Kita sebagai orang awam tentu sering bertanya-tanya, kenapa BI tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk membayar hutang negara. Bahkan dalam beberapa obrolan ringan, ada saja yang melontarkan pernyataan "kenapa pemerintah tidak cetak uang sebanyak-banyaknya untuk bayar hutang". Atas dasar hal itu, penulis akan menyampaikan alasannya dengan bahasa yang sangat sederhana agar mudah dimengerti oleh semua orang.
BI sifatnya independen dan segala kebijakan tidak boleh ada campur tangan dari pihak luar, bahkan dari pemerintah sekalipun. Pemerintah hanya memiliki hak bicara untuk menyampaikan pendapat tapi tidak punya hak suara untuk keputusan final.
Andai kata ada keputusan untuk mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk bayar hutang negara pun, tidak akan berhasil. Sebab setelah uang dicetak sebanyak-banyaknya, uang yang sudah tercetak tersebut akan ditukarkan menjadi mata uang dollar dalam jumlah yang sangat besar.
Sedangkan permintaan pertukaran sebaliknya tidak sebesar itu. Dampaknya rupiah akan jatuh dan melemah terhadap dollar. Ketika hal itu terjadi maka rupiah akan tidak bernilai. Yang terjadi setelah itu semua harga seolah naik dan terasa mahal meskipun sebenarnya rupiah itulah yang berkurang nilainya.
Terutama untuk produk impor karena nilai mata uang rupiah anjlok yang secara otomatis membuat biaya pembelian dan pengiriman semakin mahal. Dampaknya harga jual di Indonesia pun juga mengikuti.
Belum lagi uang rupiah hasil pertukaran akan digunakan didalam pasar Indonesia. Banyak sekali kekayaan Indonesia yang akan terserang secara besar-besaran. Sesuai hukum permintaan dan penawaran, harga-harga akan melambung naik ketika permintaan semakin tinggi.
Jika sampai seperti itu, bisa saja untuk membeli beras 1 kg, kita harus mengeluarkan uang jutaan rupiah. Jadi dampaknya bukan hanya kepada barang impor, barang lokal pun akan terpengaruh. (Silahkan cari di google Negara mana yang sudah mengalami hal ini)
Jadi dengan begitu, hal yang bisa kita lakukan bukanlah menyalahkan pemerintah, tapi lakukan hal paling dasar lebih dulu. Yaitu berusaha maksimal untuk menggunakan produk dalam Negeri. Pihak produsen pun jangan malas, harus memikirkan caranya membuat produk yang layak bersaing dengan produk luar negeri. Harus sama-sama saling mendukung demi kemajuan bersama.
Dimulai dari yang sederhana, sering-sering belanja di warung atau toko tetangga. Dan masalah investasi, jangan menabung dalam bentuk uang tapi menabung dalam bentuk emas. Perlu kerja sama untuk sekedar menyewa brankas di bank bukan menyimpan uang di bank.