Di masa pandemi, hampir semua pengusaha merasa sulit. Maju kena mundur kena sehingga memberikan beban pikiran sendiri. Mungkin dan sangat mungkin sekali, ada yang berpikir lebih enak jadi pengangguran jika kondisinya terus memburuk seperti ini. Tidak ada solusi cepat untuk membuat keadaan baik kembali.
1. Pengusaha yang kontrak tempatnya sudah sangat mahal. Biaya operasional tetap jalan tapi pemasukan minim. Sewa kontrak tempat usaha dan gaji karyawan terus berjalan tapi omset menurun drastis yang otomatis harus nombok. Tutup tambah rugi, apalagi ada harapan kedepannya kondisi akan kembali pulih. Maka cuma bisa berharap ada perubahan yang akan membuat kondisi kembali pulih.
2. Pengusaha yang masih memiliki cicilan bank atas nama pribadi. Usaha seret, sehingga cicilan bulanan harus diambil dari modal usaha. Semakin lama usaha kecil dan sulit untuk merangkak naik kembali.
3. Usaha yang harus melibatkan diri sendiri didalamnya, biaya operasional, biaya hidup, dan lain sebagainya membuat hitungan minus. Mau berhenti kerugian akan semakin besar, tapi jika ingin kerja di tempat lain juga tidak bisa.
4. Pengusaha jasa yang harus tutup total karena memang tidak bisa beroperasi. Apalagi prasarana yang dimiliki membutuhkan biaya perawatan tinggi, bahkan mungkin pajak yang harus tetap dibayar.
5. Pengusaha rental yang semua armada masih masuk cicilan leasing. Saat masih ramai saja hitungan mepet apalagi kondisi sepi. Tentu saja akan semakin sulit untuk menutup cicilan setiap armadanya.
6. Pengusaha yang memulai sesaat sebelum pandemi dari uang pinjaman. Baru jalan beberapa bulan, baru mau merintis malah dihantam pandemi. Ditambah dengan peraturan yang menyulitkan akhirnya malah semakin terpuruk oleh keadaan.
Semua tipe pengusaha diatas, tentunya dalam masa sulit ini akan berpikir lebih baik jadi pengangguran karena meski tidak ada pemasukan, setidaknya tidak minus terus menerus. Selain itu, pengangguran bisa menentukan pekerjaan yang cocok dengan situasi dan kondisi. Kalau anda, masuk tipe yang mana?.