Jakarta - Saya cuma mau cerita pengalaman tidak menyenangkan di terminal kampung rambutan. Tidak ada niat apapun selain sekedar sharing pengalaman biar menjadi pelajaran bagi pembaca semua. Jadi cerita awalnya saya dapat job, bawa mobil ke Jakarta. Pulangnya otomatis harus naik angkutan umum, bus jadi pilihan utama. Saat itu sudah jam malam, sekitar jam 9 saya naik ojek menuju terminal kampung rambutan.
Sebelumnya sempat saya ketik kata "terminal" di aplikasi ojek, terminal kampung rambutan tidak muncul. Entah kenapa tidak masuk daftar dalam aplikasi, dan baru menemukan setelah saya ketik secara manual secara lengkap.
Jujur saja saya tidak memiliki pengalaman di terminal, jadi saat itu benar-benar menjadi orang yang sangat polos. Singkat cerita saya sudah sampai di terminal kampung rambutan, turun dari ojek saya langsung disambut oleh beberapa orang. Menanyakan tujuan sambil mengarahkan saya untuk pergi ke loket membeli tiket.
Saya tidak curiga sama sekali, karena saat itu saya memang tidak mengerti apa-apa. Sampai di loket pembelian tiket, terdapat daftar harga bus dengan jurusan tertentu. Saya memilih paket paling mahal, sekitar 250 ribu untuk tujuan solo. Saya tidak curiga meskipun pelayanan di loket dilakukan di luar, sebab didalam loket sudah dalam keadaan gelap.
Saat calo selesai menyiapkan tiket, saya bayar pas 250 ribu. Tapi calo tersebut bilang katanya tarifnya 350 ribu, jadi kurang 100 ribu. Otomatis saya protes dengan tarif tersebut sambil menunjukkan daftar harga yang sudah ada di kaca. Calo beralasan itu tarif lama, tentu saja saya tidak terima dengan hal itu.
Saya mengatakan batal membeli tiket, tapi calo tersebut menolak. Hingga saya nekad tarik uang yang sudah dia pegang. Terjadi aksi saling mempertahankan uang 250 ribu tersebut. Mulai panas, Saya bertekad untuk membatalkan pembelian tiket sedangkan calo mengharuskan saya membayar nominal yang sudah disebutkan.
Setelah perdebatan lama dalam suasana yang panas, akhirnya si calo mulai melunak. Terjadi aksi tawar menawar hingga akhirnya hanya kena 295, lebih murah 55 ribu rupiah. Tapi tetap saja lebih mahal dari harga standar karena tarifnya cuma 250 ribu.
Saya pikir tidak apa-apa cuma 45 ribu, yang penting saya segera mendapatkan bus untuk perjalanan pulang. Ternyata tidak cuma sampai disitu, Saya di arahkan untuk naik bus yang kondisinya jauh dari kata layak. Perjalanan sampai ke terminal pulo gebang penumpang di pindah ke bus lain tujuan Surabaya, dengan kondisi lebih baik tapi tetap kurang nyaman. Sampai di Semarang di pindah lagi pada bus tujuan solo dengan kondisi yang tidak layak.
Sebenarnya kecewa juga tapi namanya tidak tahu mau apa lagi. Sebagai pelajaran saja, sebaiknya pelajari dulu ketika memulai sesuatu yang baru. Sebab apapun itu, masih ada saja orang yang memanfaatkan kesempatan terhadap orang yang awam terhadap sesuatu.
Baca juga: Calo dan copet terminal kampung rambutan