Secara umum, mengawali tahun 90 an profesi
supir sedang berada pada masa kejayaannya. Dimana kendaraan pribadi belum banyak dimiliki oleh kebanyakan masyarakat. Supir berada pada masa keemasan. Hingga izin trayek diperjualbelikan dengan harga yang cukup mahal. Siapapun orangnya, selama menjalani profesi sebagai supir maka akan terlihat kemapanan secara finansial.
Hingga akhirnya masa kejayaan supir mulai menurun ketika sistem kredit mulai dipermudah. Banyak kalangan yang memilih untuk memiliki motor sebagai prasarana dalam menunjang aktivitas. Keberadaan supir dan angkutan umum mulai mengalami penurunan yang signifikan.
Namun dengan perubahan media informasi, gaya hidup, menjamurnya tempat wisata, profesi supir seperti mendapat angin segar. Dengan sedikit inovasi akhirnya supir mendapatkan kembali masa kejayaan. Meskipun tidak terbantahkan tidak segemilang dulu sebelum kredit motor begitu dimudahkan.
Belum lama mengalami masa kejayaan, orang-orang mulai banyak yang bisa menyetir mobil sendiri. Akhirnya profesi supir harus bersaing dengan pengusaha rental mobil. Bergabung untuk mengikuti arus atau menggunakan sistem lama yang memiliki target pasar sendiri. Belum lagi mulai banyak supir pendatang baru yang menerapkan tarif suka suka. Dengan ini seolah ruang gerak profesi supir semakin sempit.
Dan tidak berhenti sampai disitu saja, pada tahun 2010 muncul layanan ojek online dengan sistem menghubungi call center yang kemudian berubah dalam bentuk aplikasi. Merambat pada layanan taksi online hingga pengiriman barang menggunakan mobil box secara online. Profesi supir semakin mengenaskan apalagi tarif promo yang diterapkan taksi online begitu gila-gilaan.
Bertahan pada sistem lama, atau ikut menjadi mitra taksi online adalah dua pilihan yang bisa dipilih. Sebagian memilih bertahan pada sistem lama namun ada juga yang memutuskan mengikuti arus dengan bergabung bersama penyedia layanan taksi online. Pada awalnya, pekerjaan menjadi supir taksi online begitu menjanjikan. Tapi pada akhirnya dengan bermacam perubahan, penurunan pun terjadi. Apalagi jumlah pengemudi taksi online semakin bertambah.
Puncak dari hilangnya masa kejayaan supir adalah awal munculnya pandemi corona. Pembatasan, penutupan tempat wisata, hilangnya acara yang menciptakan kerumunan, membuat supir benar-benar kehilangan taringnya.
Pada masa pandemi itu juga, sedikitnya permintaan customer yang berbanding banyaknya supir menganggur, tarif mulai rusak. Pasaran supir terjun drastis yang membuat profesi satu ini menjadi semakin terkapar. Seiring berjalannya waktu, untuk mengembalikan masa kejayaan itu tampaknya sulit. Supir berada diambang kejatuhan. Kecuali ada inovasi baru atau perubahan keadaan. Semoga saja profesi ini tidak mati tergerus oleh perkembangan zaman.