu usaha Anda.