Dalam perlombaan, tentunya ada beberapa poin yang bisa dinilai untuk menentukan pemenangnya. Ketika beberapa poin memiliki nilai lebih dari yang lain, maka bisa ditentukan siapa pemenangnya. Dalam menikah pun demikian, banyak yang menganggap bahwa pernikahan seperti perlombaan. Siapa yang merasa cepat, merasa jadi pemenang dan cenderung meremehkan orang lain yang terlambat menikah.
Pernikahan sebenarnya bukan perlombaan, karena alur kehidupan setiap manusia pasti berbeda. Tapi jika memang memaksa anggapan bahwa pernikahan itu seperti perlombaan, hal-hal berikut ini yang seharusnya jadi bahan penilaian.
1. Bukan siapa paling cepat menikah, tapi siapa yang paling tepat dalam menentukan pasangan
Banyak yang menikah lebih cepat dari yang lain, akhirnya merasa tidak bahagia. Merasa salah pilih pasangan kemudian kehidupan rumah tangga sering terganggu. Banyak masalah seperti rasa tidak puas hingga perselingkuhan. Banyak juga kasus perceraian karena merasa salah pilih pasangan. Kalaupun menikah cepat dan menemukan pasangan yang tepat secara bersamaan, itu hanya faktor keberuntungan dan kemungkinannya juga kecil. Maka bagi kalian yang merasa telat menikah sedangkan sebagian besar teman sebaya sudah menikah, jangan kecil hati. Sebab mereka yang menikah lebih dulu belum tentu bahagia.
2. Bukan pesta siapa yang paling mewah, tapi pemenangnya adalah yang tidak kacau kondisi keuangannya setelah pesta pernikahan
Sungguh kasihan jika ada pasangan yang menikah dengan pesta mewah dan menghabiskan banyak biaya. Tapi setelah selesai pesta pernikahan akhirnya hidupnya susah. Jual ini itu hingga ada yang harus menanggung beban hutang yang tidak sedikit. Apalagi karena kondisi yang sulit itu, menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga. Maka jangan selalu menganggap bahwa pesta meriah itu adalah hal yang utama. Paling penting itu kehidupan setelah pesta pernikahan. Lebih baik acara pernikahan sesuai kemampuan dan kehidupan setelahnya memiliki kondisi keuangan yang normal.
3. Bukan siapa yang mendapatkan calon cantik atau tampan, tapi pemenangnya yang bisa menerima apa adanya
Cantik atau tampan jika tidak bisa menerima apa adanya, cenderung membuat satu pihak dikuasai oleh sosok yang cantik atau tampan. Kurang dihargai dan berusaha lebih banyak hanya untuk mendapatkan hak yang seharusnya diterima dengan mudah. Maka fokus pada siapa yang bisa menerima apa adanya, entah rupawan atau tidak yang jelas kemampuan menerima apa adanya harus ada. Sebab siapapun kalian, pasti punya kekurangan.
4. Bukan siapa yang memiliki pasangan sempurna, tapi siapa yang mendapatkan calon sadar diri dengan kekurangan tapi berusaha terus memperbaikinya
Sosok sempurna sebenarnya hanya tercipta dari cara pandang beberapa pihak saja, pasti punya kekurangan. Sayangnya sosok yang dianggap sempurna, cenderung merasa tidak perlu memperbaiki diri terutama jika dia tahu penilaian orang terhadapnya. Maka ketika kekurangan yang dimiliki memberi pengaruh buruk pada kehidupan rumah tangga, jarang ada yang bersedia memperbaiki. Lebih baik sosok yang tampak biasa saja tapi sadar akan kekurangan dan bersedia berusaha memperbaiki. Meski orang tidak mengerti tapi kalian yang merasakan akhirnya sadar bahwa semakin lama pasangan semakin mendekati "sempurna".
5. Bukan mas kawin siapa yang paling besar, tapi tentang siapa yang menyesuaikan dengan kemampuannya sendiri
Orang dengan tabungan 10 juta memberikan mas kawin senilai 20 juta, sisanya hasil hutang. Satu orang lagi dengan tabungan 20 juta memberikan mas kawin 15 juta, tentu tanpa berhutang. Sekilas pihak yang memberikan mas kawin senilai 20 juta terkesan lebih baik. Tapi dampak kedepan, justru membawa dampak penderitaan terhadap pasangannya bahkan keluarga yang lain. Maka daripada banyak tapi memaksakan diri, lebih baik yang sesuai kemampuan.
Jadi intinya jangan fokus pada pernikahan yang cepat atau mewah, tapi fokus pada kualitas kehidupan setelah pernikahan. Meskipun pesta pernikahan tampak wah dan mengagumkan, itu hanya memberikan kesan sesaat jika akhirnya menderita juga. Justru jika keadaan setelah pernikahan kacau, menjadi cibiran banyak orang. Maka sesuaikan dengan keadaan baik masalah waktu, calon, atau pesta pernikahan. Jangan memaksakan diri jika memang tidak sesuai dengan kemampuan. Ingat, jalan hidup orang tidak sama semua. Masing-masing punya masanya sendiri.
Baca juga: 5 Hal yang mendorong orang ingin segera menikah