Ketika masih terlalu muda, kita memang jarang sekali berpikir tentang masa tua nanti. Tapi ketika sudah mulai dewasa bahkan mendekati usia pensiun, kita akan merasa perlu memikirkan hal tersebut. Sayangnya hanya menyimpan uang sebagai cadangan, hal itu belum tentu menjamin keamanan nantinya. Asuransi belum tentu bisa diandalkan, apalagi hanya sekedar tabungan. Inflasi dan kondisi ekonomi suatu negara bisa merubah segalanya. Apalagi jika seketika menyerahkan segala yang dimiliki kepada anak, belum tentu mereka akan menjamin keamanan kita dimasa tua. Justru banyak kisah menyedihkan ketika orang tua terlantar setelah menghibahkan semua harta kepada anak-anaknya.
Berawal ketika penulis terlibat urusan pekerjaan, yang membuat penulis menjalani perjalanan panjang dengan bapak lanjut usia yang bijaksana. Kami baru bertemu dan tidak banyak kata yang keluar, diluar pekerjaan hanya basa basi singkat yang tidak begitu berarti. Namun setelah menempuh beberapa kilometer perjalanan beliau mulai membuka obrolan, mungkin untuk menghibur penulis yang mulai suntuk karena menghadapi macetnya jalanan. Apalagi penulis merupakan tipe orang yang tidak begitu suka menghidupkan musik saat perjalanan.
Bermula dari izin mempertanyakan kehidupan pribadi yang akhirnya membuat kami merasa nyambung, obrolan meluas hingga menceritakan kehidupan masing-masing. Dari yang penulis dengar dan kelihatannya memang seperti itu, beliau benar-benar menikmati masa tua setelah pensiun dari pekerjaan. Setelah panjang lebar bercerita, ternyata inilah bentuk investasi beliau hingga bisa menikmati masa tua dengan aman.
1. Pendidikan akhlak anak sejak dini
Menurut beliau ini adalah investasi yang harus dilakukan sejak awal. Karakter anak harus dibangun dengan sebaik mungkin. Memberikan contoh yang baik dalam lingkungan keluarga dan menghindari menunjukkan kebiasaan buruk dalam keluarga. Mengarahkan anak untuk berperilaku baik dengan penuh kesabaran dan menciptakan budaya yang baik dalam lingkungan keluarga. Anak akan terbangun karena kebiasaan yang sudah dijalani sejak masih kecil. Memberi pengaruh baik terhadap pola pikir anak yang menjadikannya memiliki kepribadian baik selama proses pertumbuhan.
2. Memberikan hiburan positif lebih banyak di dalam rumah
Beliau juga menceritakan untuk mengurangi dampak negatif terhadap pergaulan diluar rumah, bisa dengan memberikan fasilitas terbaik kepada anak. Tujuannya tentu saja agar anak lebih betah dan merasa nyaman di rumah. Pada usia bermain, beliau memberikan fasilitas terlengkap dibanding anak lain. Tapi bukan berarti tanpa pengawasan, anak tetap harus dalam pengawasan dan diberikan arahan agar bisa mengatur waktu. Beliau mengaku pergaulan dengan anak seumuran tidak terganggu karena kebanyakan teman justru lebih senang datang ke rumah. Tentunya dengan begitu, anak tetangga justru lebih mudah dipengaruhi agar memiliki tingkah laku yang lebih positif.
3. Pendidikan agama
Ini juga memberikan peran yang sangat penting, ketika anak sudah benar-benar banyak menerima pendidikan agama sejak dini dan terbiasa mengamalkannya, lebih mudah untuk diarahkan agar selalu berperilaku positif. Mengurangi resiko anak suka melakukan hal negatif. Ketaatan terhadap ajaran agama terkait hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia harus diusahakan menjadi kebiasaan bagi anak.
4. Selalu memberikan motivasi kepada anak tanpa membuat anak menjadi rendah diri
Berusaha untuk tidak mengatakan bahwa anaknya bodoh, gagal, atau tidak becus. Ketika anak gagal dalam suatu hal, selalu diberikan motivasi agar bisa menjadi lebih baik lagi. Ditanamkan dalam pikiran untuk membuat anak selalu semangat belajar dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Anak akan semakin berpikiran positif dan mampu mencapai tingkatan yang seharusnya dicapai bahkan lebih baik.
5. Memberikan kebebasan dalam memilih masa depan
Beliau juga tidak memaksakan kehendak anak untuk menuruti keinginan orang tua, dalam masalah pendidikan dan pekerjaan semuanya diserahkan kepada anak. Beliau yakin apa yang menjadi pilihan anak adalah hal yang baik, kalaupun akhirnya gagal setidaknya anak akan belajar dari kegagalan tersebut. Diakui oleh beliau, jika dibandingkan dengan pekerjaannya dulu, anaknya terbilang lebih sederhana dalam menentukan pilihan. Tidak harus menuntut bisa seperti bapaknya apalagi lebih tinggi.
6. Memberikan keputusan kepada anak menentukan pilihan untuk menikah
Beliau juga bercerita setelah anaknya dewasa, sebenarnya sudah banyak teman wanita yang datang ke rumah memperkenalkan diri, bukan pacar hanya teman biasa yang sudah kenal dan paham akan karakter anak dari bapak tersebut. Namun sebagai ayah tidak langsung memaksakan kehendak anak atau melarang, semua keputusan diserahkan kepada anak. Ketika anak memutuskan menikah meskipun belum bekerja, beliau juga langsung menyetujuinya. Beliau yakin hubungan dalam pernikahan lebih baik dan akan membawa berkah tersendiri. Dalam pernikahan tersebut ternyata membawa nasib baik, menantunya merintis olshop dan berhasil hingga memiliki keuntungan setara pekerja kantoran dengan jabatan tinggi.
7. Menganggap menantu sebagai anak sendiri
Ini juga tidak kalah penting menurut beliau. Menantu hanya istilah, untuk perlakuan diberikan perhatian seperti anak sendiri. Menantu akan merasa mendapatkan tempat sehingga bisa melakukan hal yang sama. Karakter anak yang baik memang cenderung mendatangkan menantu yang baik juga. Seperti apapun dasarnya akan terpengaruh oleh keluarga yang baik.
Dari yang penulis perhatikan, karakter anaknya juga baik dan sangat sopan. Memiliki wajah tampan dan baik kepada orang tua. Dan dari cara bapak tersebut bercerita, menunjukkan ekspresi penuh dengan kebahagiaan. Seolah "investasi" yang sudah dilakukan sejak dulu, memberikan hasil yang sangat memuaskan. Jadi harta melimpah tidak selalu menjamin keamanan dimasa tua nanti. Pendidikan anak adalah yang paling penting, karena selain bisa memberikan ketenangan pikiran, anak juga bisa menjadi penolong di Dunia maupun di akhirat nanti.