Karena suatu masalah menjadikan pasangan suami istri harus mengalami pisah ranjang. Ini dilakukan karena tidak ada titik temu atas masalah yang sedang dihadapi. Mungkin juga karena sebagai bentuk pembelajaran agar salah satu menyesali perbuatannya dan mau minta maaf.
Tapi melihat kondisi yang sedang terjadi, kemungkinan besar akan bercerai nantinya. Dalam melihat sikap pasangan yang semakin tidak tahu diri, justru memantapkan untuk berpisah saja dalam arti sebenarnya bercerai. Memang mempertahankan rumah tangga itu wajib, tapi jika perasaan kecewa sudah terlanjur dirasakan, ditambah sakit hati yang dirasakan, belum lagi sikap pasangan sekarang yang semakin tidak tahu diri tentu saja akan membuat diri sulit menerima kembali.
Tidak ada tanda-tanda akan bersatu lagi, semakin kesini justru hubungan semakin renggang. Rasa malas pun terasa ketika harus bertemu dan melakukan proses mediasi. Sebagian cenderung lebih memilih untuk menghindar karena dalam pertemuan cenderung menciptakan pertengkaran yang lebih hebat.
Memaafkan begitu saja, sepertinya sulit meskipun kesalahan diri dan pasangan sebenarnya saling berkaitan. Ingin menyatakan sebaiknya bercerai, juga harus mengumpulkan keberanian. Belum lagi prosedur yang harus dilalui terkesan ribet, harus ada komunikasi dulu agar lebih mudah melalui proses percerian.
Padahal untuk berkomunikasi dan berdiskusi masalah tersebut, rasanya malas karena segala resiko rasa tidak nyaman yang akan tercipta.
Ujung-ujungnya perceraian tidak kunjung terjadi dan hubungan terus menggantung. Keduanya sudah sama-sama memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Mulai muncul bayangan tentang kesempatan untuk mendapatkan "kasih sayang" dari orang lain. Tentu bayangan itu akan semakin kuat sebab selama ini merasakan kekosongan dalam hal "kasih sayang".
Pasangan juga sepertinya begitu, bahkan mungkin bukan cuma bayangan tapi sudah benar-benar terlaksana. Maka semakin lama keinginan untuk bersatu semakin hilang, apalagi ada bayangan tidak bisa menerima pasangan karena mungkin sudah beberapa kali terjamah oleh orang lain.
Hingga keinginan awal hanyalah pasangan memberikan pernyataan lebih baik bercerai saja, syukur-syukur tinggal terima beres tanpa harus melakukan apa-apa. Tahu tahu dapat undangan untuk mengambil akta cerai. Keinginannya seperti itu, tapi sepertinya pasangan juga tidak mau tahu.
Andai saja memulai lebih dulu, takutnya dipersulit oleh pasangan yang akhirnya membuang sia-sia tenaga, pikiran, dan keuangan. Lalu apa yang harus dilakukan?.
Satu-satunya cara adalah mediasi, cari pihak yang benar-benar netral dan disegani untuk menyelesaikan hubungan yang menggantung tersebut. Mungkin tidak hanya sekali, butuh beberapa kali mediasi hingga didapatkan hasil akhir yang baik menurut keduanya. Dari itu, tentu saja keputusan akhir final dan harus diterima keduanya.