Kalian saat masih remaja pernah ada masalah dengan keluarga kemudian nekad minggat dari rumah. Misalnya karena memiliki keinginan tapi ditentang keras, mendapatkan tekanan dari keluarga, atau mengalami pertengkaran hebat karena suatu masalah yang akhirnya membuat kalian berpikir pendek kemudian memilih minggat pergi dari rumah.
Saat remaja memang mengalami kondisi pemikiran yang belum stabil. Pada masa labil tersebut sering sekali membuat kita berpikir pendek dan menganggap, pergi adalah cara untuk menunjukkan kekecewaan, memberi pelajaran pada keluarga, bahkan sebagai bentuk protes terhadap suatu masalah. Ada perasaan ingin membuat keluarga menyesal karena tidak memihak. Diharapkan keluarga memiliki kekhawatiran dan mau sedikit mengerti dengan perasaan kita. Jika memang pernah melakukan tindakan ini saat remaja, pasti akan mengalami beberapa bahkan semua hal berikut ini.
1. Ada peningkatan masalah keberanian
Kita saat memutuskan untuk pergi dari rumah, keberanian memang meningkat. Jika sebelumnya tidak berani keluar malam, maka saat itu akan menjadi lebih berani. Jika saja tidak punya pengalaman melakukan perjalanan sendiri, maka saat itu akan memiliki keberanian. Atau contoh lain yang menunjukkan bahwa keberanian itu memang terasa meningkat. Rasa takut tetap ada tapi sepertinya tidak begitu berarti karena tertutup oleh kemarahan.
2. Merasa tidak butuh keluarga
Seketika saat memutuskan untuk pergi dari rumah, keluarga terkesan tidak berguna. Merasa bisa hidup sendiri dan tidak butuh peran keluarga dalam menjalani kehidupan. Pikiran pendek itu muncul juga dikarenakan rasa kecewa kepada keluarga sendiri.
3. Membayangkan mengalami kejadian buruk yang membuat keluarga menyesal
Dalam perjalanan, bayangan ketakutan yang dulu pernah dirasakan seketika muncul dan tergambar dalam pikiran. Mulai berandai-andai jika hal itu sampai terjadi tentunya ada rasa puas karena keluarga akan benar-benar menyesali hal tersebut.
4. Punya banyak pilihan alternatif dalam mencari tujuan
Saat punya rencana untuk minggat, kadang belum ada tujuan. Tapi setelah beberapa saat tiba-tiba muncul dalam pikiran tentang tujuan yang akan dicapai. Biasanya, tujuan itu tidak keluar dari jalur yang dilalui setiap harinya. Sosok teman, kerabat jauh, atau bahkan sekedar tempat bisa dijadikan alternatif tujuan.
5. Berharap keluarga akan segera menyadari kesalahan mereka
Seketika saat pergi dari rumah, sudah ada harapan keluarga akan benar-benar menyesal dengan kepergian itu. Berharap keluarga akan merasa benar-benar khawatir dan menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah kesalahan besar. Kita tetap punya pemikiran itu meskipun masalah benar atau salah, hanya berdasarkan cara pandang pribadi kita sendiri.
6. Mulai bingung jika uang saku habis
Ada yang membawa uang namun ada juga yang tidak membawa sama sekali. Khusus yang sempat membawa uang saku, biasanya bingung jika mulai menipis dan akhirnya habis. Hingga saat detik detik terakhir, rela melakukan penghematan meskipun merasa tersiksa.
7. Merasa perlu untuk mencari tumpangan
Dalam keadaan kepepet mulai muncul pemikiran untuk mencari tumpangan. Masalah tumpangan sendiri tentu menyesuaikan keadaan. Ada yang memilih mencari tumpangan untuk bisa bantu-bantu sedikit demi mendapatkan upah atau makanan, atau sekedar tumpangan untuk tidur saja.
8. Berpikir cara memberi petunjuk agar ditemukan
Sempat punya pikiran untuk memberi petunjuk agar lebih cepat ditemukan oleh keluarga. Pikiran ini biasanya muncul saat detik-detik terakhir karena tidak tahan dalam pelarian. Apalagi jika merasa sudah lama melakukan pelarian tersebut.
9. Berharap keluarga menghubungi duluan
Jika alat komunikasi masih aktif, ada harapan keluarga segera menghubungi duluan. Permintaan maaf atau permohonan untuk menyuruh pulang. Ada harapan menyenangkan meskipun masih ada rasa kesal jika hal ini akhirnya benar-benar terjadi.
10. Mulai kangen dengan sosok keluarga
Bayangan terhadap suasana hangat dan menyenangkan mulai terbayang. Rasa kangen terhadap sosok keluarga akan dirasakan saat itu. Bahkan saat mengalami ini, bisa membuat kita merasa sedih sendiri. Apalagi ada kedekatan dengan salah satu anggota keluarga.
