Pergaulan bebas memang sangat beresiko membuat wanita terjebak pada gaya pacaran yang salah. Banyak yang menjadi korban nafsu para pria karena kebebasan tersebut. Hingga akhirnya terlanjur menjalani gaya hidup seks bebas yang membuat wanita hamil duluan diluar pernikahan.
Setelah itu terjadi tentu saja wanita akan merasakan tekanan sendiri atas kondisinya. Belum lagi resiko yang harus dihadapi dan segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Dan inilah resiko buruk jika wanita hamil duluan.
1. Belum tentu pria akan tanggung jawab untuk menikahi
Meskipun jelas siapa yang menyebabkan kehamilan, bahkan ada janji dari pria untuk menikahi, belum tentu pernikahan akan benar-benar terjadi. Sebab bisa saja janji yang sudah disampaikan dulu, hanya untuk meyakinkan wanita agar mau menyerahkan segalanya lebih dulu. Setelah hamil, pria bisa saja memilih tidak bertanggung jawab. Kemungkinan terburuk pria memilih kabur tanpa bisa diketahui kejelasannya. Atau dengan cara licik lain agar tidak harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Sebab sebelumnya, pria tidak sepenuhnya ingin semua itu terjadi. Pria hanya menuruti nafsu semata tanpa berpikir panjang dampak yang akan terjadi. Resiko ini tetap bisa terjadi meskipun sebelumnya pria tampak menunjukkan kasih sayang berlebihan. Bisa saja hal itu dilakukan karena pria masih ingin mendapatkan kesenangan dan kesetiaan dari wanita yang dimanfaatkanya.
2. Keluarga juga belum tentu mau menerima
Apa jadinya jika keluarga tidak menginginkan adanya pernikahan meskipun sudah terlanjur hamil duluan. Salah satu pihak keluarga menentang keras adanya pernikahan setelah itu. Merasa siap menanggung semuanya tapi tetap bersikap tegas untuk tidak menikahkan keduanya. Misalnya saja keluarga dari pihak wanita, lebih memilih untuk mempermasalahkan hal itu ke meja hijau daripada menikahkan keduanya.
3. Hasrat yang seketika menurun dari pria setelah menikah
Sejak awal hubungan hanya dilakukan untuk menuruti nafsu semata, bisa jadi wanita yang akhirnya menikah dengannya sebenarnya bukan sosok yang begitu diinginkan. Menjalin hubungan hanya karena menuruti nafsu tanpa memperhatikan hal lain sebagai tolak ukur dalam menentukan pasangan. Karena sudah terlanjur bosan lebih dulu, pernikahan bukan awal dari kebahagiaan tapi justru menjadi beban bagi pria. Karena sensasi kesenangan tidak lagi didapatkan tapi justru beban tanggung jawab yang harus ditanggung oleh pria tersebut. Jika saja pada awalnya sebenarnya tidak yakin untuk menikahi wanita yang jadi pacarnya, kemungkinan besar pada akhirnya merasa kurang berhasrat setelah menjadi istri sendiri. Sebab selama pacaran, pria hanya bertujuan untuk menuruti nafsu belaka dan tidak menganggap bahwa pacarnya layak untuk dinikahi.
4. Rawan menjadi korban perselingkuhan meskipun pria sudah bersedia menikahi
Sudah terbiasa dengan mengandalkan nafsu dalam menjalani hubungan, pikiran Pria akan didominasi oleh kesenangan semata. Setelah menikah sensasi kesenangan justru dianggap tidak ada lagi, sebab rasa bosan sudah lebih dulu dirasakan. Hingga akhirnya, besar kemungkinan Pria merasakan kekosongan dan tidak lagi merasakan sensasi kesenangan yang dulu pernah dirasakan. Yang kemudian terjadi, tentu saja keinginan untuk merasakan hal itu lagi meskipun bersama dengan wanita lain. Pertemuan dengan wanita lain yang memiliki potensi, cenderung membuat pria dikuasai oleh nafsu dirinya sendiri. Jika tidak tahan, tentu akan mencari kesempatan untuk selingkuh.
5. Kurangnya rasa tanggung jawab dari Pria
Sebelumnya belum merasa siap untuk menikah, sehingga kesiapan diri menjalani kehidupan Rumah tangga belum begitu baik. Dalam masa transisi dari kehidupan bebas menuju kehidupan penuh tanggung jawab, Pria tidak begitu mampu untuk beradaptasi. Hingga setelah itu, Pria cenderung kurang tanggung jawab dalam posisi sebagai suami. Tidak semua seperti itu, tapi kebanyakan wanita beresiko mengalami hal ini. Pria masih sering menjalani kebiasaan sebagai anak muda, tanpa sadar kalau sebenarnya sudah harus bertanggung jawab penuh pada keluarga.
