Karyawan disini yang kita bahas adalah karyawan dengan gaji standar UMR. Atau sedikit lebih banyak dari itu namun tidak terlalu jauh. Menjalani rutinitas yang sama setiap hari, gajian, dan paling mentok mendapatkan bonus dari kerja kerasnya. Dengan melihat kehidupan kebanyakan karyawan, jarang yang bisa menjadi kaya kecuali ada sumber pemasukan lain. Kebanyakan dan hampir semua memiliki kehidupan yang begitu-begitu saja.
Rata-rata memiliki kehidupan yang sama persis, berada di zona nyaman. Tapi berbeda dengan para pengusaha meskipun hanya sekedar pengusaha "ecek-ecek". Meski ada yang pada akhirnya bangkrut, masih banyak juga yang sukses dan mengalami peningkatan signifikan dari segi finansial. Hingga akhirnya muncul pertanyaan, perilaku seperti apa yang menjadikan karyawan susah kaya?, berikut jawabannya.
1. Perilaku konsumtif
Karyawan memang cenderung memiliki perilaku konsumtif yang lebih tinggi dibanding pengusaha. Sikap seperti ini muncul karena karyawan merasa bahwa dia hanya butuh tenaga dan pikiran untuk mendapatkan imbalan gaji. Sehingga gaji dalam bentuk uang yang diterima, pantas digunakan untuk hal yang sifatnya konsumtif. Berbeda dengan pengusaha yang tidak pasti dalam mendapatkan penghasilan, ditambah modal uang maka pengusaha cenderung lebih hati-hati dalam menggunakan uangnya. Maka meskipun statusnya hanya karyawan, lebih baik tetap memiliki jiwa pengusaha agar bisa mengembangkan gaji bulanan yang diterima.
2. Merasa tenang karena kepastian gaji, sehingga cenderung berani menghabiskan uang seketika
"Aku mau beli Hp baru, tidak apa-apa uang habis, toh tinggal besok lagi gajian", sikap seperti itulah yang membuat karyawan susah kaya. Cenderung tidak takut menghabiskan uang karena merasa aman tidak lama lagi gajian. Berbeda dengan jiwa pengusaha, yang tidak pernah merasa aman jika menghabiskan uangnya. Kecuali itu untuk meningkatkan penghasilan, misal untuk tambahan modal. Untuk jangka panjang, karyawan hanya akan mengalami peningkatan finansial ketika gaji naik atau mendapatkan bonus yang tidak seberapa. Sedangkan untuk pengusaha cenderung mengalami peningkatan berlipat-lipat jika usaha yang dijalankan mendapatkan keberhasilan.
3. Anggaran kebutuhan dan keinginan cenderung maksimal sesuai dengan gaji yang diterima
Anggap saja gaji 3 juta per bulan, untuk kebutuhan hidup dan keinginan mencapai 2,5 juta. Hal itu bisa terjadi secara terus menerus bagi karyawan. Sedangkan pengusaha harus hemat sekaligus menyiapkan uang cadangan untuk antisipasi bulan depan jika minim pemasukan. Entah mendapatkan hasil minim atau maksimal, pola pikir pengusaha tetap seperti itu terus.
4. Kebiasaan menabung dianggap sebagai pilihan aman tanpa memperhitungkan masalah inflasi
Sudah dipotong anggaran untuk kebutuhan dan keinginan, karyawan tentu punya sisa untuk tabungan. Sikap karyawan kebanyakan memilih untuk terus menabung dengan harapan uangnya akan terus bertambah banyak. Meskipun ada iming-iming bunga, karyawan lupa dengan yang namanya inflasi. Bahasa mudahnya, tabungan memang terus meningkat tapi nilai uang terus menurun. Hingga akhirnya uang yang ditabung dengan susah payah, lama-lama kehilangan nilai dan tidak berarti apa-apa. Pengusaha berbeda, arus keluar masuk uang tentu bisa mengikuti keadaan.
5. Godaan untuk pengajuan kredit yang lebih mudah dan terkesan aman, sehingga banyak yang memilih untuk melakukan hal tersebut
Kredit barang mendapat kemudahan meskipun barang tersebut tidak memberi nilai tambah dalam kepemilikannya. Bunga kredit yang tinggi, biaya kepemilikan, sering diabaikan oleh para karyawan. Hingga banyak sekali rupiah yang terbuang percuma, nilai jual barang menjadi turun, dan itu merupakan kerugian besar. Dan godaan itu tidak akan pernah berhenti karena satu alasan, kemudahan.
6. Takut keluar dari zona aman, sehingga tidak berpikir untuk produktif berwirausaha
Untuk apa mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak pasti, lebih baik ditabung agar sewaktu-waktu butuh bisa diambil. Seperti itulah pemikiran karyawan tulen yang tidak ingin keluar dari zona nyaman. Dan itu akan membuat hidupnya hanya berjalan begitu-begitu saja.
Untuk itu berhenti jadi karyawan tulen, berani mengambil resiko dan keluar dari zona nyaman. Jadilah karyawan setengah pengusaha untuk mendapatkan hidup dan pengalaman yang lebih baik.