Kita sering melihat perlakuan kebanyakan orang, tidak menghargai sosok yang sabar ketika terlibat interaksi dengan orang lain. Tidak mudah marah, bisa menerima perlakuan buruk, bahkan dihina pun cuma diam atau senyum terpaksa. Seolah ketika bertemu sosok yang sabar, justru membuat orang menjadi seenaknya sendiri.
Tapi sebaliknya, perlakukan orang justru lebih menghargai sosok yang gampang marah. Apa yang dibicarakan ditanggapi dengan baik, tidak suka bercanda keterlaluan apalagi menghina. Meskipun akhirnya membicarakan keburukan sosok galak dibelakang, tetap saja saat terlibat interaksi langsung dengan si galak, orang-orang cenderung lebih menghargai.
Tidak semua, tapi kebanyakan seperti itu. Seolah orang galak itu lebih mendapatkan tempat dan dihargai oleh kebanyakan orang. Ini tidak adil, tapi sudah seperti itulah hukum alam. Bagi kita yang tampak sabar, hanya bisa terus bersabar dan menahan diri agar tidak terjadi masalah. Kita itu sebenarnya ada saatnya ingin marah, tapi kita berpikir hubungan kedepan.
Membahas masalah itu, sebenarnya ada alasan kenapa yang sabar sering diremehkan sedangkan yang galak justru dihargai. Hanya opini, inilah alasan yang sabar justru diremehkan sedangkan galak justru dihargai.
1. Si sabar dianggap tidak memberi ancaman yang berarti
Ketika sedang bersama si sabar, orang cenderung merasa aman untuk melakukan hal-hal diluar kebiasaan. Umumnya sih ketika awal perkenalan, sama-sama bisa menghargai. Setelah memulai bercanda dan paham bahwa yang dihadapi adalah si sabar, orang cenderung menganggap tidak ada ancaman yang berarti. Bercanda kelewat batas, hingga ada unsur menghina, bahkan sampai merendahkan dianggap tidak akan jadi masalah.
2. Sedangkan si galak dianggap bisa memberi ancaman kapan saja
Kalau sudah tahu sosok yang dihadapi adalah si galak, orang cenderung hati-hati. Karena menganggap si galak bisa marah kapan saja. Salah omong sedikit saja bisa memberi ancaman, apalagi sampai merendahkan. Tentunya orang-orang cenderung berpikir dulu sebelum bertindak. Bahkan ketika si galak hadir, kadang sudah menciptakan perasaan hati-hati sebelum berkata-kata.
3. Sikap bercanda otomatis berkelanjutan terhadap si sabar
Bercanda wajar tidak ada masalah, sudah jadi sifat dasar Manusia hal itu akan semakin berkelanjutan. Ketika bahan bercanda sudah dianggap tidak menarik, si sabar yang akhirnya jadi sasaran bagi orang yang suka menghina. Mulai ada unsur melecehkan secara tidak langsung, berkelanjutan hingga akhirnya mendorong keinginan untuk semakin parah dalam merendahkan. Tidak semua orang begitu, tapi kecenderungan terlihat pada kebanyakan orang.
4. Bercanda dengan si galak ada batas, jika lebih akan jadi masalah
Saat dengan si galak, orang lebih memikirkan batas dalam bercanda. Dalam bercanda pun ada sikap menghargai, bukan merendahkan. Sebab orang-orang sudah tahu kalau bercanda melebihi batas hingga ada unsur merendahkan sedikit saja, beresiko menciptakan masalah.
5. Meremehkan si sabar tidak akan berpikir resiko sebelum merasakannya langsung
Bagi orang yang suka meremehkan orang lain, cenderung tidak berpikir resiko yang akan menimpanya. Tentunya jika yang dihadapi adalah si sabar. Orang-orang seolah bebas bertindak atau berkata apa saja. Bahkan ada yang merasa bahwa si sabar tidak akan pernah merasa sakit hati. Orang-orang hanya baru menyadari jika sampai si sabar benar-benar marah dan mereka yang merendahkan harus merasakan resiko yang sebelumnya tidak terpikirkan.
6. Sedangkan dengan si galak berpikir resiko dulu sebelum meremehkan
Jika jiwa meremehkan sudah ada dalam diri kebanyakan orang, sebenarnya ada dorongan untuk meremehkan si galak. Tapi ketika berhadapan dengan si galak, orang-orang cenderung berpikir resiko lebih dulu sebelum melakukan. Belum merasakan resiko atas apa yang akan dilakukan, orang-orang sudah antisipasi dulu agar terhindar dari resiko itu.
7. Berhadapan dengan si sabar sering membuat orang merasa lebih punya posisi
Sudah menjadi sifat dasar manusia juga, punya keinginan untuk lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain. Hanya saja ada yang sadar diri ada juga yang tidak tahu diri. Orang yang tidak tahu diri ini yang biasanya merasa lebih tinggi dari si sabar. Sehingga ada dorongan untuk menunjukkan bahwa dirinya lebih tinggi, lebih punya kuasa, bahkan punya keinginan untuk ditakuti.
8. Berhadapan dengan si galak langsung menyadarkan bahwa posisinya tidak lebih baik
Berhadapan dengan si galak langsung membuat orang sadar akan posisinya. Tentunya bisa menghargai meskipun dalam diri ada pemberontakan. Ingin dianggap lebih tinggi tapi tidak berani menghadapi resiko jika sampai membuat si galak marah.
9. Kalaupun mampu melihat batas kesabaran, ketika orang menghadapi si sabar cukup dengan menghentikan tindakan
Ada juga orang yang bisa melihat tanda-tanda si sabar mulai tersinggung. Meski begitu orang tetap tahu bahwa si sabar tidak akan langsung marah, paling cuma diam dan menunjukkan ekspresi tidak senang. Orang-orang berpikir cukup menghentikan dan tidak akan melanggar batas tersebut.
10. Andai bisa melihat batas kesabaran, dengan si galak pasti harus menghadapi masalah mendebarkan lebih dulu
Kalau berurusan dengan si galak, orang justru menganggap batas kesabaran si galak sangat tipis. Bahkan jika sampai melebihi batas yang ada, orang sudah berpikir harus menanggung resiko yang rumit lebih dulu. Bahkan bisa mendatangkan masalah yang besar. Makanya karena sudah berpikir resiko, orang-orang tidak merasa perlu mengetahui batas kesabaran si galak.
Itu hanya dialami oleh orang yang pada dasarnya suka meremehkan atau merendahkan orang lain. Bagi orang yang sudah terbiasa menghargai orang lain, tentu saja tidak sampai berpikir seperti itu. Kalaupun ada yang berpikir sampai sejauh itu, paling orang yang hanya bertujuan mempelajari untuk dijadikan bahan artikel.
Baca juga: Alasan marahnya orang sabar lebih bahaya