Kita tentunya sering melihat usaha orang lain sukses dan bisa membuat kehidupan mereka lebih baik. Tapi kita sendiri jarang menyadari diantara 3 orang yang berhasil, terdapat lebih banyak orang yang gagal merintis usaha dalam bidang yang sama.
Banyak usaha yang berguguran meskipun sudah menerapkan strategi yang sama. Bahkan bisa dikatakan dari segi kualitas bahkan pelayanan sama persis. Tapi tetap saja ada yang tidak berhasil atau usahanya tidak berjalan dengan baik. Mungkin bukan mereka lagi, tapi kita sendiri pernah mengalami hal tersebut.
Sudah merasa melakukannya dengan maksimal tapi usaha tidak jalan. Akhirnya macet dan mendapati keadaan "maju kena, mundur kena". Apa faktor penyebab usaha tidak jalan?, berikut penyebab yang jarang kita sadari.
1. Menjadikan keuntungan untuk kebutuhan pribadi atau membayar cicilan hutang
Tidak semua orang saat merintis usaha, dijadikan sebagai sampingan dari pekerjaan utama. Ada yang menjadikan usaha tersebut sebagai satu-satunya pendapatan. Sehingga keuntungan langsung digunakan untuk kebutuhan hidup bahkan sampai membayar cicilan. Saat ramai atau berjalan sesuai harapan, mungkin hal itu bukan sebuah masalah. Tapi saat sepi atau sedang penurunan, jelas saja butuh suntikan dana dari sumber lain. Jika hal itu tidak ada tentu saja harus menggunakan uang modal yang berujung pada penurunan usaha secara bertahap. Maka solusinya, ketika merintis sebaiknya keuntungan digunakan untuk peningkatan. Jangan sampai sepenuhnya terpakai apalagi cuma untuk meningkatkan gaya hidup.
2. Menerapkan sistem tidak pada tempatnya
Sistem yang berjalan di tempat lain belum tentu berjalan dilokasi lain meskipun penerapannya sama. Misalnya saja sistem tertentu berjalan dengan sangat baik dilingkungan perkotaan kemudian kita memaksakan sistem yang sama di lingkungan pedesaan, itu belum tentu berhasil. Kita harus menyesuaikan dengan kondisi pasar sasaran. Merubah sedikit sistem yang ada agar bisa sesuai dengan lingkungan tempat usaha tersebut berjalan.
3. Kepercayaan diri yang terlalu tinggi
Ini adalah faktor penyebab yang sering terjadi. Sebagai contoh usaha makanan, merasa sudah bisa membuat menu masakan yang enak padahal biasa saja. Kita merasa apa yang kita sajikan sudah masuk dalam kategori layak jual, padahal penilaian pembeli belum tentu demikian. Karena kepercayaan diri yang terlalu tinggi tersebut, membuat kita cenderung malas berusaha menerima masukan dari pembeli dan terus bertahan tanpa ada upaya peningkatan. Ketika mulai sepi pembeli tidak sadar apa masalah yang sebenarnya. Untuk itu jangan takut kritik dan saran pembeli. Berusaha untuk lebih baik dan jangan puas dengan kemampuan diri sendiri.
4. Keuntungan jangka pendek jadi prioritas dan mengabaikan keuntungan jangka panjang
Prinsip usaha adalah berikan lebih banyak meskipun mendapatkan lebih sedikit. Itu akan memberikan keuntungan yang berkelanjutan. Tapi sebagian dari kita cenderung memikirkan keuntungan jangka pendek. Merasa sayang jika mengambil keuntungan terlalu sedikit karena pertimbangan banyak hal. Hingga kadang kesalahan yang dilakukan adalah mengambil keuntungan terlalu banyak sehingga harga yang kita berikan terlalu mahal.
5. Prinsip pasrah dan menganggap kondisi pasar memang lagi sepi
Saat sepi banyak pemain baru yang pasrah dengan keadaan. Daripada membuat inovasi atau mengatur strategi, cenderung melihat kondisi usaha orang lain. Jika kondisi sepi itu terjadi secara global, malah merasa tenang karena merasa tidak sendiri. Hingga akhirnya malah fokus mencari informasi tersebut daripada mencari cara agar usaha milik sendiri bisa kembali normal.
Itulah penyebab usaha tidak jalan yang sering tidak disadari. Ingat, tidak ada kata puas dalam merintis usaha. Banyak hal yang harus dipelajari. Jangan puas hanya dengan membuat customer senang jika kita bisa membuat mereka senang sekali.