Demi mengejar karir atau karena merasa belum siap dari segi finansial, kebanyakan Pria memilih untuk menunda pernikahan. Apalagi jika dalam urusan mencari calon pendamping hidup, sering merasakan kegagalan atau kekecewaan. Bukan cuma itu, standar kriteria Wanita calon pendamping hidup juga menjadi alasan Pria menunda pernikahan. Karena merasa belum menemukan sosok yang cocok, itulah yang sering dijadikan alasan terutama Pria yang sangat selektif dalam mencari pasangan.
Hingga sampai pada usia 30-an, masih merasa belum siap untuk membangun kehidupan Rumah tangga. Tentunya dengan alasan yang sudah disebutkan tadi. Padahal secara tidak sadar, banyak sekali resiko kedepan yang pada akhirnya bisa membuat Pria merasa rugi sendiri karena menunda pernikahan. Sebagai contohnya, berikut resiko buruk menunda pernikahan bagi Pria pada usia 30-an.
1. Semakin kedepan akan semakin pesimis karena fakta sosial
Pria pada usia 30-an memang sedang berada pada fase penuh pertimbangan. Pada usia ini juga Pria banyak belajar tentang kehidupan orang lain. Bukan selalu tentang keberhasilan, kebanyakan justru tentang kegagalan, perselingkuhan, perceraian, hingga hal lain yang memberikan bayangan buruk dalam pikiran. Otomatis ini akan membuat Pria menjadi lebih pesimis apalagi dari segi kondisi tidak begitu menguntungkan. Semakin buruk keadaan atau kualitas diri maka akan semakin membuat Pria menjadi pesimis. Resiko terburuk hal ini akan terus berlanjut hingga ada ketakutan salah dalam memilih pasangan.
2. Semakin kecilnya peluang mendapatkan pasangan yang sesuai
Niat hati ingin mendapatkan pasangan sesuai yang diinginkan, pada usia ini peluang Pria mendapatkan pasangan yang sesuai justru semakin kecil. Untuk usia sebaya, dengan kriteria yang diinginkan tentu sudah dimiliki Orang lain atau setidaknya sudah ada ikatan penguat seperti pertunangan. Bahkan Wanita dengan usia dibawahnya juga sudah banyak yang menikah atau memiliki hubungan serius dengan Pria lain. Otomatis peluang justru banyak didapatkan dari Wanita yang memiliki selisih usia sangat jauh. Sekilas tidak ada masalah, akan tetapi perbedaan pola pikir akan menciptakan kendala tersendiri. Kalaupun menemukan Wanita sebaya yang terlihat sesuai kriteria, pasti ada sesuatu dibaliknya karena hingga usia segitu juga sama-sama belum menikah.
3. Saat kebutuhan anak sedang berada dipuncak justru sedang berada pada usia kurang produktif
Anggap saja pada usia 30 keatas menikah, satu tahun kemudian memiliki anak pertama. 15 tahun kemudian untuk satu anak saja, sudah menginjak usia 45 keatas. Saat itu kebutuhan anak sedang berada dipuncak akan tetapi usia Pria justru sedang berada pada fase kurang produktif. Tentu saja kemampuan untuk kreatif akan semakin berkurang. Belum lagi jika punya anak kedua, ketiga, bahkan keempat. Tentu akan banyak tantangan dalam memenuhi kebutuhan anak. Tidak perlu berpikir pada usia tersebut, akan mengalami kondisi bebas finansial. Berpikir terhadap kemungkinan terburuk, yaitu tanpa kerja tidak ada pemasukan. Maka kesimpulannya adalah harus bekerja keras disaat usia sudah kurang produktif lagi.
4. Kesalahan dalam memilih karena tuntutan sosial
Saat sudah dianggap mencapai batas maksimal untuk membujang, meskipun sebelumnya sangat selektif kebanyakan Pria justru bisa berbalik 90 derajat dalam hal pola pikir. Hal ini disebabkan oleh tuntutan sosial yang membuatnya merasa harus segera menikah. Misalnya dalam sebuah pergaulan, usia 35 adalah batas maksimal untuk membujang. Lebih dari itu Pria akan dianggap tidak laku dan banyak mendapatkan pertanyaan kapan akan menikah. Inilah yang mendorong Pria untuk segera mengakhiri masa lajang. Jika sebelumnya punya ancang-ancang untuk memilih, maka ketika sudah merasa mendapatkan tekanan dan tuntutan sosial, cenderung memilih asal yang penting bisa segera menikah.
5. Terlanjur merasa berada di zona nyaman
Meskipun keinginan menikah itu ada, akan tetapi pada usia seperti ini cenderung membuat Pria merasa berada di zona nyaman. Apalagi dalam masalah gaya hidup memiliki kebebasan dalam mengisi kekosongan, misalnya saja pergaulan bebas. Ini akan membuat Pria menyayangkan jika meninggalkan zona nyaman tersebut meskipun ada keinginan untuk menikah. Resiko terburuk adalah terus melakukan penundaan atau tetap melakukan kebiasaan lama yang seharusnya ditinggalkan setelah menikah.
6. Tidak tercapainya harapan dan hidup dalam penyesalan
Ini khusus untuk yang merasa perlu mapan dulu baru merasa siap untuk menikah. Meskipun saat ini terlihat potensi kedepan akan sukses, tapi nasib Orang tidak ada yang tahu. Bagaimana jika nanti kesuksesan itu tidak didapatkan. Atau kesuksesan itu justru didapatkan sesaat dan setelah itu habis atau terus mengalami penurunan. Tentu saja itu bisa menjadi penyesalan apalagi dalam mendapatkan pasangan, terjebak pada Wanita yang hanya memikirkan materi. Resiko buruknya ditinggalkan ketika mengalami kebangkrutan. Jika saja memilih Wanita pada saat masih berjuang, kemungkinan besar kedepannya masih bisa bertahan meskipun keadaan tidak mengalami peningkatan.
Itulah resiko buruk jika suka menunda pernikahan pada usia 30-an. Sekilas memang tidak begitu berbahaya dan tidak begitu menjadi masalah yang besar. Tapi ketika sudah menyadari dan mengalaminya, yang ada hanyalah penyesalan. Maka untuk itu, segeralah menikah dan hadapi semua. Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas Manusia. Pasti ada jalan dan Tuhan tahu mana yang terbaik.
Baca juga: 9 Kondisi Yang Membuat Pria Berpikir, Jangan Salahkan Aku Karena Selingkuh