Banyak sekali contoh orang yang tulus justru mengalami kondisi finansial cukup. Mereka bisa sukses sesuai kapasitas dirinya masing-masing. Bahkan untuk kelas yang sama, kondisi orang tulus kebanyakan lebih baik daripada mereka yang hanya memikirkan keuntungan semata. Kenapa bisa begini, ternyata ada alasan berdasarkan logika yang membuat kita percaya bahwa ini benar tanpa sekedar percaya karena ajaran tertentu.
1. Potensi diri mereka bisa lebih mudah diketahui
Jika orangnya saja tidak tahu potensi dirinya sendiri, tentu saja orang lain juga tidak mengetahuinya. Dan tidak mungkin orang lain punya pikiran membayar orang tersebut untuk sesuatu yang belum diketahui. Tapi melalui aktivitas membantu orang lain, lama-lama potensi diri itu akan terlihat. Dari itu akhirnya menjadi sumber pendapatan secara berkala ketika ada pihak-pihak yang membutuhkannya.
Sebagai contoh saya punya tetangga, cuma ibu rumah tangga biasa. Awalnya diminta untuk memijat kerabat dan tetangga. Tentunya hal itu terjadi saat waktu santai dan cuma iseng-iseng saja. Merasa cocok akhirnya banyak yang ketagihan, berita menyebar dan banyak yang merasa cocok. Tentunya lama-lama banyak yang tidak enak hati jika meminta secara cuma-cuma. Diawali dari itu, kini banyak sekali orang berdatangan untuk pijat. Bahkan sudah sampai luar kecamatan. Andai saja tetangga saya tersebut tidak tulus dan ringan tangan, malas jika disuruh memijat orang lain, tentu saja potensi diri itu tidak akan pernah keluar.
2. Bisa memuaskan jika melakukan sesuatu untuk orang lain
Pada dasarnya tulus, dan tidak memikirkan keuntungan semata. Otomatis berapapun hasil yang didapat, tetap mampu melakukan sesuatu dengan maksimal untuk orang lain. Dari sinilah orang lain mulai berpikir, jika bisa membayar lebih murah untuk hal yang memuaskan tentunya tidak perlu mencari yang lebih mahal untuk hal yang sama. Dengan itu akan muncul rasa cocok, rasa nyaman, rasa suka, dan itu berimbas pada keinginan untuk memberikan lebih. Orang-orang tulus seperti ini cenderung mendapatkan lebih banyak dari orang-orang yang sudah terlanjur menyukainya.
3. Akan lebih banyak orang yang merekomendasikan secara suka rela
Atas dasar kepuasan, rasa suka, dan lain sebagainya memang memberikan dampak banyak sekali. Salah satunya promosi dari mulut ke mulut. Akan banyak pembeli, pelanggan, pengguna jasa, dan lain sebagainya yang tertarik untuk memiliki hubungan kerja. Maka tidak heran, orang tulus dan ringan tangan ada saja yang memberikan jalan kepadanya untuk memiliki penghasilan.
4. Lebih banyak pembeli, pelanggan, atau pengguna jasa yang memberikan kontribusi besar untuk pendapatannya
Dalam sebuah bisnis atau pekerjaan apapun, diantara semua customer pasti ada sebagian yang memberi kontribusi lebih banyak. Karena alasan-alasan yang sudah disebutkan, orang tulus ringan tangan tentu memiliki lebih banyak customer seperti itu. Sehingga rejeki pun lebih banyak dibanding mereka yang hanya memikirkan keuntungan.
5. Terciptanya hubungan baik karena banyak hal yang bisa dilakukan atau diberikan secara cuma-cuma
Saya punya teman, jualan beras dalam lingkungan komplek perumahan. Semuanya pelanggannya menjadi teman dan sering mendapatkan sasaran kebaikan dari penjual beras tersebut (dibelikan oleh-oleh, dibantu ketika ada acara, dsb). Bahkan kebaikan bukan hanya kepada pelanggan tapi orang lain juga. Karena hal itu orang yang sebelumnya tidak pernah membeli beras darinya pun akhirnya pindah padanya.
6. Mereka sering terhindar dari hasrat untuk membeli keinginan pribadi
Untuk diri kita, cenderung suka membeli keinginan. Misalnya motor atau mobil mewah. Dari kepemilikannya saja sudah memberikan beban sehingga sebesar apapun pendapatan kita pasti akan tergerus oleh kepemilikan barang tersebut. Orang tulus cenderung lebih suka berbagi dan peduli dengan sesama. Tidak memikirkan diri sendiri sehingga jika ada uang lebih, jarang terobsesi untuk mengeluarkan uang untuk keinginan pribadi. Bukan berarti tidak sama sekali, tapi setidaknya orang tulus cenderung seperlunya saja dan tidak berlebihan.