Entah sebagai karyawan atau menjalankan usaha mandiri, sering sekali kita dihadapkan pada rasa malas. Menyukai hari libur untuk karyawan sedangkan sebagai pelaku usaha mandiri sering sekali malas melakukan hal-hal yang seharusnya mampu meningkatkan usaha.
Ketika ada tuntutan yang sifatnya wajib, kita bisa melakukan tapi penuh rasa terpaksa. Suka menunda pekerjaan bahkan memilih tidak melakukan jika sifatnya tidak harus dilakukan. Jelas saja hal ini akan berdampak buruk pada diri kita sendiri. Menjadi benci terhadap pekerjaan yang dijalani, hingga penurunan kemampuan untuk menemukan inovasi. Sebenarnya ada yang salah dengan cara berpikir kita jika mengalami hal ini, umumnya cara berpikir seperti ini yang bikin kita malas bekerja.
1. Hanya berpikir tentang uang
Ketika kita hanya memikirkan uang sebagai tujuan dalam melakukan pekerjaan, maka pada awalnya kita hanya perlu melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Kita tidak mampu menemukan sisi menyenangkan dari pekerjaan yang kita jalani. Dalam jangka panjang, cara berpikir seperti ini akan menjebak kita dalam melakukan pekerjaan. Rasa malas akan lebih cepat dirasakan terutama jika apa yang kita lakukan monoton dan tidak ada peningkatan. Maka dalam melakukan suatu pekerjaan, jangan mengukur hanya dari imbalan uang yang didapatkan. Cari tujuan lain seperti pertemanan, pengalaman, dan tentu saja banyak hal positif yang bisa membuat kita menjadi lebih bersemangat dalam bekerja.
2. Menganggap semua akan baik-baik saja
Pelaku usaha mandiri yang sering mengalami hal ini, meskipun pekerja juga bisa mengalami hal yang sama. Pada intinya menganggap semua akan baik-baik saja, resiko buruk tidak terpikirkan sama sekali karena tidak ada tanda-tandanya. Kondisi yang dianggap sebagai zona nyaman memang sering sekali menciptakan rasa malas. Berbeda jika kita berpikir terhadap segala resiko buruk, seperti dipecat, bangkrut, tidak bisa menemukan pekerjaan lain, pengurangan gaji, dan lain sebagainya. Hal itu akan membuat kita menjadi lebih semangat meskipun hanya merasa sedang dalam posisi bertahan.
3. Menganggap semua akan mengalami peningkatan dengan sendirinya
Khusus untuk pelaku usaha, cara berpikir ini jelas sangat salah. Memang ada yang bisa mengalami keberuntungan ketika memulai usaha, hingga mengalami peningkatan terus menerus meskipun tampak tidak melakukan banyak tindakan. Tapi kemungkinan itu sangat kecil. Maka cara berpikir ini cenderung menggiring kita untuk bermalas-malasan saja. Keyakinan suatu saat akan mengalami masa kejayaan dengan sendirinya, menjadikan kita malas untuk bekerja lebih giat lagi. Selama pemikiran ini terus ada, besar kemungkinan bukan kesuksesan yang didapatkan tapi justru kehancuran secara perlahan.
4. Salah mengartikan arti bersyukur
Banyak orang yang menganggap, berperilaku apa adanya adalah bukti bersyukur atas keadaan. Kebiasaan ini memberikan rasa malas untuk berusaha. Sehingga lebih memilih melakukan hal yang gampang-gampang saja. Dan dampaknya terjadi pada semua hal termasuk dalam pekerjaan. Orang yang sudah salah berpikir tentang arti bersyukur, menganggap semua sudah ada yang mengatur. Jadi melakukan apapun berdasarkan keinginan sendiri. Karena terbiasa dengan kondisi tersebut, sering sekali merasa terpaksa jika harus melakukan sesuatu yang dianggap berat dan membutuhkan banyak pikiran atau tenaga.
5. Merasa sudah cukup dengan apa yang dimiliki
Pemikiran seperti ini juga sebenarnya salah jika memberi pengaruh pada kinerja kita sendiri. Hanya karena merasa sudah cukup dengan apa yang dimiliki, merasa tidak semangat dalam bekerja. Hanya melakukan hal yang menjadi tugasnya dan akhirnya menciptakan rasa bosan. Rasa bosan itulah yang akhirnya menciptakan rasa malas karena terbiasa melakukan hal ala kadarnya.
6. Merasa tidak ada tuntutan yang memberatkan
Ketika tidak ada tuntutan dalam pekerjaan, yang penting absen sudah bisa dikatakan cukup memang cenderung membuat orang bekerja seenaknya sendiri. Apalagi sudah sama-sama tahu antara atasan dengan bawahan, karena atasan sendiri juga bukan sebagai pemilik. Dedikasi untuk pekerjaan sangat minim dan menunjukkan perilaku seenaknya sendiri. Rasa malas itu akan semakin kuat jika sudah menjadi budaya. Biasanya pekerjaan yang dijalani adalah pekerjaan dibawah naungan pemerintah.
