Baik penipu yang menjalankan aksinya melalui panggilan suara, door to door yang keliling dari kampung satu ke kampung lainnya, biasanya memiliki trik yang hampir sama. Mereka menggunakan beberapa trik psikologis sehingga calon korban kemungkinan besar berhasil tertipu. Sebagian besar menggunakan trik psikologis berikut ini.
1. Membuat ilusi pilihan. Sehingga calon korban biasanya diberikan dua pilihan yang sulit. Satu pilihan berdampak seolah akan mengalami kerugian, kehilangan kesempatan bagus, menghadapi resiko buruk, dan sebagainya. Pilihan satunya, mendapatkan manfaat, keselamatan, atau keuntungan.
Penipu berusaha menggiring opini seolah hanya ada dua pilihan ini. Pilihan yang sepertinya menakutkan bagi calon korban, sebenarnya justru itu adalah pilihan yang bagus untuk terhindar dari penipuan.
Sedangkan pilihan yang lebih baik justru membuat calon korban akhirnya terjerumus pada aksi penipuan. Jadi penipu tidak akan membiarkan calon korban memiliki dua pilihan antara "ya" dan "tidak" saja. Mereka sudah sangat ahli dalam memainkan kata untuk membuat calon korban berpikir demikian.
2. Membuat calon korban harus berpikir cepat dalam mengambil keputusan. Calon korban akan diserang terus menerus dengan kata-kata meyakinkan sehingga korban kesulitan untuk berpikir logis.
Kalaupun calon korban mulai sadar bahwa ini adalah penipuan, penipu tidak akan berhenti sampai calon korban memberikan bukti valid yang mengindikasikan bahwa aktivitas yang sedang berjalan memang merupakan tindakan penipuan. Jadi kalau calon korban hanya menuduh bahwa ini penipuan, penipu akan terus mempertahankan bahwa aktivitas itu tidak ada unsur penipuan.
3. Memberikan kepanikan kepada calon korban. Penipu akan menunjukkan kondisi yang akan membuat calon korban merasa panik sehingga secara naluri akan mencari jalan aman. Saat itulah penipu mulai mengarahkan calon korban untuk memenuhi permintaannya.
4. Menciptakan rasa sungkan. Dengan penampilan yang baik, kata manis, bahkan tipuan klasik calon korban akan merasa sungkan untuk menolak permintaan penipu. Seolah untuk mengatakan tidak itu sulit hanya karena merasa tidak enak dengan si penipu.
5. Menciptakan rasa kasihan dan tidak tega. Biasanya penipu ini mengandalkan kondisi memprihatinkan baik dari penampilan sampai cerita yang dibuat-buat. Untuk menarik simpati dan rasa kasihan. Setelah itu bagi orang yang tidak punya pikiran buruk, akan termakan dengan aksi penipu selanjutnya.
Itulah trik psikologis yang biasanya digunakan oleh penipu kebanyakan. Sebagai contohnya ketika penipu datang dengan barang dagangan yang katanya dijual murah. Calon pembeli akan diserang dengan kalimat rayuan bertubi-tubi. Belum sempat berpikir akan diserang dengan kalimat lain. Sehingga jika tidak siap akan mudah terpengaruh.
Dan ketika akan memutuskan menolak barang yang ditawarkan, penipu akan mengarang cerita dan memberikan testimoni palsu atau pembuktian dengan trik sehingga calon korban akan merasa rugi jika tidak membeli produk yang murah tersebut.
Belum sempat mempertimbangkan, penipu berusaha memaksa secara halus agar calon korban segera memberi keputusan. Dan kadang sambil mengeluhkan kejadian fiktif untuk menarik belas kasihan calon korban.
Ketika calon korban mulai merasa ditipu tapi tidak punya argumen pembuktian bahwa ini adalah penipuan, penipu akan berusaha meyakinkan kembali. Akhirnya calon korban malas dan merasa memilih keputusan tepat dimana hal itulah yang diinginkan penipu.