Niat awal ingin hemat dengan memilih beberapa cara ngirit agar pengeluaran lebih sedikit. Tapi setelah diteliti kembali cara tersebut ternyata malah merugikan. Bagi kalian yang sudah menerapkannya, lebih baik dikaji ulang apakah itu benar-benar langkah tepat untuk hemat atau malah merugikan.
1. Fokus membeli barang yang sedang diskon atau beli 2 dapat 3. Cara ini sebenarnya terkesan hemat tapi kita cenderung akan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan. Ketika kita butuh sesuatu, kadang kita justru memilih untuk menuruti keinginan terlebih dahulu karena tergiur harga yang seolah murah. Selalu ingat saja bahwa ini adalah salah satu strategi marketing untuk menjual lebih banyak produk.
2. Membeli pakaian dengan harga murah juga termasuk tindakan merugikan. Karena daya tahan pakaian murah itu tidak terlalu lama. Lebih baik membayar lebih mahal dengan daya tahan sampai 3 kali lipat bahkan lebih. Saya sendiri memiliki perbandingan, celana ratusan ribu hingga saat 7 tahun masih awet dan nyaman dipakai. Tapi yang cuma puluhan ribu baru beberapa bulan sudah mengalami pemudaran warna, kancing lepas, dan sebagainya. Padahal jika masa pakai 7 tahun dibagi harga celana yang puluhan ribu, jatuhnya jauh lebih murah.
3. Khusus bagi pedagang makanan jadi, mengirit bahan untuk menghemat uang modal juga bisa merugikan. Kepuasan pelanggan berkurang, bahkan mungkin rasa tidak maksimal. Padahal dengan memberikan lebih, pelanggan pasti akan semakin puas. Dan tentu saja potensi mereka lebih sering membeli akan semakin besar.
4. Mengakali onderdil kendaraan atau membeli sparepart bekas untuk kerusakan vital. Ini sering dilakukan oleh pemilik kendaraan yang tidak mau mengeluarkan uang lebih untuk perbaikan kendaraan. Sehingga lebih memilih onderdil bekas, atau onderdil kendaraan lain yang dirasa lebih murah, bahkan ada yang memilih untuk memperbaiki kembali onderdil yang sudah tidak layak pakai. Padahal ongkos bengkel, ditambah harga onderdil, atau waktu yang dihabiskan hanya berguna untuk masa pakai tidak lama. Belum lagi ada resiko gagal dan akhirnya harus beli baru. Jika langsung beli baru, 90% masalah selesai hingga bertahun-tahun.
5. Pengobatan adalah masalah vital bagi kesehatan manusia. Sering sekali kita memilih untuk pengobatan murah, alternatif, bahkan ada yang terjebak tipu-tipu karena tidak ingin keluar uang banyak untuk pihak yang ahli dalam bidangnya. Ujung-ujungnya berobat sana sini, waktu, tenaga, pikiran, dan uang yang sedikit demi sedikit, ujung-ujungnya malah tambah parah. Baru akhirnya mengeluarkan uang banyak karena sudah putus asa. Padahal jika sejak awal tahu diagnosa dan penangan yang tepat, kemungkinan besar lebih cepat sembuh dan jadi sehat.
6. Membayar pekerja harian lebih murah dari standar. Misalnya
tukang bangunan, tukang taman, dan lain sebagainya. Dalam sudut pandang awam, pasti terkesan lebih hemat. Padahal kenyataannya jika kita bisa mendapatkan pekerja yang bersedia dibayar harian secara murah, biasanya pekerja tidak profesional, setengah hati dalam pekerjaan, masih dalam tahap belajar, hasil yang didapatkan tidak sesuai dan terkesan lama. Berbeda jika dibayar lebih atau standar disertai bonus bukan dalam bentuk uang, biasanya pekerjaan akan lebih baik karena ada rasa sungkan dari pekerja.
7. Membeli produk konsumtif dalam jumlah banyak dan bukan merupakan kebutuhan pokok, misalnya r0k0k. Beli 1 slop terkesan lebih murah secara matematika. Tapi dalam mengkonsumsi tidak terkontrol dan akan semakin boros karena merasa persediaan masih banyak.