7. Menganggap apa yang dilakukan sia-sia
Khusus bagi pengusaha menengah kebawah sering memiliki cara berpikir seperti ini. Ketika berusaha meningkatkan atau bertahan pada sebuah posisi aman, ternyata usaha tidak mengalami peningkatan tapi justru penurunan. Hal ini sering menciptakan rasa malas untuk bekerja karena menganggap semua sia-sia atau tidak memberikan efek perubahan yang baik.
8. Berpikir berada pada zona akhir perjuangan
Pengusaha yang baru merintis, umumnya bekerja keras untuk mencapai target yang diinginkan. Ketika mencapai target yang diinginkan sering sekali menganggap bahwa itu zona akhir perjuangan. Merasa saatnya santai dan menikmati keberhasilan itu. Sayangnya tidak sadar bahwa ada perjuangan untuk mempertahankan pencapaian tersebut. karena sudah terbiasa santai, dalam jangka panjang menjadi malas yang berkelanjutan.
9. Merasa semua berjalan normal karena ada rekan yang siap bekerja keras
Tidak begitu memiliki peran penting tapi merasa punya kuasa atas diri yang lain. Cara berpikir ini cenderung memberikan rasa malas untuk bekerja. Seperti pasrah saja soalnya pekerjaan tetap akan selesai. Biasanya ini terjadi dalam sebuah tim kerja. Sudah menjadi kebiasaan dalam sebuah tim ada ketidakseimbangan. Ketika kita jarang diingatkan, dibiarkan, bahkan tidak ada yang berani protes menjadikan kita menjadi semakin malas untuk bekerja.
10. Menganggap hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan
Harapan terlalu tinggi terhadap hasil yang kita dapatkan sebagai imbalan atas pekerjaan kita, memang menciptakan rasa malas. Sebab kita menjadi merasa melakukan tindakan lebih banyak tapi mendapatkan hasil yang sedikit. Rasa tulus yang hilang akhirnya menjadikan kita melakukan pekerjaan dengan penuh keterpaksaan. Jika saja tidak ada ikatan kontrak atau perjanjian, kita benar-benar malas melakukannya.
11. Keinginan pindah tempat kerja
Pemikiran terhadap keinginan untuk segera pindah tempat kerja, membuat kita malas bekerja pada tempat saat ini. Kita ingin sekali segera mendapatkan pekerjaan baru dan segera meninggalkan tempat kerja sekarang ini. Pikiran sudah tidak fokus karena sudah teralihkan pada bayangan pekerjaan yang lebih baik.
12. Pemikiran menunda pekerjaan demi kesenangan
Kita sering mengalami kejadian ini, karena merasa punya waktu banyak akhirnya terbiasa menunda pekerjaan. Tapi ketika waktu sudah mepet, kita baru merasa diberatkan oleh pekerjaan tersebut. Sehingga dilain kesempatan kita menjadi malas karena menganggap pekerjaan terlalu banyak meskipun sebenarnya bisa diselesaikan secara bertahap.
13. Iri terhadap pencapaian orang lain yang lebih baik padahal melakukan pekerjaan lebih sedikit
Kita melakukan pekerjaan lebih banyak tapi hasilnya kecil, sedangkan orang lain melakukan pekerjaan lebih sedikit tapi hasilnya banyak. Pemikiran sia-sia jika terlalu bekerja keras muncul dan membuat kita cenderung menjadi lebih malas.
14. Angan-angan memiliki kesuksesan dengan cara lain
Masih bekerja, merasa tidak ada perubahan hingga akhirnya punya angan-angan sukses dengan cara yang lain. Dalam angan-angan itu pun belum tentu melihat peluang atau terobosan baru yang bisa memberikan jalan untuk sukses. Dampaknya hanya berharap dan tidak menyukai pekerjaan yang masih dijalani.
15. Merasa tidak merasakan hasil dari yang dikerjakan
Bagi pengusaha yang belum pengalaman, kemudian mendapati tidak ada peningkatan meskipun sudah berusaha keras. Dengan kerja keras atau tidak dianggap memberikan hasil yang tidak berbeda. Pemikiran itu akhirnya membuat kita malas bekerja terlalu keras. Kita memilih untuk berdiam diri dan membiarkan semua berjalan apa adanya, karena tampaknya semua baik-baik saja. Kebiasaan ini yang akhirnya membuat kita semakin malas dan tidak berpikir apa yang salah dari perjuangan kita hingga tidak memberi dampak perubahan pada usaha yang dijalani.