Pernah tidak melihat sebuah lowongan pekerjaan, dengan syarat yang ribet, butuh ketrampilan tinggi, tapi setelah di cek gajinya cuma UMR. Itupun harus melalui proses training baru mencapai gaji seperti itu. Di Indonesia sendiri, hal itu sangat banyak terjadi. Bahkan pekerja keras, memiliki dedikasi tinggi, dan poin pentingnya punya ketrampilan tinggi, untuk hitungan gaji hanya standar.
Sehingga banyak sekali yang akhirnya memilih mengundurkan diri dan menjadikan ketrampilan tersebut untuk memulai usaha sendiri. Muncul pertanyaan, kenapa banyak pekerja ketrampilan tinggi yang cuma di gaji UMR?, inilah jawabannya.
1. Ijazah adalah syarat standar penerimaan
Tidak peduli lulus karena kecurangan, yang penting punya ijazah maka mencari pekerjaan akan lebih mudah. Syarat standar seperti ini cenderung menghadirkan orang-orang yang tidak kompeten. Berbeda dengan perusahaan raksasa Google yang sudah tidak lagi menjadikan ijazah sebagai syarat wajib. Siapapun bisa mendaftarkan diri untuk menjadi karyawan google meski tidak memiliki pendidikan tinggi, yang penting memiliki ketrampilan sesuai posisi. Sehingga calon pekerja yang memiliki ketrampilan tinggi, tetap punya kesempatan. Tidak justru mencari pekerjaan lain yang hanya menawarkan gaji umr.
2. Seleksi karyawan cenderung hanya terjadi pada awal memulai pekerjaan
Masa training, paling lama beberapa bulan saja. Setelah itu semua bekerja sesuai porsi masing-masing. Jarang ada seleksi karyawan secara bertahap terus menerus. Yang seharusnya ada potensi untuk mendapatkan gaji lebih tinggi, dan yang terburuk adalah pengurangan karyawan. Sehingga karena seleksi cuma ketat saat diawal saja, kebanyakan hanya merasa perlu untuk melakukan sesuai porsi dalam pekerjaan, mendapatkan gaji, dan yang sudah memiliki ketrampilan tinggi pun tidak begitu semangat untuk melakukan lebih banyak lagi.
3. Banyak calon pekerja, tapi tidak sebanding dengan lowongan yang terbatas
10000 calon pekerja dengan ketrampilan tinggi, tapi pekerjaan yang tersedia cuma untuk 10 orang saja. Hal ini tentu saja hanya akan menciptakan kompetisi besar-besaran. Siapa yang lebih butuh?, tentu saja calon pekerja. Sehingga ketika tidak ada kesempatan bekerja di perusahaan dengan gaji tinggi, lowongan dengan gaji UMR pun tetap jadi rebutan.
4. Pekerja dengan kemampuan ketrampilan tinggi, cenderung kalah dengan kekuatan orang dalam
Tidak peduli sebodoh apapun kita, tidak peduli kita itu sebenarnya kurang memenuhi syarat, selama punya orang dalam maka semua bisa diatur. Meskipun harus membayar jutaan rupiah dulu, setidaknya ada kesempatan untuk masuk dalam sebuah perusahaan dengan gaji tinggi. Mereka yang memiliki ketrampilan tinggi, kesempatannya akan semakin kecil jika tidak ada keterlibatan orang dalam. Akhirnya pekerjaan dengan gaji umr tetap diminati, meskipun ketrampilan tinggi itu layak mendapatkan gaji lebih tinggi.
5. Konsumen di Indonesia sendiri cenderung fokus di harga murah, sehingga pekerja ketrampilan tinggi tidak begitu mendapatkan tempat
Lagi-lagi masalah kesejahteraan masyarakat sendiri, yang cenderung lebih suka sesuatu yang murah. Masalah kualitas nanti saja. Maka dari itu pekerja dengan ketrampilan tinggi jika sampai berdiri sendiri, hanya digunakan oleh orang-orang tertentu saja. Mayoritas lebih suka harga yang murah. Akhirnya karena pertimbangan, pekerja yang mengedepankan kualitas akan beralih mengedepankan kuantitas.
Baca juga: 6 Penyebab Layanan Jasa Di Indonesia Banyak Yang Tidak Memuaskan