6. Resiko bercerai yang sangat besar
Rata-rata mereka yang menikah karena hamil duluan, pada akhirnya harus bercerai pada akhirnya. Hal ini bisa disebabkan tidak ada kecocokan tapi dipaksakan cocok karena hanya dilandasi oleh nafsu semata. Pada fase akhir masa pacaran, kadang salah satu atau keduanya sebenarnya sudah ada keinginan untuk mengakhiri hubungan. Sudah sama-sama merasa tidak perlu untuk melanjutkan hubungan. Tapi karena ketergantungan terhadap hubungan bebas, merasa menyayangkan jika hubungan berakhir begitu saja. Apalagi ada bayangan tidak rela jika pasangan melakukan hal itu dengan yang lain setelah berpisah nanti. Tapi setelah menikah, kecocokan yang dipaksakan itu akhirnya baru merasakan dampaknya. Didalam pernikahan sering terjadi konflik yang akhirnya membuat keduanya memilih berpisah.
7. Menjadi bahan omongan banyak orang
Sudah pasti pada awalnya akan menjadi bahan omongan banyak orang karena kasus tersebut, apalagi jika pernikahan tidak sampai terjadi. Akan ada saatnya omongan itu mereda suatu saat nanti. Tapi suatu ketika hal itu bisa terangkat kembali dan menjadi beban batin tersendiri bagi wanita. Perasaan kurang nyaman terutama ketika bepergian keluar. Seperti harus selalu menanggung turunnya harga diri karena kasus tersebut.
8. Identitas anak
Banyak kasus “pemalsuan” identitas anak karena hamil diluar nikah. Hingga akhirnya identitas anak seolah menjadi adik dari ibu kandungnya sendiri secara biologis. Ini adalah resiko yang sebenarnya bisa menjadi masalah untuk jangka panjang. Apalagi jika sampai tidak ada pernikahan atau kemudian mengalami perceraian. Data yang salah ini akan membuat riwayat wanita akan selalu terbongkar suatu saat nanti dihadapan suami barunya.
9. Depresi karena tekanan
Tidak mudah melalui hal ini bagi wanita terutama jika sebelumnya dianggap sebagai wanita panutan atau contoh bagi orang lain. Seketika akan down karena merasa dikucilkan masyarakat, jadi bahan omongan, bikin malu keluarga, apalagi pria tidak tanggung jawab. Ditambah dengan tekanan dari berbagai pihak bisa membuat wanita depresi karena hal ini. Mungkin jika membayangkan saja tidak begitu berat, tapi ketika mengalami akan benar-benar merasa tertekan.
10. Belum tentu pria yakin bahwa itu anaknya secara biologis
Resiko lain yang akan dihadapi wanita adalah ketika pria ragu bahwa itu anaknya. Meskipun keraguan itu hanya dipendam sendiri, tetap akan memberikan dampak buruk terhadap ketulusan pria dalam merawat anak tersebut. Apalagi jika setelah lahir tidak ada kemiripan antara pria dengan anak tersebut. Ini juga akan menjadi resiko yang mempengaruhi cara berpikir pria nantinya. Apalagi jika sejak awal sudah ragu terhadap hal itu, Pria bisa saja mencari banyak alasan agar bisa menghindar.
11. Dikucilkan hingga diusir secara halus dari wilayahnya
Bagi wilayah tertentu yang menganggap hal itu sebagai kasus paling memalukan, bisa saja banyak pihak yang meminta pihak wanita untuk meninggalkan wilayah tersebut. Dianggap bikin malu lingkungan akhirnya muncul provokator yang mempengaruhi banyak orang. Hingga terpaksa wanita diungsikan serta menanggung beban kehidupan kedepan baik sendiri atau dengan pria yang menghamilinya.
12. Kehilangan masa depan dan cita-cita
Jangankan masih pelajar, yang sedang meniti karir pun bisa kehilangan semuanya. Bahkan besar kemungkinan diberhentikan secara tidak hormat ketika baru memulai meniti karir. Hal ini jelas sekali berbeda dengan istilah curi hamil karena kebijakan memperbolehkan hal itu. Tapi tentu saja hal itu bisa dilakukan sesuai prosedur. Itupun bisa dilakukan ketika sudah menikah lebih dulu dengan proses yang wajar.
Itulah resiko hamil diluar nikah bagi wanita. Lebih baik jangan sampai terjadi sebelum menjadi penyesalan dan merubah alur kehidupan yang seharusnya bahagia. Ini adalah takdir, yang sebenarnya bisa Kita rubah dengan cara kita sendiri.