Jadi bos besar dalam bayangan kita memang menyenangkan. Kemana-mana dihormati hampir semua orang, punya uang banyak, ingin apa saja terasa mudah, dan yang pasti banyak bikin iri orang-orang lainnya. Saya pun pernah berandai-andai jika bisa mengganti posisinya.
Jujur saja saya memang bukan orang kaya, mungkin lebih tepatnya belum menjadi orang kaya. Saya juga bukan bos karena kerjaan sehari-hari pun masih terhitung remeh dengan bayaran yang tidak pasti. Tapi dalam pergaulan, tidak jarang berinteraksi dengan bos besar. Meskipun pertemuan hanya terjadi ketika diberikan pekerjaan, teman sesama komunitas, atau ketika menjadi teman.
Yang terakhir mungkin sedikit aneh, menjadi teman. Tapi memang benar begitu, mengisi posisi sebagai teman dan ketika hal itu berhasil sepertinya dia merasa sangat senang. Setelah lama mempelajari, akhirnya saya menemukan satu hal yang ternyata tidak dimiliki oleh bos-bos besar.
Dari sekian banyak interaksi, saya menyadari bahwa mereka jarang ada yang memiliki teman. Teman yang bisa menciptakan keseruan dalam kehidupan mereka, teman yang memang benar-benar murni berteman tanpa ada unsur kepentingan didalamnya, teman yang tulus bukan karena sungkan sudah menerima banyak kebaikan, dan sebagainya.
Bagaimana tidak, mereka terlalu sering berinteraksi dengan orang-orang penting yang memiliki kesibukan masing-masing. Sehingga teman seperti itu cenderung membahas atau melakukan aktivitas yang penting-penting saja.
Jika berteman dengan orang-orang yang berada di level lebih rendah, mereka justru terlalu sungkan hingga akhirnya tidak menemukan keseruan dalam kebersamaan. Bos besar selalu dihormati teman satu kumpulan, hanya karena teman-temannya sadar memiliki level jauh dibawah bos-bos besar tersebut.
Dengan keluarga, cenderung sudah tidak mampu untuk menciptakan keseruan, apalagi bos-bos besar tersebut sudah terhitung lanjut usia.
Lalu disini posisi saya adalah menjadi teman untuk keseruan mereka. Dan ketika hal itu berhasil, mereka sepertinya merasa senang. Meskipun saya sendiri kadang merasa aneh, sebab dengan usia yang terhitung muda nongkrong bareng bapak-bapak layaknya teman akrab. Belum lagi ketika bertemu dengan orang lain, diperkenalkan dengan menyebut saya "Ini teman saya".
Kesimpulannya adalah, banyak bos-bos besar tidak memiliki sosok yang benar-benar bisa dianggap teman sungguhan. Kebanyakan teman-teman bos besar adalah orang-orang yang serius, tidak punya banyak waktu, orang-orang dengan kepentingan tertentu, kehadiran teman untuk membangun bisnis, orang yang terlalu menunjukkan rasa sungkan, dan sebagainya.
Maka untuk kita yang berasal dari orang biasa saja, jangan pernah merusak pertemanan demi uang. Sebab suatu saat kita bisa saja mengalami kemudahan mencari uang tapi sulit untuk mendapatkan teman.
Melayani Jasa Teman Travelling Multitalenta