11. Rela menjual benda kesayangan yang dibawa
Kalau sudah kepepet, barang kesayangan pun bisa dijual. Bahkan jika masih membutuhkan fungsi dari benda tersebut, rela menjual dan dibelikan lagi yang lebih murah untuk mendapatkan uang kembalian. Tidak terpikir suatu saat nanti akan menyesal karena sudah menjual barang tersebut.
12. Mengalami kondisi kekurangan karena terbiasa di rumah yang serba ada
Pada saat itu berlangsung, seperti hidup dalam penderitaan. Merasakan kekurangan karena di rumah semua serba ada. Mau makan tinggal makan, kalau tidak cocok tinggal minta untuk mendapatkan variasi menu. Tapi saat minggat, mau makan puas sangat susah. Kalaupun numpang ada rasa tidak enak jika terlalu banyak makan.
13. Merasa kehilangan kenyamanan tapi tetap merasa gengsi untuk pulang
Sebenarnya sudah merasakan rasa tidak nyaman ketika pergi dari rumah, tapi untuk langsung pulang masih ada rasa gengsi karena sama saja menunjukkan kekalahan. Maka bertahan adalah pilihan pertama, masalah nanti belum terpikir terlalu jauh.
14. Berpikir bahwa keluarga sangat jahat jika tidak ada upaya pencarian
Handphone tidak berbunyi (jika membawa), tidak ada tanda-tanda kehadiran orang tua, atau tidak ada informasi tersampaikan yang menunjukkan ada upaya pencarian. Selama hal itu tidak terjadi kekecewaan terhadap keluarga akan muncul kembali. Merasa bahwa keluarga sangat jahat kepada kita.
15. Minat yang besar untuk membuktikan pada keluarga
Ada minat yang sangat besar untuk membuktikan pada keluarga. Tapi bingung juga dalam menemukan cara pembuktikan tersebut. Ada juga yang bingung, pembuktian itu tentang sesuatu yang belum terpikirkan sama sekali.
16. Berharap ada perubahan baik setelah minggat
Namanya minggat yang ada hanyalah harapan ada perubahan baik jika nanti pulang ke rumah. Sehingga jika punya keinginan, semoga setelah pulang akan dituruti. Atau kalau selama ini terus mendapatkan tekanan, berharap setelah pulang tidak akan terjadi lagi. Merasa butuh keadilan agar keluarga bisa lebih hati-hati menyikapi suatu masalah.
17. Jika memutuskan hidup dijalan, tentunya akan terbayang kenyamanan di kamar yang ditinggalkan
Tidur dalam keadaan dingin, tidak nyaman, bahkan banyak nyamuk. Seketika membayangkan kenyamanan jika tidur dikamar sendiri. Pemikiran seperti ini pasti ada, apalagi jika dikamar ada sarana hiburan lain yang sangat menyenangkan. Membayangkan saat dirumah, dalam jam yang sama sedang melakukan sesuatu yang sekarang tidak bisa dilakukan.
18. Jika mendapatkan tumpangan, ada perasaan tidak enak karena merasa merepotkan
Saat menumpang itu, kadang mengurangi porsi makan. Rela menahan lapar karena ada perasaan tidak enak dengan orang lain. Bahkan meskipun sulit dan diluar kebiasaan, berusaha memberikan bantuan agar bisa lebih diterima saat menumpang.
19. Ada perasaan kaku setelah kembali ke rumah
Perasaan kaku pasti akan dirasakan ketika kembali ke rumah. Komunikasi juga tidak langsung bisa berjalan biasa. Perlu penyesuaian lebih dulu untuk beberapa saat. Itupun jika tidak ada masalah baru dampak atas kepergian kita.
20. Keberanian pun bisa kembali menurun ketika akan bertemu dengan pihak keluarga
Detik-detik kembali menginjakkan kaki di rumah sendiri bisa menjadi momen yang mendebarkan. Apalagi ada sosok yang selama ini ditakuti. Ada rasa khawatir sosok tersebut tidak mengalami perubahan baik, justru semakin menjadi. Tapi demi kenyamanan merasakan kembali kamar tercinta, hal itu harus siap untuk dihadapi.
Orang yang pernah minggat saat remaja pasti pernah merasakan sebagian besar dari hal-hal diatas, hal itu normal dialami. Karena sudah terjadi, hanya bisa diambil sisi positif atas kejadian tersebut. Setelah dewasa pengalaman minggat itu bisa dijadikan bahan cerita agar menjadi pelajaran bagi orang lain dari generasi selanjutnya.