Pada jaman dulu tidak semua anak terpenuhi kebutuhan gizinya, terutama untuk masalah susu. Dulu banyak orang tua yang menggunakan air tajin sebagai pengganti susu. Air tajin "dipropagandakan" oleh orang tua, seolah-olah itu lebih baik dari susu.
Kita pun sebagai anak-anak, diberikan air tajin dengan pengolahan kreatif untuk membuat kita lebih menyukainya. Pengolahan paling sederhana adalah diberi gula untuk memberikan efek manis. Dan itu berhasil, tajin menjadi rutinitas yang kita sukai.
Setelah dewasa kita memang tahu bahwa air tajin itu memberi manfaat, misalnya sebagai sumber energi, mencegah dehidrasi, dan lain sebagainya.
Tapi kita juga tahu bahwa tajin tidak pernah bisa menggantikan susu. Susu jelas memberikan manfaat lebih banyak bagi pertumbuhan anak, dan itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan air tajin.
Maka bisa kita ketahui bahwa pada jaman dulu orang tua memberi air tajin bukan karena pilihan utama. Sebenarnya hal itu dilakukan karena keterbatasan yang membuat para orang tua susah untuk mendapatkan susu.
Pada jaman dulu tidak seperti sekarang, untuk mendapatkan susu tidaklah mudah. Terutama pada wilayah pedesaan atau pelosok. Angkutan umum masih jarang, tidak semua tempat menjual susu untuk anak, bahkan ada yang tidak memiliki uang untuk membelinya.
Selain karena hal itu, orang tua jaman dulu juga tidak begitu paham tentang pentingnya tumbuh kembang anak. Yang penting anak bisa kenyang tanpa memperhatikan faktor gizinya.
Dengan itu bisa disimpulkan bahwa kebanyakan orang tua dulu memilih memberikan anak air tajin karena kemiskinan. Meskipun harus kita akui pada jaman dulu air tajin itu benar-benar nikmat, tentunya bagi kita yang di masa kecil hanya bisa menikmati air tajin saja.
Susu masih menjadi minuman eksklusif yang hanya bisa kita minum pada saat-saat tertentu saja. Salam dari saya, konsumen rutin air tajin di masa kecil.