Poligami sudah lama menjadi polemik di Negara ini. Sebagian besar masyarakat menentang praktik poligami, meskipun tetap ada sekelompok orang yang berusaha mencari celah untuk merubah perspektif negatif tentang poligami. Ada yang berpendapat bahwa kodrat seorang pria adalah memiliki kemungkinan untuk menyukai lebih dari satu wanita. Sehingga sangat banyak kejadian perselingkuhan, pria jajan di luar, dan lain sebagainya. Atas dasar hal itu, akan lebih baik jika merubah nafsu menjadi ibadah dengan menikahi lebih dari satu wanita.
Saya tidak mungkin bisa menyalahkan, tapi tetap saja saya belum mampu setuju dengan hal itu. Memang ini hanya opini pribadi, lupakan sejenak apakah saya benar atau tidak karena ini hanya berdasarkan cara pandang pribadi. Jadi ketika ada beberapa pilihan, kita tidak harus seketika membandingkan dua hal yang sebenarnya tidak harus disejajarkan. Kita tidak harus melakukan hal lain untuk menghindari hal yang lain lagi, sebab kita masih punya kuasa untuk tidak melakukan keduanya.
Bukankah lebih baik bagi pria untuk menahan nafsunya sendiri. Juga sekaligus menahan diri ketika memiliki keinginan untuk menikah lagi?. Apalagi jika istri yang dimiliki sudah cukup memberi peran dalam kehidupan rumah tangga. Ini hanya pendapat pribadi, bukan maksud untuk menyalahkan poligami.
Kita juga harus melihat dari sisi wanita, apakah benar-benar rela jika suami menikah lagi?. Karena pada dasarnya wanita lebih dominan perasaannya daripada logikanya. Wanita tetap akan merasa cemburu, wanita tetap akan merasakan sakit ketika mengetahui pria yang dicintai menjalin hubungan dengan wanita lain.
Alasannya jika mampu mengalahkan cemburu dan sakit hati yang dirasakan, maka akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi. Lantas jika alasannya itu, mengapa pihak pria tidak mengalahkan nafsu untuk memiliki derajat yang lebih tinggi?.
Ketika lisan menyatakan ikhlas, dalam hati wanita belum tentu demikian. Bisa saja wanita melakukan itu karena keterpaksaan yang membuatnya harus menerima keadaan tersebut. Karena banyak wanita yang merasa sudah berada di zona aman, sehingga jika memilih bercerai justru akan membuat hidupnya semakin sulit. Hingga akhirnya dengan terpaksa berusaha menunjukkan kesan baik-baik saja. Bahkan ada yang berusaha membenarkan sang suami dengan berbagai opini agar dirinya sendiri dianggap sebagai istri yang baik, bukan istri yang bodoh.
Saya pria tapi sulit menerima poligami, alasannya karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa wanita lebih dominan perasaan daripada logikanya. Ketika rasa sayang terhadap wanita sudah cukup besar, membuatnya sakit hati sebentar saja tidak tega apalagi membiarkannya merasakan hal itu terus menerus.
Meskipun seandainya saya hebat dalam merangkai kata untuk meyakinkan istri bahwa hal itu sangat baik untuknya, hati nurani tidak bisa berbohong, tetap akan ada perasaan bersalah yang dirasakan.
Itu untuk diri saya sendiri, untuk orang lain pun saya sulit menerima poligami. Karena pasti akan ada beberapa pria yang memanfaatkan untuk menuruti keegoisannya sendiri. Hanya
merasa memenuhi syarat atau bahkan sadar tidak memenuhi syarat tapi berusaha memanipulasi kondisi agar terlihat layak. Hingga akhirnya bukan kebaikan tapi justru keburukan yang muncul karena dampak dari poligami yang dilakukan.
Bahkan ini bisa menjadi ajang monopoli untuk sekarang ini. Bisa kita lihat sendiri, banyak juga pria yang kesulitan menemukan jodohnya. Jika memang niat untuk menyelamatkan wanita, andai saya sudah memiliki istri, lebih baik menjodohkan wanita dengan pria lajang yang kesulitan menemukan jodohnya.